Raut wajah Julie menjadi muram dalam seketika.“Aku nggak lagi cemburu!”“Siapa yang lagi cemburu?” Tetiba terdengar suara Dimas dari belakang.Jessie mengedipkan matanya sembari menyapa Dimas, “Paman, sudah selesai sibuknya?”Dimas mengangguk. Tatapannya tak berhenti tertuju pada wajah Julie.Wanita berambut pendek berjalan keluar kafe dengan memegang segelas kopi di tangannya. Dia berhenti di samping Dimas, lalu memanggilnya dengan tersenyum, “Dimas.”Ketika melihat kemesraan wanita berambut pendek dengan Dimas, ekspresi di wajah Julie langsung terkaku. Hanya saja, dia berusaha untuk tidak mengekspresikannya. Julie pun tersenyum. “Kebetulan sekali bisa ketemu di mal.”Dimas tidak berbicara.Jessie memalingkan kepala untuk melihat Julie. “Bukannya kamu buntuti Paman?”Julie yang dibongkar rahasianya langsung menyangkal. “Siapa juga yang buntuti dia? Area Andes cuma segede ini saja. Wajar kalau bisa bertemu.” Usai berbicara, Julie pun berjalan pergiJessie menyadari Julie sedang marah
Julie tidak pernah kepikiran dirinya akan jatuh cinta terhadap Dimas. Hanya saja, hatinya malah terasa tidak nyaman dan penat. Julie menarik napas dalam-dalam. “Aku mau pulang.”Dimas menyelipkan rambut panjang Julie di belakang telinganya. “Kamu mau menghindariku lagi?”Dimas sangat mengerti apa yang ada di benak Julie. Dia melakukan sandiwara ini juga demi melihat reaksi Julie saja. Dia tahu Julie sedang berada di mal, hanya saja dia tidak menyangka reaksi Julie akan sebesar ini.Masih terdapat Albert di dalam hati Julie. Julie takut dengan mencintai Dimas, itu berarti dia telah “mengkhianati” perasaannya terhadap Albert. Meskipun Julie menyukai Dimas, dia juga tidak akan mengakuinya. Pada akhirnya, Dimas terpaksa menggunakan cara ini untuk mengetahui isi hatinya.Dimas menggenggam tangan Julie, lalu berbisik dengan perlahan, “Aku tidak akan memaksamu.”Julie tertegun sejenak.Pada saat ini, Dimas melanjutkan omongannya, “Julie, aku serius. Tak peduli kamu percaya atau tidak, aku tid
Lingkungan hidup Julie berbeda dengan lingkungan Albert. Saat Julie berusia 16 tahun, dia sudah mengenyam pendidikan di luar negeri. Dia juga pernah berpacaran di luar sana. Meski hanya berciuman dan berpelukan saja, setidaknya Julie duluan memasuki dunia kasmaran. Dia pernah bertemu dengan banyak lelaki, jadi pengalamannya juga lebih banyak.Apalagi pemikiran orang di luar negeri sangatlah terbuka. Julie sadar orang dewasa tidak perlu bertele-tele soal masalah percintaan. Jika kedua insan memiliki perasaan, mereka pun bisa langsung memulai hubungan baru.Jangankan orang di luar negeri, sepertinya anak muda zaman sekarang juga berpikiran seperti ini, ‘kan? Kebanyakan lelaki yang hendak mengejar Julie juga karena ingin menidurinya saja. Itulah sebabnya Julie sangat menghargai sosok Albert. Sebab, dia tidak memiliki pengalaman soal perasaannya. Dia juga tidak mungkin bersikap di luar batas. Meskipun ingin berciuman, dia juga akan meminta persetujuan dari Julie dulu.Albert sangat memedu
Kedua tangan Julie menerima bunga itu. Di dalam buket bunga terdapat sebuah kotak kecil berwarna merah. Julie membuka kotak tersebut, kemudian tampak sebuah cincin berlian berwarna merah muda.Jujur saja, Julie sungguh tidak menyangka Dimas bahkan sudah mempersiapkan cincin untuknya. “Dimas, kamu nggak diskusi dulu sama aku!”Julie masih belum mempertimbangkan masalah pernikahan. Kenapa Dimas malah memberinya cincin?Dimas malah bersikap serius. “Saat kita melakukan pernikahan bisnis, aku tidak pernah menghadiahkan apa pun kepadamu. Aku juga berutang cincin kepadamu. Anggap saja aku lagi menebusmu.”Kali ini, Julie terdiam sejenak. “Menebusku?”Dimas mengambil cincin dari tangan Julie, lalu berhadapan dengannya. “Coba aku lihat ukurannya cocok tidak.”Dimas menarik tangan Julie, lalu memasangkan cincin di jari manisnya. Ternyata ukurannya cocok sekali.Julie juga tidak tahu kenapa dia membiarkan Dimas memasang cincin di tangannya. Setelah cincin dipasangkan, Julie merasa ada yang aneh.
Gara-gara kasus Joshua, Qintari telah menjadi bahan lelucon di kalangan mereka. Dia menyebar gosip bahwa Julie telah merusak hubungan mereka. Namun kenyataannya, Qintari-lah yang sudah menjadi perusak dalam rumah tangga orang lain. Qintari memang pantas dikasihani lantaran dibohongi oleh Joshua, tetapi setelah status kawin Joshua terekspos, Qintari masih saja berharap Joshua bisa bercerai dan menikahinya. Jadi, tidak ada satu pun merasa iba dengan apa yang dialami Qintari.Saat Julie tiba di acara pesta, mereka pun pergi menyapanya dengan ramah. Julie sungguh tidak terbiasa dengan perlakuan seperti ini. Hanya saja, dia memaksakan diri untuk bersikap sungkan.“Nona Julie, dengar-dengar Tuan Dimas mengejarmu lagi, ya? Romantis sekali.”“Tak disangka kamu akan begitu disukai oleh mantan suamimu.”Ketika mendengar sanjungan itu, Julie pun merasa canggung. Dimas memang mengejarnya, tetapi dia masih belum setuju untuk menikah lagi dengan Dimas.Apalagi Julie juga tidak berani berbicara terl
Dimas kelihatan lebih memesona daripada lelaki yang blak-blakan langsung mengungkapkan keinginannya.Sebenarnya Dimas menginginkannya, tetapi dia takut permintaannya akan kelewatan batas. Jadi, Dimas terpaksa mendekatinya setahap demi setahap. Dia menggoda Julie sembari menunggu inisiatif dari Julie.Hati Julie terasa tersiksa. Dia sungguh takut akan dipergoki oleh orang yang melewati koridor. Dia merasa tegang tak berhenti menggigit bibirnya. “Kita pulang saja.”Dimas menempelkan keningnya di atas kening Julie. Napasnya terasa agak berat. “Pulang ke mana?”Pikiran Julie menjadi hampa. “Pulang … pulang ke rumah.”Dimas pun tersenyum tipis, lalu memainkan telapak tangan Julie. “Pulang ke rumahku?”Julie mengangguk dengan perlahan. Satu detik kemudian, dia pun terbengong di tempat.Dimas menggendong Julie sembari tersenyum. “Kenapa tidak bilang dari tadi?”Mobil berhenti di vila pribadi Dimas. Vila ini sudah lama menganggur. Ini pertama kalinya Julie datang ke rumah ini. “Bukan pulang ke
Jody bertanya, “Cara apa?”Jerry bertopang dagu. “Kita sibukkan diri dia saja.”Di dalam vila.Cahaya lampu jalan menyinari ke dalam kamar. Pencahayaan redup di dalam kamar menghangatkan suasana.Julie memandang ke luar jendela, lalu berpikir beberapa saat.Dimas menjulurkan tangannya, memeluk Julie dari belakang, lalu menyandarkan dagunya di atas pundak Julie. “Apa kamu menyesal?”Julie menunduk. “Nggak ada yang perlu disesalkan.” Dia tidak bisa mendeskripsikan bagaimana perasaannya saat ini. Rasanya agak kacau dan aneh. Hanya saja, dia tidak sedikit pun merasa menyesal. Dia merasa semuanya bagai mimpi saja.“Kamu lagi salahin diri kamu sendiri.” Dimas membelai rambut Julie, lalu mengecupnya dengan perlahan. “Karena kamu tahu tidak ada gunanya untuk menyesal.”Julie tertegun dan tidak berbicara.Dimas mengusap ujung bibir Julie. “Apa kamu menyalahkanku?”Julie memalingkan kepalanya melirik Dimas sekilas. “Semua ini salahku.” Dia memeluk selimut di tubuhnya dengan erat. “Aku sendiri ya
Jerry melipat kedua lengannya. “Apa hubungannya Keluarga Tanzil sama kamu? Aku juga bukan kurang kerjaan.”Jessie menggigit bibirnya. Saat dia hendak berbicara, Jody meletakkan tangan di atas pundaknya. “Jessie, Tante dan Paman sudah baikan. Sudah saatnya kita kembali ke ibu kota.”Akhirnya Jody berhasil mengalihkan topik pembicaraan. Jessie menggaruk pipinya. “Kita pulangnya hari ini?”“Besok,” jawab Jody.“Baiklah, hari ini aku ingin pamitan dulu sama Tante,” balas Jessie sembari membalikkan tubuhnya.Jody memalingkan kepalanya melihat ke sisi Jerry. “Apa mereka akan berhasil melacakmu?”Jerry sangat percaya diri dengan kemampuannya. “Tidak mungkin. Meskipun berhasil dilacak, mereka hanya akan tahu peretasnya dari Area Andes. Setelah kita kembali ke ibu kota, semua ini tidak ada hubungannya lagi sama kita.”Setelah kembali ke ibu kota, meski menyelidiki Area Andes, mereka juga tidak akan berhasil menyelidiki sampai ke diri Jerry.Jody mengangguk. “Baiklah.”Pada saat ini, Kediaman Ta
“Hujan terlalu lebat. Kami tidak bisa melihat wajah orang itu. Tapi, dari gerak-gerik mereka, sepertinya mereka itu preman.”Jules melihat ke sisi kamar pasien. Beberapa saat kemudian, dia berkata, “Kalian jaga dia dengan baik.”“Yang Mulia, tenang saja.”Jules meninggalkan rumah sakit, lalu memasuki mobil. Dia sungguh merasa geram. Saking geramnya, dia memukul setir mobil. Urat hijau kelihatan menonjol di punggung tangannya. Hanya saja, saat ini Jules semakin yakin lagi bahwa masalah ini berhubungan dengan pengurus rumah Keluarga Taylor.Namun sekarang Derrick belum siuman. Mereka tidak memiliki bukti untuk melaporkan masalah ini kepada pihak berwajib. …Beberapa hari kemudian, sebuah rekaman suara dipublikasikan oleh peretas. “Transaksi” Reyhan dan anggota menteri yang tidak diketahui orang-orang viral di internet dan menggemparkan semua orang.Mereka memang sudah menghabiskan banyak uang untuk menekan berita itu. Hanya saja, berita itu sudah dicetak di majalah dan juga sudah terjua
Usai berbicara, Benn mengangkat kepalanya untuk melihat orang-orang itu. “Jadi, anak dan istri Pangeran baik-baik saja. Untuk apa Pangeran balas dendam?”Semua menteri di dalam ruangan terdiam membisu. Jika benar seperti itu, Jules memang tidak memiliki kemungkinan untuk meracuni narapidana. Silvia memecahkan suasana tegang. “Kalian semua juga sudah mendengarnya. Aku sangat memahami putraku. Seandainya aku memilih untuk melindunginya, untuk apa aku membiarkannya diselidiki oleh pihak kepolisian? Kalau putraku dan menantuku dipersulit, apa tidak seharusnya aku maju?”“Urusan negara memang adalah urusanku. Tapi, urusan keluargaku juga urusanku. Kalau aku tidak sanggup untuk mengurus keluargaku, apa aku sanggup untuk mengurus urusan negara? Aku menerima banyak tekanan sejak aku duduk di posisi ini. Apa ini yang dinamakan rasa setia kalian? Atau aku mesti menyerahkan posisiku kepada kalian?”“Yang Mulia, kami tidak bermaksud seperti itu ….”“Tidak bermaksud seperti ini? Sudah berapa banya
Pria tua itu mempersilakan Derrick memasuki rumah. Istri dari pria tua itu menyuguhkan segelas teh hangat untuk Derrick. Si pria menyuruh istrinya untuk istirahat dulu, lalu bertanya, “Kira-kira apa yang ingin Tuan tanyakan?”“Begini, beberapa waktu lalu Brayden dibunuh. Aku menerima perintah atasanku untuk menyelidiki alasan kematian Tuan Brayden.”Ketika pria tua itu mendengar masalah kematian Brayden, dia pun terbengong. “Apa? Brayden sudah mati?”Derrick mengangguk. “Aku dengar-dengar sebelumnya kamu pernah menjadi tetangga Brayden. Apa kamu tahu masalah Tuan Brayden, termasuk masalah keluarganya?”Hujan di luar sana semakin deras saja.Setelah beberapa saat kemudian, Derrick berpamitan dengan pria tua itu. Saat dia berjalan ke depan mobilnya, dia menyadari ada yang aneh dengan sekitar, dia segera menghentikan langkahnya.Di tengah hujan, beberapa pria berpakaian hitam mendekati Derrick.Lampu di dalam ruang baca Keluarga Taylor kelihatan menyala. Reyhan berdiri di belakang jendel
Raut wajah Reyhan berubah muram. Dia berusaha untuk menahan amarahnya. “Masalah ini tidak ada hubungannya dengan Sissae. Wanita itu yang memanfaatkan Sissae. Sissae tidak mungkin melakukan hal yang akan mencelakai keturunan keluarga kerajaan.”“Oh, ya?” Silvia mengangkat cangkir teh. Tatapannya tertuju pada teh yang bening itu. “Kalau begitu, kenapa putraku dianggap sebagai tersangka ketika memeriksa penyebab kematian pengurus rumah itu?”“Yang Mulia, semua yang Pangeran adalah demi balas dendam terhadap istrinya. Pangeran mengutus anggotanya untuk mencari pelaku pembunuhan. Hanya saja, orang itu malah ditemukan dalam kondisi mati mengenaskan. Dalam masalah ini, Pangeran memang patut dicurigai.”“Kalau Jules patut dicurigai, memangnya Nona Sissae tidak patut untuk dicurigai?”Raut wajah Reyhan berubah tegang.Silvia mengangkat kepalanya untuk menatap Reyhan. Setiap ucapan yang dilontarkan sangat jelas. “Tahanan wanita itu memperalat Nona Sissae? Apa mungkin? Apa keuntungan baginya deng
Jules tidak berharap Jessie akan marah lagi. Nantinya Jules akan kesulitan untuk membujuknya.Kali ini, Derrick baru berkata, “Aku menemukan beberapa petunjuk. Pengurus Keluarga Taylor satu kampung dengan Brayden, sama-sama dari area utara.”Jules mengusap dagunya sembari berpikir. “Dari area utara. Petunjuk ini sangat berguna. Kamu utus anggota untuk memastikan di area utara. Oh, ya, kamu sebarkan saja berita ini. Alangkah bagusnya kalau berita ini terdengar sampai ke telinga orang itu.”Derrick mengangguk. “Aku mengerti.”Setelah Derrick meninggalkan tempat, Jessie pun menarik Jules. “Kak Jules, kematian Wika ada hubungannya dengan Keluarga Taylor, ‘kan?”Jules memiringkan kepalanya sembari menggenggam tangan Jessie. “Kemungkinannya seperti itu. Hanya saja, masih butuh bukti.” Usai berbicara, Jules memeluk Jessie, lalu mencium keningnya. “Tenang saja, aku sanggup menyelesaikannya.”…Setelah Sissae pulang dari kantor polisi, dia semakin murka saja. Dia membanting barang-barang dan me
Jules mengangkat-angkat pundaknya dengan acuh tak acuh. “Aku memang arogan karena orang yang seharusnya duduk di dalam tahanan bukan aku. Sebenarnya tidak sulit bagiku untuk bisa terlepas dari rasa curiga ini. Hanya saja, semuanya tergantung aku bersedia atau tidak saja.”Sissae tersenyum dingin, lalu menggertakkan giginya. “Jangan membohongi diri sendiri. Jules, sekarang hanyalah seorang pangeran yang nggak bisa melindungi diri sendiri. Selain aku, nggak ada lagi yang bisa menyelamatkanmu!”Pada saat ini, tiba-tiba polisi membuka pintu ruangan. “Tuan Jules, kamu sudah boleh pergi.”Raut wajah Sissae langsung berubah. “Mana mungkin?”Jules paling mencurigakan dalam masalah ini. Mana mungkin dia dilepaskan?Jules menyipitkan matanya sembari berpikir. Saat ini, terdengar lagi suara polisi. “Istrimu sudah memberi bukti kuat, bukan kamu yang meracuni Wrenka.”Jules tertegun sejenak. Dia segera berdiri, lalu meninggalkan ruangan interogasi tanpa menoleh sama sekali.Sissae masih terpaku di
Di dalam tahanan, di bawah bantuan Benn, Jerremy memperoleh kesempatan untuk bertemu dengan Jules. “Sebenarnya apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu malah masuk tahanan?”Jules bersandar di bangku, lalu melihat ke luar. “Kenapa kamu ada waktu luang untuk mengunjungiku?”“Siapa yang datang untuk mengunjungimu? Aku datang untuk bertanya sebenarnya apa yang kamu lakukan? Kamu juga sudah menyelidiki masalah adikku. Semua itu ada masalahnya dengan putri dari Keluarga Taylor. Bukannya yang mati hanya seorang pengurus rumah saja? Untuk apa kamu melanjutkan pemeriksaan lagi?”Alhasil Jules masuk ke dalam jebakan?Jules tersenyum. “Dengan mengandalkan rekaman suara yang kamu ekspos, Keluarga Taylor masih belum bisa mengalah. Kematian Wrenka berhubungan dengan Keluarga Taylor. Hanya saja, saksi mata sudah mati. Kita tidak memiliki bukti lagi. Kalau aku tidak duduk di sini, siapa lagi yang akan duduk di sini?”Jerremy melipat kedua tangan di depan dada. “Apa rencanamu selanjutnya?”Jules kembali ter
Miya pergi menyeduh teh.Jessie berjalan ke hadapan Dacia. “Apa sudah terjadi sesuatu dengan Jules?”Dacia tertegun sejenak. “Jessie ….”“Dacia, beri tahu aku, dia sudah dua hari nggak pulang. Ketika Derrick pulang waktu itu, dia hanya bilang ada yang mesti diurus Jules. Tapi aku tahu, meski dia ada urusan penting, dia juga bakal telepon buat kabari aku.”Seandainya bukan karena terjadi sesuatu terhadap Jules, mana mungkin dia akan meminta Derrick untuk menyampaikan ucapannya. Selama dua hari ini, Jules bahkan tidak mengirim pesan kepadanya.Dacia tahu masalah ini tidak bisa ditutupi lagi. Dia pun menunduk. “Maaf, Jessie. Seharusnya dia nggak ingin membuatku khawatir. Hanya saja, seharusnya kamu percaya sama dia.”Jessie duduk. “Kalian nggak beri tahu apa-apa sama aku. Gimana aku bisa percaya?”Dacia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan perlahan, “Jules ditahan untuk melakukan pemeriksaan. Pihak kepolisian curiga kematian dia dan wanita itu ada hubungannya untuk menyingkirkan
Dacia menyadari maksud dari ucapan polisi itu. Dia pun melihat ke sisi Diago. “Aku bisa menjamin bahwa masalah ini nggak ada hubungannya dengan Pangeran.”Kening si pria berkerut. Dia tidak berbicara.Diago memperkenalkan si pria dengan tersenyum. “Pak Arthur, dia muridku. Kebetulan dia juga ingin menyelidiki kasus ini.”Polisi yang bernama Arthur mengerutkan keningnya. Dia merasa bingung. “Apa hubungan dia dengan korban?”“Bukan, dia berhubungan dengan Pangeran. Dia adalah putrinya Lidya Ozara.”Arthur mengangguk. “Ternyata seperti itu.”Dacia melihat ke sisi Arthur, lalu bertanya, “Apa aku boleh tanya satu pertanyaan? Kenapa kamu merasa masalah ini ada hubungannya dengan Pangeran? Apa karena saat korban meninggal, anggota Pangeran kebetulan ada di tempat?”Arthur terdiam beberapa detik. “Memang tidak bisa membuktikan ada kaitan langsung dengan Yang Mulia, tapi Yang Mulia adalah orang pertama yang mencurigai bahwa Brayden meracuni makanan. Kematian Brayden jelas adalah tindakan pembun