Izza meletakkan dokumen di atas meja. Beberapa saat kemudian, dia berkata, “Nggak cantik, ya?”Claire tersenyum. “Kapan aku bilang nggak cantik? Yang penting kamu suka. Kamu berpakaian seperti ini juga bukan untuk dilihat orang lain. Wanita memang suka berdandan dan pakai yang cantik-cantik. Kamu lagi menyenangkan diri kamu sendiri, bukan menyenangkan orang lain.”Izza kelihatan seperti gadis ketika mengenakan rok. Sebenarnya Izza cukup cantik. Meskipun dia menyamar sebagai lelaki, dia juga enak untuk dipandang.Setelah memanjangkan rambutnya dan mengenakan rok, Izza juga kelihatan semakin memesona.Mengenai perubahan Izza secara tiba-tiba, Claire juga memahaminya. Hanya saja, dia tidak mengatakannya dan tidak banyak bertanya.Setelah Izza menyerahkan dokumen, dia berjalan meninggalkan ruang kantor. Dia pun bertemu dengan Roger di koridor.Roger sungguh kaget ketika melihat sosok Izza. Dia terbengong beberapa detik, lalu segera berjalan ke hadapan Izza. Dia menarik Izza ke sisi tangga,
Roger sudah lama bekerja di sisi Javier. Dia pun sering bertemu dengan banyak wanita cantik, contohnya seperti Kayla. Dia benar-benar tidak memiliki kesan bagus terhadap wanita itu. Hanya saja, lantaran waktu itu Javier salah paham mengira berutang budi terhadap Kayla, Roger baru terpaksa menghormatinya.Berbeda dengan Izza, Roger tahu dia tidak sedang berakting. Dia hanya bisa berkata, selain polos, Izza sangat blak-blakan. Dia juga berani mengatakan apa pun.Seandainya seperti ini, Roger semakin yakin bahwa dia tidak pernah menyentuh Izza. Bagaimanapun, Roger sudah mabuk parah dan tidak memiliki tenaga ekstra. Sepertinya Izza salah pengertian terhadap masalah tidur bersama.“Jadi, semalam kita tidur bersama?”Izza mengangguk.Roger menatapnya. “Apa yang kamu lakukan?”Izza berpikir sejenak, lalu melihat ke sisi lehernya. “Aku gigit lehermu.”Roger menunjuk ke lehernya. “Hanya begini saja?”Izza kembali mengangguk.“Kalau begitu, aku tidak usah tanggung jawab. Kita tidak melakukan apa
Sepertinya adik sepupu Julie sudah tidak memiliki kesempatan lagi?Di vila Javier, ibu kota.Jerry dipanggil Javier ke ruang baca. Dia membuka pintu, lalu memasuki ruangan. “Ayah, kamu mencariku?”Javier membalikkan layar laptop ke hadapannya. Kemudian, dia langsung bertanya, “Masalah Keluarga Tanzil … apa kamu sudah melakukannya?”Jerry tahu dirinya tidak akan sanggup untuk merahasiakan dari sang ayah. Dia pun mengakuinya. “Iya.”“Kenapa kamu tidak melakukannya dengan bersih?”Javier menutup laptopnya. Dia tidak marah sama sekali. “Setelah ketangkap basah, aku malah harus mencari cara untuk melindungimu.”Putranya meretas sistem perusahaan orang lain. Meskipun Jerry tidak melakukan hal yang kelewatan dan merugikan perusahaan, Javier juga tidak bisa menjelaskan jika masalah itu berkaitan dengan putranya.Jerry terbengong sejenak. “Mereka tidak mungkin bisa menemukanku.”“Tidak ada hal yang tidak mungkin.” Javier mengangkat-angkat alisnya. “Aku saja bisa menyelidikinya. Apa orang lain t
Roger tersadar dari bengongnya. “Kamu lagi ….”Izza menjawab dengan serius, “Berantem.”Berhubung ada yang datang, gadis muda itu langsung menepis tangan Izza, lalu membawa yang lain melarikan diri.Saat Izza hendak mengejar, Roger malah menghalanginya. “Ngapain kamu ke sana?”Raut wajah Izza berubah muram. “Minggir!”Sepertinya Izza benar-benar marah.Roger menarik napas dalam-dalam. “Bukan, apa mereka menyinggungmu? Kamu sudah dewasa, untuk apa kamu perhitungan dengan ….”Belum sempat Roger menyelesaikan omongannya, rekan kerja lelaki itu berjalan mendekat dengan hati-hati. “Nona Izza, sudahlah, aku rasa mereka juga tidak berani mempersulit adikku lagi.”Perempuan yang bersembunyi di belakang si lelaki hanya berumur 16 tahun saja. Kedua matanya tampak memerah seperti baru selesai menangis. Wajahnya juga tampak membengkak. Roknya juga terlihat sangat kotor seperti telah diinjak saja.Kali ini, Roger baru menyadari apa yang terjadi. Dia pun kehabisan kata-kata.Izza paling tidak suka m
Saat Jerry hendak membalas, pintu kamarnya dibuka. Dia segera menutup laptopnya, lalu mengangkat kepalanya. “Ibu?”Claire membungkus tubuhnya dengan luaran. Kebetulan dia sedang turun ke lantai bawah untuk minum. Dia menyadari lampu kamar Jerry masih menyala. Jadi, Claire pun memasuki kamar. “Sudah malam, kenapa kamu masih belum tidur?”“Aku … lagi meneliti pelajaran ajaran baru.”Claire merasa tidak berdaya. Putranya memang suka belajar, tapi belajar hingga bergadang akan berpengaruh terhadap kembang tumbuh anak. “Sudah jam satu. Sudah saatnya kamu tidur.”Jerry mengangguk. “Iya, Ibu.”Saat ini, di sisi lain.Jules menyadari pihak lawan tidak membalas pesan lagi. Dia pun mengesampingkan laptopnya. Dia berjalan ke depan jendela, lalu melihat pemandangan malam di luar sana sembari merenungkan sesuatu.Sepertinya pihak lawan mengenal dirinya. Bisa jadi sistem perusahaan bisa diretas juga gara-gara dirinya. Dia pun semakin penasaran dengan identitas peretas itu.Keesokan harinya, Roger me
Jessie juga tidak tahu kenapa Jerry bisa mengikutinya. Sepertinya dia tidak tenang membiarkan Jessie sendirian. “Kalian mau jalan-jalan di mana?”“Nonton musikal. Ikut?”“Apa ada yang enak dengan musikal?” Setiap orang memiliki kegemaran masing-masing. Namun, Jessie tidak menyukainya.Yura menepuk-nepuk pundaknya. “Anggap saja kamu lagi temani aku, ya?”Jessie juga tidak menolak.Pada saat ini, ponsel Jerry tiba-tiba berdering. Dia pun berkata, “Kalian pergi dulu. Nanti aku akan pergi mencari kalian.”Alasan Jerry keluar rumah juga bukan sepenuhnya demi mengikuti Jessie. Jessie sedang bersama dengan Yura. Seharusnya mereka akan baik-baik saja.Saat Jessie hendak bertanya, Yura pun menggandeng tangannya. “Tenang saja, Jerry. Aku akan jaga adikmu dengan baik.”Jerry segera meninggalkan tempat.Jessie memalingkan kepala untuk menatapnya. Dia merasa Jerry sedang buru-buru hendak menemui seseorang.Jerry berjalan ke area parkiran sendirian. Kemudian, tampak sebuah mobil sedan hitam berhenti
Jessie meminum teh susu dari sedotan. “Boleh. Lagi pula Kak Jerry masih belum jemput aku. Ayo, kita pergi.”Mereka berdua pergi ke restoran. Yura pergi ke kasir untuk memesan makanan.Jessie mengambil teh susu, pergi mencari tempat duduk. Pada saat ini, Yura memalingkan kepala dan menjerit, “Jessie, kamu bisa makan pedas, nggak?”Kebetulan Jules sedang berjalan di koridor lantai dua. Saat mendengar nama “Jessie”, langkah kakinya spontan berhenti. Dia pun melihat ke lantai bawah.Yura sedang memperlihatkan menu kepada Jessie. Lantaran mencondongkan tubuhnya, Yura pun menutupi sosok Jessie.Ketika menyadari Jules berhenti, Derrick pun bertanya, “Tuan Muda, ada apa?”Jules mengalihkan pandangannya. “Tidak apa-apa.” Usai berbicara, Jules melanjutkan langkahnya.Derrick menghentikan mobil di hadapan Jules. Kemudian, dia menuruni mobil, lalu membukakan pintu untuk Jules.Setelah memasuki mobil, pandangan Jules tak berhenti tertuju pada jendela luar, seolah-olah sedang memikirkan sesuatu. Fir
“Kak Jerry, tadi kamu pergi ketemuan sama Jules?” tanya Jessie sekali lagi.Pantas saja Jerry bisa bertanya seperti itu ketika di restoran, sempat ketemuan dengan siapa tadi.Jerry menarik napas dalam-dalam sembari melipat kedua tangannya. Ekspresinya kelihatan sangat tidak bagus. “Aku memang pergi menemuinya. Hanya saja, dia sudah tidak ingat kita lagi.”Jessie tertegun sejenak. Dia menunduk dan tidak berbicara.Bukankah Jules mengalami kecelakaan? Selama ini Jessie mengira Jules sudah ….Jody sungguh tidak berdaya. Dia berjalan ke sisi Jessie dengan perlahan. “Jessie, Jules sudah tidak ingat sama kamu dan Jerry lagi. Jerry merahasiakan masalah ini darimu karena tidak ingin kamu sedih saja.”Jessie menunduk. “Emm, aku mengerti.”Sebenarnya mereka khawatir reaksi Jessie akan sangat besar ketika mengetahui masalah Jules. Tak disangka dia akan bersikap setenang ini.“Jessie, apa yang lagi kamu pikirkan?” Jessie merasa kaget. “Apa maksud Kakak?”Jody masih tetap berbicara dengan tenang,