“Aku antar kamu pulang.” Dimas menyalakan mesin mobil, lalu mengendarai mobil.Di sepanjang perjalanan, mereka berdua tidak berbicara sama sekali.Suasana tenang ini juga telah menenangkan hati Julie. Sebenarnya Julie ingin membuka topik pembicaraan, hanya saja dia takut Dimas tidak menghiraukannya.Setelah dipikir-pikir, sepertinya Julie pernah menangis dua kali di hadapan Dimas. Pertama kali, di kamarnya Albert. Kali ini, di luar kantor polisi.Mobil berhenti di depan halaman Kediaman Morales. Dimas mengantarnya ke rumah.Asti yang sedang duduk di sofa tampak sangat serius. Sepertinya dia sudah tahu apa yang terjadi. Ketika melihat Dimas pulang bersama Julie, dia langsung berdiri dengan perlahan. “Julie, kamu sudah pulang.”“Ibu, aku ….”“Sudah, semuanya tidak perlu dibicarakan lagi.” Asti memotong dengan lembut. “Ibu mengerti keputusan yang dibuat ayahmu.” Asti berjalan ke hadapan Julie, lalu menarik tangannya. “Ayahmu memang melakukan kesalahan. Kita tinggal tunggu keputusan dari
Asti sungguh takut putrinya tidak memegang kesempatan ini dengan baik, malahan akan melewatkan kesempatan bagus ini.Tiba-tiba Asti kepikiran sesuatu. Dia pun berkata, “Julie, Ibu ingin pulang ke rumah nenekmu untuk beberapa hari ini. Tapi Ibu tidak tenang untuk meninggalkanmu sendirian di rumah. Gimana kalau kamu tinggal di Kediaman Ozara untuk beberapa hari ini?”Julie terbengong sejenak. “Apa kamu ingin mencampakkanku?”Asti tertegun sejenak. “Apa yang lagi kamu pikirkan? Ibu pulang karena ada sedikit urusan. Bukankah ada Hiro di Area Andes? Tapi kamu seharusnya akan bosan kalau tinggal di sana.”Untung saja Asti memahami putrinya.Julie menggigit sendoknya sembari melirik ke sisi Dimas. “Sepertinya nggak bagus kalau aku pulang ke Kediaman Ozara? Aku bisa kok tinggal sendirian di rumah.”Asti bertanya kembali, “Pelayan akan pulang kampung pada akhir pekan nanti. Apa kamu bisa masak sendiri?”Julie terdiam.Asti pun langsung melihat ke sisi Dimas. “Dimas, mohon bantuannya selama bebe
“Aku bukan hanya mengecewakan neneknya Javier, aku juga sudah mengecewakan neneknya Dimas. Aku tidak bisa memberinya perasaan yang dia inginkan, membuatnya mati dalam kesedihan. Bahkan ayahnya Dimas juga membenciku gara-gara masalah ini. Itulah sebabnya aku sangat menyayangi Dimas. Inilah satu-satunya tebusan yang bisa aku lakukan.”Julie tidak berbicara lantaran dia merasa sangat syok.Herbert mengangkat kepala untuk melihatnya. “Julie, aku bisa setuju kamu bercerai dengan Dimas karena aku tidak ingin kamu mengulangi langkahku. Aku juga tidak ingin ada dendam di antara kalian.”“Aku sungguh berharap kalian bisa melepaskan semua bias di masa lalu, kemudian memulai lembaran baru. Perjalanan kalian masih sangat panjang. Terkadang ada orang dan masalah yang tidak bisa dilupakan, tapi hidup tetap mesti dilanjutkan.”Julie memegang pion di tangan, lalu menggigit bibirnya. Saat Julie berjalan keluar ruang baca, dia pun terkejut ketika melihat batangan tubuh yang sedang berjalan di koridor.
Dimas tersenyum dengan datar. “Waktu masih panjang.”Julie terbengong sejenak. Dia sungguh jarang melihat senyuman di wajah Dimas. Bukannya Dimas tidak bisa tersenyum, hanya saja dia jarang tersenyum di hadapan Julie.Julie tidak berpikir kepanjangan. Dia hanya menganggap seorang “kakak angkat” ingin memahami “adik angkatnya” saja.“Kalau Kakak senggang banget, kamu bisa pahami aku dengan perlahan.” Julie mengangkat dagunya untuk bertatapan dengan Dimas. “Lagi pula, aku tidak akan beri tahu kamu.”Julie mendengus dingin, lalu berjalan ke kamarnya.Dimas menatap bayangan tubuhnya dengan tersenyum.Jessie mencondongkan kepalanya dari ujung dinding. Jody dan Jerry berdiri di belakangnya, mereka sungguh tidak berdaya ketika melihat adiknya yang sedang mengintip itu. Hanya saja, gerak-gerik mereka dipergoki oleh Dimas.Dimas berjalan ke sisi Jessie. “Keponakanku, apa sudah cukup nontonnya?”Jessie menggaruk pipinya dengan canggung. Dia pun tersenyum. “Paman, aku juga bukan sengaja. Aku hany
Julie menunduk. “Baik-baik saja. Ayah suruh kita untuk nggak usah khawatirin dia.”Sebenarnya baik atau tidak, hanya Andri sendiri yang mengetahuinya. Meskipun dia hanya ditahan selama dua tahun, dia pun akan kehilangan kebebasan selama dua tahun. Waktu dua tahun tidaklah panjang, tetapi juga tidaklah pendek.Asti juga tidak berbicara lagi.Dimas mengantar mereka kembali ke Kediaman Morales. Dia berdiri di halaman, melihat mereka memasuki rumah. Beberapa saat kemudian, Dimas baru membalikkan tubuh hendak memasuki mobil.Saat hendak membuka pintu mobil, tetiba Julie berlari. “Sebentar.” Dimas memiringkan tubuhnya. Tatapannya tertuju pada wajah Julie. “Ada apa?”Julie ragu sejenak. Tanpa mengangkat kepala, dia berkata, “Aku ingin berterima kasih sama kamu.”Namun, Dimas tidak membalas sama sekali.Julie pun melanjutkan, “Ya sudah kalau kamu nggak terima.”Dimas tetiba tersenyum. “Kata siapa aku tidak menerimanya?”Julie tertegun sejenak, lalu bertatapan dengan mata Dimas. Terlihat senyu
Dimas menyipitkan matanya. Dia mengangkat gelasnya, bersulang dengan Julie. “Masih belum makan. Apa kamu ingin mabukin aku?”Julie menyesap dengan perlahan. “Bukankah ada sopir? Apa kamu takut aku akan mabukin kamu?”Dimas menatap Julie dari gelas anggurnya. “Setelah mabukin aku, kamu buang aku di jalanan, biar aku masuk berita?”Julie terdiam membisu. Dia tidak memiliki pemikiran seperti itu, dia hanya ingin melihat sikap kekanak-kanakan Dimas di saat mabuk nanti.Dimas meraba ujung gelas, lalu mengangkat kepalanya. “Apa tebakanku benar?”Kali ini, Julie meletakkan gelasnya. “Aku nggak keterlaluan seperti itu.”Terdengar suara tawa Dimas. “Aku juga penasaran apa adikku sanggup memabukkanku?”Julie tidak percaya. “Oke, kamu tunggu saja.”Malam semakin gelap. Cahaya lampu jalan menerangi gelapnya jalan raya. Sebuah mobil sedan hitam melintas di jalan raya.Julie sudah mabuk. Ketika melihat Dimas yang duduk di bangku tanpa bergerak itu, Julie pun mendekatinya, lalu menepuk-nepuk pipinya.
Dimas menempelkan bibirnya di samping leher Julie. “Mabukin aku.”Julie sungguh tidak habis pikir. “Jelas-jelas kamu sendiri yang bilang sanggup.”Sepertinya Julie memang sudah memandang tinggi kemampuan minum Dimas. Padahal tidak sanggup, malah berlagak hebat.“Julie,” panggil Dimas di samping telinga Julie.Julie merasa agak geli. Dia pun mengelak, lalu menyahut, “Hmm?”Suara magnetis yang terdengar di telinga membuat Julie hampir larut dalam suasana kasmaran ini. Julie juga sudah dewasa. Dia pernah melakukannya, tetapi hanya dengan Albert saja.Julie sangat mencintai Albert. Dia bersedia untuk menyerahkan segalanya untuk Albert. Kelembutan yang diberikan Albert saat itu membuat Julie merasa sangat gembira.Julie tidak bisa melupakan Albert karena dia mati pada usia di mana Julie sangat mencintainya. Ada banyak kenangan indah yang ditinggalkan Albert untuknya.Setiap kali kepikiran dengan Albert, semuanya terasa bagai mimpi saja. Semuanya bagai baru terjadi semalam saja.Setelah kema
Tak lama kemudian, terdengar suara air shower di kamar mandi. Tampak juga bayangan tubuh si lelaki dari kaca buram. Dari Dimas melepaskan pakaiannya hingga mengoleskan sabun, semuanya hampir terlihat jelas di kaca buram itu. Sepertinya Dimas benar-benar tidak menganggapnya sebagai wanita!Julie mengalihkan pandangannya dengan canggung. Dia segera merapikan pakaiannya, lalu membawa tasnya berjalan ke belakang pintu.Setelah melihat tidak ada orang di celah pintu, Julie baru meninggalkan tempat.Saat menuruni tangga, Javier, Claire, dan Jessie sedang menyantap sarapan.Akhirnya Jessie mengerti. “Ternyata Tante, ya.”Ternyata semalam Tante Julie dan Paman Dimas tidur bersama. Sepertinya Jessie tidak perlu mendekatkan mereka lagi.Claire berdeham, lalu melihat ke sisi Julie. “Mau sarapan bareng?”“Nggak … nggak usah. Aku makan di rumah saja.” Mana mungkin Julie enak hati untuk sarapan lagi. Dia pun segera melarikan diri.Javier mengambilkan makanan untuk Claire, lalu berkata dengan Jessie,