Dimas kelihatan lebih memesona daripada lelaki yang blak-blakan langsung mengungkapkan keinginannya.Sebenarnya Dimas menginginkannya, tetapi dia takut permintaannya akan kelewatan batas. Jadi, Dimas terpaksa mendekatinya setahap demi setahap. Dia menggoda Julie sembari menunggu inisiatif dari Julie.Hati Julie terasa tersiksa. Dia sungguh takut akan dipergoki oleh orang yang melewati koridor. Dia merasa tegang tak berhenti menggigit bibirnya. “Kita pulang saja.”Dimas menempelkan keningnya di atas kening Julie. Napasnya terasa agak berat. “Pulang ke mana?”Pikiran Julie menjadi hampa. “Pulang … pulang ke rumah.”Dimas pun tersenyum tipis, lalu memainkan telapak tangan Julie. “Pulang ke rumahku?”Julie mengangguk dengan perlahan. Satu detik kemudian, dia pun terbengong di tempat.Dimas menggendong Julie sembari tersenyum. “Kenapa tidak bilang dari tadi?”Mobil berhenti di vila pribadi Dimas. Vila ini sudah lama menganggur. Ini pertama kalinya Julie datang ke rumah ini. “Bukan pulang ke
Jody bertanya, “Cara apa?”Jerry bertopang dagu. “Kita sibukkan diri dia saja.”Di dalam vila.Cahaya lampu jalan menyinari ke dalam kamar. Pencahayaan redup di dalam kamar menghangatkan suasana.Julie memandang ke luar jendela, lalu berpikir beberapa saat.Dimas menjulurkan tangannya, memeluk Julie dari belakang, lalu menyandarkan dagunya di atas pundak Julie. “Apa kamu menyesal?”Julie menunduk. “Nggak ada yang perlu disesalkan.” Dia tidak bisa mendeskripsikan bagaimana perasaannya saat ini. Rasanya agak kacau dan aneh. Hanya saja, dia tidak sedikit pun merasa menyesal. Dia merasa semuanya bagai mimpi saja.“Kamu lagi salahin diri kamu sendiri.” Dimas membelai rambut Julie, lalu mengecupnya dengan perlahan. “Karena kamu tahu tidak ada gunanya untuk menyesal.”Julie tertegun dan tidak berbicara.Dimas mengusap ujung bibir Julie. “Apa kamu menyalahkanku?”Julie memalingkan kepalanya melirik Dimas sekilas. “Semua ini salahku.” Dia memeluk selimut di tubuhnya dengan erat. “Aku sendiri ya
Jerry melipat kedua lengannya. “Apa hubungannya Keluarga Tanzil sama kamu? Aku juga bukan kurang kerjaan.”Jessie menggigit bibirnya. Saat dia hendak berbicara, Jody meletakkan tangan di atas pundaknya. “Jessie, Tante dan Paman sudah baikan. Sudah saatnya kita kembali ke ibu kota.”Akhirnya Jody berhasil mengalihkan topik pembicaraan. Jessie menggaruk pipinya. “Kita pulangnya hari ini?”“Besok,” jawab Jody.“Baiklah, hari ini aku ingin pamitan dulu sama Tante,” balas Jessie sembari membalikkan tubuhnya.Jody memalingkan kepalanya melihat ke sisi Jerry. “Apa mereka akan berhasil melacakmu?”Jerry sangat percaya diri dengan kemampuannya. “Tidak mungkin. Meskipun berhasil dilacak, mereka hanya akan tahu peretasnya dari Area Andes. Setelah kita kembali ke ibu kota, semua ini tidak ada hubungannya lagi sama kita.”Setelah kembali ke ibu kota, meski menyelidiki Area Andes, mereka juga tidak akan berhasil menyelidiki sampai ke diri Jerry.Jody mengangguk. “Baiklah.”Pada saat ini, Kediaman Ta
Dimas tersenyum. “Gimana kalau kita lahirin satu?”Julie tersenyum, lalu menepis tangannya. “Kamu makin nggak tahu batasan, ya!”Dimas pun tertawa, lalu membalikkan tubuhnya segera mengikuti langkah Julie.Setelah menempuh penerbangan selama dua jam, akhirnya pesawat mendarat di ibu kota.Roger sudah menunggu di depan bandara. Ketika melihat ketiga bocah menyeret koper berjalan keluar, dia segera membuka bagasi mobil, lalu memasukkan koper ke dalam bagasi. “Halo, apa liburan kalian di Area Andes menyenangkan?”Jessie duduk di bangku samping pengemudi, lalu bertanya, “Di mana Ayah dan Ibu?Roger memasang sabuk pengaman. “Mereka sudah lama menemani kalian di Area Andes. Jadi, mereka lagi sibuk sekarang.”Saat Jessie hendak berbicara, tetiba terlihat bekas merah di bagian leher Roger. Meskipun Roger sudah menutupinya dengan kerah pakaiannya, bekas itu tetap saja bisa kelihatan. “Paman Roger, siapa yang menggigit lehermu?”Jody dan Jerry spontan melihat ke sisi Roger.Ekspresi Roger menjad
Izza meletakkan dokumen di atas meja. Beberapa saat kemudian, dia berkata, “Nggak cantik, ya?”Claire tersenyum. “Kapan aku bilang nggak cantik? Yang penting kamu suka. Kamu berpakaian seperti ini juga bukan untuk dilihat orang lain. Wanita memang suka berdandan dan pakai yang cantik-cantik. Kamu lagi menyenangkan diri kamu sendiri, bukan menyenangkan orang lain.”Izza kelihatan seperti gadis ketika mengenakan rok. Sebenarnya Izza cukup cantik. Meskipun dia menyamar sebagai lelaki, dia juga enak untuk dipandang.Setelah memanjangkan rambutnya dan mengenakan rok, Izza juga kelihatan semakin memesona.Mengenai perubahan Izza secara tiba-tiba, Claire juga memahaminya. Hanya saja, dia tidak mengatakannya dan tidak banyak bertanya.Setelah Izza menyerahkan dokumen, dia berjalan meninggalkan ruang kantor. Dia pun bertemu dengan Roger di koridor.Roger sungguh kaget ketika melihat sosok Izza. Dia terbengong beberapa detik, lalu segera berjalan ke hadapan Izza. Dia menarik Izza ke sisi tangga,
Roger sudah lama bekerja di sisi Javier. Dia pun sering bertemu dengan banyak wanita cantik, contohnya seperti Kayla. Dia benar-benar tidak memiliki kesan bagus terhadap wanita itu. Hanya saja, lantaran waktu itu Javier salah paham mengira berutang budi terhadap Kayla, Roger baru terpaksa menghormatinya.Berbeda dengan Izza, Roger tahu dia tidak sedang berakting. Dia hanya bisa berkata, selain polos, Izza sangat blak-blakan. Dia juga berani mengatakan apa pun.Seandainya seperti ini, Roger semakin yakin bahwa dia tidak pernah menyentuh Izza. Bagaimanapun, Roger sudah mabuk parah dan tidak memiliki tenaga ekstra. Sepertinya Izza salah pengertian terhadap masalah tidur bersama.“Jadi, semalam kita tidur bersama?”Izza mengangguk.Roger menatapnya. “Apa yang kamu lakukan?”Izza berpikir sejenak, lalu melihat ke sisi lehernya. “Aku gigit lehermu.”Roger menunjuk ke lehernya. “Hanya begini saja?”Izza kembali mengangguk.“Kalau begitu, aku tidak usah tanggung jawab. Kita tidak melakukan apa
Sepertinya adik sepupu Julie sudah tidak memiliki kesempatan lagi?Di vila Javier, ibu kota.Jerry dipanggil Javier ke ruang baca. Dia membuka pintu, lalu memasuki ruangan. “Ayah, kamu mencariku?”Javier membalikkan layar laptop ke hadapannya. Kemudian, dia langsung bertanya, “Masalah Keluarga Tanzil … apa kamu sudah melakukannya?”Jerry tahu dirinya tidak akan sanggup untuk merahasiakan dari sang ayah. Dia pun mengakuinya. “Iya.”“Kenapa kamu tidak melakukannya dengan bersih?”Javier menutup laptopnya. Dia tidak marah sama sekali. “Setelah ketangkap basah, aku malah harus mencari cara untuk melindungimu.”Putranya meretas sistem perusahaan orang lain. Meskipun Jerry tidak melakukan hal yang kelewatan dan merugikan perusahaan, Javier juga tidak bisa menjelaskan jika masalah itu berkaitan dengan putranya.Jerry terbengong sejenak. “Mereka tidak mungkin bisa menemukanku.”“Tidak ada hal yang tidak mungkin.” Javier mengangkat-angkat alisnya. “Aku saja bisa menyelidikinya. Apa orang lain t
Roger tersadar dari bengongnya. “Kamu lagi ….”Izza menjawab dengan serius, “Berantem.”Berhubung ada yang datang, gadis muda itu langsung menepis tangan Izza, lalu membawa yang lain melarikan diri.Saat Izza hendak mengejar, Roger malah menghalanginya. “Ngapain kamu ke sana?”Raut wajah Izza berubah muram. “Minggir!”Sepertinya Izza benar-benar marah.Roger menarik napas dalam-dalam. “Bukan, apa mereka menyinggungmu? Kamu sudah dewasa, untuk apa kamu perhitungan dengan ….”Belum sempat Roger menyelesaikan omongannya, rekan kerja lelaki itu berjalan mendekat dengan hati-hati. “Nona Izza, sudahlah, aku rasa mereka juga tidak berani mempersulit adikku lagi.”Perempuan yang bersembunyi di belakang si lelaki hanya berumur 16 tahun saja. Kedua matanya tampak memerah seperti baru selesai menangis. Wajahnya juga tampak membengkak. Roknya juga terlihat sangat kotor seperti telah diinjak saja.Kali ini, Roger baru menyadari apa yang terjadi. Dia pun kehabisan kata-kata.Izza paling tidak suka m