“Terima kasih, Pak.”Selesai rapat, asisten berjalan ke sisi Melia. “Bu Melia, apa kamu baik-baik saja?”Melia menggeleng sembari tersenyum. “Aku nggak kenapa-napa.”“Sepertinya kamu lagi tidak fokus. Apa kamu lagi berantem sama calon suamimu?” Asisten tak berhenti bertanya.Melia tertegun sejenak, lalu menunduk dan tidak berbicara. Alangkah bagusnya jika masalah itu bisa diselesaikan dengan bertengkar. Namun, Melia tidak tergolong sedang bertengkar dengan Gilbert. Semalam Gilbert tidak berbicara ketika mengantar Melia pulang. Suasana di dalam mobil sangatlah canggung. Dia pasti merasa Melia tidak cukup memahaminya.Asisten menatap ekspresi galau di wajah Melia. Dia membujuk atasannya, “Sebenarnya kalau ada masalah, kalian berdua cukup berkomunikasi saja. Kalau semuanya tidak dibicarakan, siapa juga yang bisa mengetahui isi hati kalian.”Melia tersenyum getir. “Gimana kalau dia semakin marah lagi setelah aku mengatakannya?”Asisten terbengong. “Apa hati calon suamimu itu sempit sekali
Cherry merangkul lengan Cahya sembari bersulang. Dia tidak sengaja memalingkan kepalanya. Tatapannya pun berpapasan dengan tatapan Melia.Melia merasa syok. Namun, dia tetap mengangguk untuk memberi hormat.Entah apa yang dikatakan Cherry kepada Cahya. Cahya pun mengangguk. Cherry meletakkan gelasnya, lalu berjalan ke sisi Melia. “Bu Melia.”Melia tertegun sejenak ketika melihatnya. “Bu Cherry, ada urusan apa?”Cherry bertanya dengan tersenyum, “Ada yang ingin aku bicarakan sama kamu. Apa kamu ada waktu?”Melia ragu beberapa saat, baru mengangguk. “Oke.”Cherry dan Melia berjalan ke halaman.Tentu saja Claire dan Candice menyadarinya. Setelah Candice melahirkan, dia dan Louis tinggal di rumah kakek di Negara Shawana. Dia baru saja kembali dalam beberapa saat ini. Jadi, Candice tidak begitu mengikuti perkembangan informasi di dalam negeri.“Siapa wanita itu?”Claire menyesap alkohol sembari tersenyum. “Anaknya Pak Emir Gozali. Dia ada sedikit hubungan dengan Cherry.”Jiwa gosip Candice
Cherry berdiri di samping Melia. “Gilbert nggak percaya sama wanita karena dia memiliki seorang ibu yang serakah. Latar belakangnya nggak tergolong bagus. Ibunya ingin hidup kaya. Itulah sebabnya dia bisa membelakangi Pak Suryadi untuk melahirkan Gilbert. Setelah ditolak mentah-mentah oleh Pak Suryadi, ibunya pun mendorong semua kesalahan ke diri Gilbert.”“Masa kecilnya sangatlah suram, bahkan lebih parah daripada pengemis. Kita nggak pernah mengalami apa yang dia alami sebelumnya. Seandainya dia nggak bertemu dengan ayahku, sepertinya dia nggak akan bisa hidup sampai sekarang atau … dia akan berjalan di jalur yang salah.”“Sebelumnya aku nggak tahu dia itu mata-mata. Aku juga nggak tahu betapa bahayanya misi yang dia jalankan. Kepergiannya tanpa berpamitan membuatku terlanjur kecewa sama dia.”“Setelah bertahun-tahun, aku baru tahu ternyata dia merasa bersalah atas masalah yang menimpaku. Dia nggak sanggup untuk menghadapiku dan juga nggak sanggup menghadapi kelalaiannya, makanya dia
Dengar-dengar Benn dan Chelsea baru memiliki momongan. Sepertinya Keluarga Tanaka juga sedang sibuk untuk menyambut kedatangan kesayangan mereka. Jadi, mereka terpaksa melewatkan hari ulang tahun Steven.Javier melihat ke sisi Dimas. “Bukannya kamu sudah menikah? Kenapa kamu tidak bawa istrimu?”Ucapan itu membuat raut wajah Dimas berubah muram.Semua orang juga sudah mengetahui masalah pernikahan Keluarga Morales dengan Keluarga Ozara. Pada tiga tahun silam, Dimas menikah dengan Julie. Hanya saja, resepsi pernikahan tidaklah besar. Tamu yang diundang juga tidak mencapai 100 orang. Awalnya awak media masih mengamati masalah kedua keluarga. Namun setelah menikah, Dimas dan Julie sangat jarang menampakkan diri di tempat umum. Meskipun sempat dipotret awak media, biasanya hanya Dimas seorang diri atau Julie sedang belanja dengan sahabatnya.Ada banyak terkaan atas hubungan mereka berdua. Hanya saja, semuanya sudah diklarifikasi oleh mereka. Dimas berusaha memendam ekspresi muramnya. “Di
Mengenai Jerry, Claire dan Javier juga jarang mengkhawatirkannya. Meskipun dia akan segera menyusul langkah abangnya, mereka yakin dia juga bisa hidup mandiri. Satu-satunya anak yang mereka khawatirkan hanyalah Jessie.Masalah Lisa menimbulkan pukulan besar di hati Jessie. Untungnya, dia sendiri juga telah menyadari kesalahannya.Roger mendorong kue tar lima tingkat. Anak-anak juga datang untuk membantunya. Jessie membantu Steven untuk mengenakan topi ulang tahun. Suasana ramai ini membuat Steven merasa gembira.Ketika melihat hubungan harmonis anak-anak dengan Steven, Claire juga merasa sangat gembira.Acara ulang tahun baru berakhir di tengah malam.Claire dan Javier berdiri di depan pintu mengantar kepergian para hadirin. Kemudian, mereka baru kembali ke aula. Hadiah yang diberikan kepada Steven tampak menumpuk tinggi bagai gunung saja. Hanya saja, hadiah yang diberikan Jessie tampak sangat mencolok mata di antara hadiah-hadiah berharga ini.Herbert dan yang lain menginap semalam di
Saat Gilbert hendak mendekati Melia, Widya spontan mengadang di hadapannya. “Pak Gilbert, aku hanya ingin peringati kamu saja. Kalau kamu nggak punya perasaan terhadap kakakku, aku harap kamu jangan habisi waktunya lagi.”Pandangan Gilbert melewati sisi Widya, menatap Melia yang sedang duduk di baris belakang mobil. “Aku mengerti.”Widya memiringkan tubuhnya. Gilbert berjalan ke sisi pintu mobil, lalu menggendong Melia. Kemudian, dia membalikkan kepalanya berkata pada mereka, “Terima kasih.”Tanpa berbasa-basi, Gilbert langsung membawa Melia ke mobilnya.Widya menatap bayangan mereka berdua dengan penuh cemas. Hendri merangkul pundaknya. “Tenang saja, aku yakin mereka bisa menyelesaikan masalah mereka sendiri.”Di Kompleks Armana.Gilbert menggendong Melia ke dalam kamar, kemudian membaringkan Melia ke atas ranjang dengan perlahan.Kening Melia tampak berkerut. Saat dia membantu Melia untuk melepaskan sepatu, Melia membuka matanya dengan perlahan. Dia samar-samar dapat melihat bayangan
Gilbert tak tahan kuasa untuk bercanda. “Sepertinya kamu lebih mabuk daripada semalam?”“Aku … aku pergi mandi dulu.”Melia segera melarikan diri kembali ke kamar.Selesai mandi, Melia pun duduk kembali ke depan meja. Gilbert mengambilkan bubur untuk Melia. Dia menghabiskan sup pereda mabuk, baru melahap bubur hangat itu. Perutnya seketika terasa hangat.Tiba-tiba Melia kepikiran sesuatu. “Gimana ceritanya aku bisa ke rumahmu?”Gilbert menatapnya. “Semalam aku mencarimu.”Melia tertegun. “Kamu cari aku?”Gilbert mengiakan dengan perlahan. “Adikmu angkat teleponku. Katanya, kamu lagi mabuk.”“Jadi, dia antar aku ke rumahmu?”“Aku yang bawa kamu ke sini.”Gerakan tangan Melia yang sedang menyantap bubur berhenti. Dia mengangkat kepalanya. Gilbert membawanya ke vila. Itu berarti ….Melia menunduk. “Maaf sudah merepotkanmu.”Gilbert pun tersenyum. “Apa membawa calon istri ke rumah itu namanya merepotkan?”Calon istri ….Jantung Melia berdegup kencang. Tidak dipungkiri, Melia sungguh menyuk
Hanya saja, Hiro sudah berhasil menebaknya. “Aku mengerti.”Jessie terbengong beberapa detik. “Kamu tahu?”Hiro tersenyum. “Aku bisa membedakannya.”Jody mengangkat kepalanya dengan perlahan. Sebelumnya, dia pernah mendengar dari Jerry, sepertinya lelaki ini memiliki maksud terpendam terhadap Jessie. “Salam kenal, Tuan Muda Hiro.” Tidak terlihat ekspresi apa-apa di wajahnya.Hiro pun mengangguk dengan santun. “Sudah lama aku mendengar namamu. Aku juga senang bisa berkenalan denganmu.”Jessie melihat mereka berdua dengan bingung. Dia merasa ada yang aneh dengan mereka berdua.Pada saat yang sama, di dalam ruang VIP.“Dimas, ngapain kamu masuk ke sini?”Dimas duduk di hadapan Julie dengan menyilang kedua kakinya. Dia menatap Julie dengan tatapan datar. “Kenapa kamu bukan kembali ke rumahmu, malah datang ke ibu kota? Apa kamu ingin permalukan nama Keluarga Ozara?”Julie langsung tertawa. Dia menyandarkan tubuhnya ke belakang. “Sepertinya terserah aku mau pulang ke mana?” Usai berbicara, J
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me