Jerry melipat kedua lengannya. “Apa hubungannya Keluarga Tanzil sama kamu? Aku juga bukan kurang kerjaan.”Jessie menggigit bibirnya. Saat dia hendak berbicara, Jody meletakkan tangan di atas pundaknya. “Jessie, Tante dan Paman sudah baikan. Sudah saatnya kita kembali ke ibu kota.”Akhirnya Jody berhasil mengalihkan topik pembicaraan. Jessie menggaruk pipinya. “Kita pulangnya hari ini?”“Besok,” jawab Jody.“Baiklah, hari ini aku ingin pamitan dulu sama Tante,” balas Jessie sembari membalikkan tubuhnya.Jody memalingkan kepalanya melihat ke sisi Jerry. “Apa mereka akan berhasil melacakmu?”Jerry sangat percaya diri dengan kemampuannya. “Tidak mungkin. Meskipun berhasil dilacak, mereka hanya akan tahu peretasnya dari Area Andes. Setelah kita kembali ke ibu kota, semua ini tidak ada hubungannya lagi sama kita.”Setelah kembali ke ibu kota, meski menyelidiki Area Andes, mereka juga tidak akan berhasil menyelidiki sampai ke diri Jerry.Jody mengangguk. “Baiklah.”Pada saat ini, Kediaman Ta
Dimas tersenyum. “Gimana kalau kita lahirin satu?”Julie tersenyum, lalu menepis tangannya. “Kamu makin nggak tahu batasan, ya!”Dimas pun tertawa, lalu membalikkan tubuhnya segera mengikuti langkah Julie.Setelah menempuh penerbangan selama dua jam, akhirnya pesawat mendarat di ibu kota.Roger sudah menunggu di depan bandara. Ketika melihat ketiga bocah menyeret koper berjalan keluar, dia segera membuka bagasi mobil, lalu memasukkan koper ke dalam bagasi. “Halo, apa liburan kalian di Area Andes menyenangkan?”Jessie duduk di bangku samping pengemudi, lalu bertanya, “Di mana Ayah dan Ibu?Roger memasang sabuk pengaman. “Mereka sudah lama menemani kalian di Area Andes. Jadi, mereka lagi sibuk sekarang.”Saat Jessie hendak berbicara, tetiba terlihat bekas merah di bagian leher Roger. Meskipun Roger sudah menutupinya dengan kerah pakaiannya, bekas itu tetap saja bisa kelihatan. “Paman Roger, siapa yang menggigit lehermu?”Jody dan Jerry spontan melihat ke sisi Roger.Ekspresi Roger menjad
Izza meletakkan dokumen di atas meja. Beberapa saat kemudian, dia berkata, “Nggak cantik, ya?”Claire tersenyum. “Kapan aku bilang nggak cantik? Yang penting kamu suka. Kamu berpakaian seperti ini juga bukan untuk dilihat orang lain. Wanita memang suka berdandan dan pakai yang cantik-cantik. Kamu lagi menyenangkan diri kamu sendiri, bukan menyenangkan orang lain.”Izza kelihatan seperti gadis ketika mengenakan rok. Sebenarnya Izza cukup cantik. Meskipun dia menyamar sebagai lelaki, dia juga enak untuk dipandang.Setelah memanjangkan rambutnya dan mengenakan rok, Izza juga kelihatan semakin memesona.Mengenai perubahan Izza secara tiba-tiba, Claire juga memahaminya. Hanya saja, dia tidak mengatakannya dan tidak banyak bertanya.Setelah Izza menyerahkan dokumen, dia berjalan meninggalkan ruang kantor. Dia pun bertemu dengan Roger di koridor.Roger sungguh kaget ketika melihat sosok Izza. Dia terbengong beberapa detik, lalu segera berjalan ke hadapan Izza. Dia menarik Izza ke sisi tangga,
Roger sudah lama bekerja di sisi Javier. Dia pun sering bertemu dengan banyak wanita cantik, contohnya seperti Kayla. Dia benar-benar tidak memiliki kesan bagus terhadap wanita itu. Hanya saja, lantaran waktu itu Javier salah paham mengira berutang budi terhadap Kayla, Roger baru terpaksa menghormatinya.Berbeda dengan Izza, Roger tahu dia tidak sedang berakting. Dia hanya bisa berkata, selain polos, Izza sangat blak-blakan. Dia juga berani mengatakan apa pun.Seandainya seperti ini, Roger semakin yakin bahwa dia tidak pernah menyentuh Izza. Bagaimanapun, Roger sudah mabuk parah dan tidak memiliki tenaga ekstra. Sepertinya Izza salah pengertian terhadap masalah tidur bersama.“Jadi, semalam kita tidur bersama?”Izza mengangguk.Roger menatapnya. “Apa yang kamu lakukan?”Izza berpikir sejenak, lalu melihat ke sisi lehernya. “Aku gigit lehermu.”Roger menunjuk ke lehernya. “Hanya begini saja?”Izza kembali mengangguk.“Kalau begitu, aku tidak usah tanggung jawab. Kita tidak melakukan apa
Sepertinya adik sepupu Julie sudah tidak memiliki kesempatan lagi?Di vila Javier, ibu kota.Jerry dipanggil Javier ke ruang baca. Dia membuka pintu, lalu memasuki ruangan. “Ayah, kamu mencariku?”Javier membalikkan layar laptop ke hadapannya. Kemudian, dia langsung bertanya, “Masalah Keluarga Tanzil … apa kamu sudah melakukannya?”Jerry tahu dirinya tidak akan sanggup untuk merahasiakan dari sang ayah. Dia pun mengakuinya. “Iya.”“Kenapa kamu tidak melakukannya dengan bersih?”Javier menutup laptopnya. Dia tidak marah sama sekali. “Setelah ketangkap basah, aku malah harus mencari cara untuk melindungimu.”Putranya meretas sistem perusahaan orang lain. Meskipun Jerry tidak melakukan hal yang kelewatan dan merugikan perusahaan, Javier juga tidak bisa menjelaskan jika masalah itu berkaitan dengan putranya.Jerry terbengong sejenak. “Mereka tidak mungkin bisa menemukanku.”“Tidak ada hal yang tidak mungkin.” Javier mengangkat-angkat alisnya. “Aku saja bisa menyelidikinya. Apa orang lain t
Roger tersadar dari bengongnya. “Kamu lagi ….”Izza menjawab dengan serius, “Berantem.”Berhubung ada yang datang, gadis muda itu langsung menepis tangan Izza, lalu membawa yang lain melarikan diri.Saat Izza hendak mengejar, Roger malah menghalanginya. “Ngapain kamu ke sana?”Raut wajah Izza berubah muram. “Minggir!”Sepertinya Izza benar-benar marah.Roger menarik napas dalam-dalam. “Bukan, apa mereka menyinggungmu? Kamu sudah dewasa, untuk apa kamu perhitungan dengan ….”Belum sempat Roger menyelesaikan omongannya, rekan kerja lelaki itu berjalan mendekat dengan hati-hati. “Nona Izza, sudahlah, aku rasa mereka juga tidak berani mempersulit adikku lagi.”Perempuan yang bersembunyi di belakang si lelaki hanya berumur 16 tahun saja. Kedua matanya tampak memerah seperti baru selesai menangis. Wajahnya juga tampak membengkak. Roknya juga terlihat sangat kotor seperti telah diinjak saja.Kali ini, Roger baru menyadari apa yang terjadi. Dia pun kehabisan kata-kata.Izza paling tidak suka m
Saat Jerry hendak membalas, pintu kamarnya dibuka. Dia segera menutup laptopnya, lalu mengangkat kepalanya. “Ibu?”Claire membungkus tubuhnya dengan luaran. Kebetulan dia sedang turun ke lantai bawah untuk minum. Dia menyadari lampu kamar Jerry masih menyala. Jadi, Claire pun memasuki kamar. “Sudah malam, kenapa kamu masih belum tidur?”“Aku … lagi meneliti pelajaran ajaran baru.”Claire merasa tidak berdaya. Putranya memang suka belajar, tapi belajar hingga bergadang akan berpengaruh terhadap kembang tumbuh anak. “Sudah jam satu. Sudah saatnya kamu tidur.”Jerry mengangguk. “Iya, Ibu.”Saat ini, di sisi lain.Jules menyadari pihak lawan tidak membalas pesan lagi. Dia pun mengesampingkan laptopnya. Dia berjalan ke depan jendela, lalu melihat pemandangan malam di luar sana sembari merenungkan sesuatu.Sepertinya pihak lawan mengenal dirinya. Bisa jadi sistem perusahaan bisa diretas juga gara-gara dirinya. Dia pun semakin penasaran dengan identitas peretas itu.Keesokan harinya, Roger me
Jessie juga tidak tahu kenapa Jerry bisa mengikutinya. Sepertinya dia tidak tenang membiarkan Jessie sendirian. “Kalian mau jalan-jalan di mana?”“Nonton musikal. Ikut?”“Apa ada yang enak dengan musikal?” Setiap orang memiliki kegemaran masing-masing. Namun, Jessie tidak menyukainya.Yura menepuk-nepuk pundaknya. “Anggap saja kamu lagi temani aku, ya?”Jessie juga tidak menolak.Pada saat ini, ponsel Jerry tiba-tiba berdering. Dia pun berkata, “Kalian pergi dulu. Nanti aku akan pergi mencari kalian.”Alasan Jerry keluar rumah juga bukan sepenuhnya demi mengikuti Jessie. Jessie sedang bersama dengan Yura. Seharusnya mereka akan baik-baik saja.Saat Jessie hendak bertanya, Yura pun menggandeng tangannya. “Tenang saja, Jerry. Aku akan jaga adikmu dengan baik.”Jerry segera meninggalkan tempat.Jessie memalingkan kepala untuk menatapnya. Dia merasa Jerry sedang buru-buru hendak menemui seseorang.Jerry berjalan ke area parkiran sendirian. Kemudian, tampak sebuah mobil sedan hitam berhenti