Dimas menempelkan bibirnya di samping leher Julie. “Mabukin aku.”Julie sungguh tidak habis pikir. “Jelas-jelas kamu sendiri yang bilang sanggup.”Sepertinya Julie memang sudah memandang tinggi kemampuan minum Dimas. Padahal tidak sanggup, malah berlagak hebat.“Julie,” panggil Dimas di samping telinga Julie.Julie merasa agak geli. Dia pun mengelak, lalu menyahut, “Hmm?”Suara magnetis yang terdengar di telinga membuat Julie hampir larut dalam suasana kasmaran ini. Julie juga sudah dewasa. Dia pernah melakukannya, tetapi hanya dengan Albert saja.Julie sangat mencintai Albert. Dia bersedia untuk menyerahkan segalanya untuk Albert. Kelembutan yang diberikan Albert saat itu membuat Julie merasa sangat gembira.Julie tidak bisa melupakan Albert karena dia mati pada usia di mana Julie sangat mencintainya. Ada banyak kenangan indah yang ditinggalkan Albert untuknya.Setiap kali kepikiran dengan Albert, semuanya terasa bagai mimpi saja. Semuanya bagai baru terjadi semalam saja.Setelah kema
Tak lama kemudian, terdengar suara air shower di kamar mandi. Tampak juga bayangan tubuh si lelaki dari kaca buram. Dari Dimas melepaskan pakaiannya hingga mengoleskan sabun, semuanya hampir terlihat jelas di kaca buram itu. Sepertinya Dimas benar-benar tidak menganggapnya sebagai wanita!Julie mengalihkan pandangannya dengan canggung. Dia segera merapikan pakaiannya, lalu membawa tasnya berjalan ke belakang pintu.Setelah melihat tidak ada orang di celah pintu, Julie baru meninggalkan tempat.Saat menuruni tangga, Javier, Claire, dan Jessie sedang menyantap sarapan.Akhirnya Jessie mengerti. “Ternyata Tante, ya.”Ternyata semalam Tante Julie dan Paman Dimas tidur bersama. Sepertinya Jessie tidak perlu mendekatkan mereka lagi.Claire berdeham, lalu melihat ke sisi Julie. “Mau sarapan bareng?”“Nggak … nggak usah. Aku makan di rumah saja.” Mana mungkin Julie enak hati untuk sarapan lagi. Dia pun segera melarikan diri.Javier mengambilkan makanan untuk Claire, lalu berkata dengan Jessie,
Satu minggu kemudian.Javier dan Claire duluan kembali ke ibu kota. Jody dan Jerry menemani adik mereka untuk melewati liburan sekolah di Area Andes.Jessie mengambil kue tar, pergi mencari Julie di studio. Dia berjalan ke depan pintu studio, lalu tampak Julie sedang melukis sketsa di atas kanvas.Jessie memperlambat langkah kakinya, berjalan ke dalam, lalu berdiri di belakangnya melihat sketsa manusia di kanvas. Sketsanya terlukis dengan sangat jelas.Tetiba Jessie mengeluarkan suara tawa. “Tante, kamu lagi lukis Paman Dimas?”Tangan Julie seketika gemetar. Dia membalikkan kepala melihat Jessie dengan kaget. “Kata siapa aku lagi lukis pamanmu?”Jessie mengejapkan matanya. “Tapi aku lihat mirip banget.”“Sembarangan! Aku bukan lagi lukis dia ….” Tatapan Julie tertuju pada lukisannya. Tetiba tangan yang memegang pensil pun terkaku.Seperti yang dikatakan Jessie, sketsa manusia ini memang mirip dengan wajah Dimas. Kenapa bisa seperti ini? Jelas-jelas Julie tidak sedang melukis Dimas.Sem
Julie terdiam sejenak, lalu bertatapan dengan Dimas. “Apa yang sudah kamu dengar?”Dimas mendekatinya. Jarak kedua orang semakin dekat saja. “Aku dengar, tadi Jessie bilang kamu lagi lukis aku?”Julie langsung menyangkal. “Nggak, ah.”Dimas menyipitkan matanya, tetapi dia tidak berbicara sama sekali.Julie membalikkan tubuhnya. “Aku sibuk dulu.”Saat Julie hendak pergi, Dimas meraih lengannya. Julie pun jatuh ke dalam pelukan Dimas. Dimas langsung menindih Julie ke dinding, lalu menunduk. Bibirnya hampir saja menempel di telinga Julie. “Aku ingin dengar isi hatimu.”Julie tidak menatapnya. “Isi hati apa?”Napas Dimas diembuskan ke diri Julie. “Apa kamu punya perasaan terhadapku?”Kali ini, giliran napas Julie yang berhenti. “Perasaan … perasaan apa?”Dimas mengangkat wajahnya. “Perasaanmu kepadaku pada … malam hari itu.”Julie menelan air liurnya. “Apa … kamu lagi bercanda?”“Aku tidak lagi bercanda.” Dimas mendekati bibirnya. “Ada?”Julie sungguh tidak tahu ke mana harusnya dia memand
Semuanya hanya masalah waktu saja. Dimas juga percaya diri.Julie terbengong. “Apa kamu gila?”Dimas pun tersenyum. “Anggap saja aku sudah gila.”Julie mengalihkan pandangannya. “Tapi … gimana kalau aku nggak bisa menerimamu untuk selamanya?”“Gimana kalau kita taruhan?”“Taruhan apa?”Dimas mendekatinya, lalu berkata dengan suara rendah, “Bertaruh kamu akan mencintaiku.”Tetiba Julie merasa lucu. Dia bertatapan dengan kedua mata Dimas. “Kamu percaya diri banget?”Dimas menyipitkan matanya. “Apa kamu berani?”Julie menepisnya. “Nggak mau! Membosankan sekali.”Dimas pun tertawa, lalu memeluknya lagi. “Apa kamu takut?”Julie menunduk melihat sepatu Dimas. “Aku hanya merasa nggak berarti saja.”Dimas menggenggam pergelangan tangan Julie. Julie ingin melepaskannya, tetapi genggaman Dimas semakin erat lagi. “Kamu takut akan jatuh cinta sama aku.”Julie tidak mengangkat kepalanya. Dia dapat mendengar suara napas Dimas yang sangat dekat dengan keningnya. Rasanya panas dan juga geli. Suara Jul
Julie tersadar dari bengongnya, lalu membalikkan tubuhnya melihat ke sisi Asti. “Ibu, kamu pulang dulu sana. Aku … ada sedikit urusan.”Saat ini, Julie tidak berani melihat ke sana, sepertinya dia tidak ingin masalah ini diketahui oleh ibunya.Asti juga tidak merasa ada yang aneh. Dia mengira suasana hati putrinya sedang tidak bagus. Jadi, Asti mengiakan memberinya sedikit ruang. “Oke, kalau begitu, Ibu pulang dulu. Kamu hati-hati di jalan.”Setelah Asti berjalan pergi, Julie memalingkan kepalanya. Dimas dan wanita berambut pendek itu sudah meninggalkan tempat.Julie menggigit bibirnya. Dia diam-diam mengikuti mereka berdua ke kafe. Wanita berambut pendek mengikuti Dimas ke dalam.Tetiba Julie menyadari perbuatannya terlampau konyol. Apa hubungannya Dimas ingin bersama wanita mana dengan dirinya? Julie pun membalikkan tubuhnya hendak berjalan pergi.Pada saat ini, Jessie memanggilnya, “Tante!”Kemunculan Jessie sungguh mengagetkan Julie. Julie terbengong beberapa saat. “Jessie?” Dia me
Raut wajah Julie menjadi muram dalam seketika.“Aku nggak lagi cemburu!”“Siapa yang lagi cemburu?” Tetiba terdengar suara Dimas dari belakang.Jessie mengedipkan matanya sembari menyapa Dimas, “Paman, sudah selesai sibuknya?”Dimas mengangguk. Tatapannya tak berhenti tertuju pada wajah Julie.Wanita berambut pendek berjalan keluar kafe dengan memegang segelas kopi di tangannya. Dia berhenti di samping Dimas, lalu memanggilnya dengan tersenyum, “Dimas.”Ketika melihat kemesraan wanita berambut pendek dengan Dimas, ekspresi di wajah Julie langsung terkaku. Hanya saja, dia berusaha untuk tidak mengekspresikannya. Julie pun tersenyum. “Kebetulan sekali bisa ketemu di mal.”Dimas tidak berbicara.Jessie memalingkan kepala untuk melihat Julie. “Bukannya kamu buntuti Paman?”Julie yang dibongkar rahasianya langsung menyangkal. “Siapa juga yang buntuti dia? Area Andes cuma segede ini saja. Wajar kalau bisa bertemu.” Usai berbicara, Julie pun berjalan pergiJessie menyadari Julie sedang marah
Julie tidak pernah kepikiran dirinya akan jatuh cinta terhadap Dimas. Hanya saja, hatinya malah terasa tidak nyaman dan penat. Julie menarik napas dalam-dalam. “Aku mau pulang.”Dimas menyelipkan rambut panjang Julie di belakang telinganya. “Kamu mau menghindariku lagi?”Dimas sangat mengerti apa yang ada di benak Julie. Dia melakukan sandiwara ini juga demi melihat reaksi Julie saja. Dia tahu Julie sedang berada di mal, hanya saja dia tidak menyangka reaksi Julie akan sebesar ini.Masih terdapat Albert di dalam hati Julie. Julie takut dengan mencintai Dimas, itu berarti dia telah “mengkhianati” perasaannya terhadap Albert. Meskipun Julie menyukai Dimas, dia juga tidak akan mengakuinya. Pada akhirnya, Dimas terpaksa menggunakan cara ini untuk mengetahui isi hatinya.Dimas menggenggam tangan Julie, lalu berbisik dengan perlahan, “Aku tidak akan memaksamu.”Julie tertegun sejenak.Pada saat ini, Dimas melanjutkan omongannya, “Julie, aku serius. Tak peduli kamu percaya atau tidak, aku tid
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me