Dengar-dengar Benn dan Chelsea baru memiliki momongan. Sepertinya Keluarga Tanaka juga sedang sibuk untuk menyambut kedatangan kesayangan mereka. Jadi, mereka terpaksa melewatkan hari ulang tahun Steven.Javier melihat ke sisi Dimas. “Bukannya kamu sudah menikah? Kenapa kamu tidak bawa istrimu?”Ucapan itu membuat raut wajah Dimas berubah muram.Semua orang juga sudah mengetahui masalah pernikahan Keluarga Morales dengan Keluarga Ozara. Pada tiga tahun silam, Dimas menikah dengan Julie. Hanya saja, resepsi pernikahan tidaklah besar. Tamu yang diundang juga tidak mencapai 100 orang. Awalnya awak media masih mengamati masalah kedua keluarga. Namun setelah menikah, Dimas dan Julie sangat jarang menampakkan diri di tempat umum. Meskipun sempat dipotret awak media, biasanya hanya Dimas seorang diri atau Julie sedang belanja dengan sahabatnya.Ada banyak terkaan atas hubungan mereka berdua. Hanya saja, semuanya sudah diklarifikasi oleh mereka. Dimas berusaha memendam ekspresi muramnya. “Di
Mengenai Jerry, Claire dan Javier juga jarang mengkhawatirkannya. Meskipun dia akan segera menyusul langkah abangnya, mereka yakin dia juga bisa hidup mandiri. Satu-satunya anak yang mereka khawatirkan hanyalah Jessie.Masalah Lisa menimbulkan pukulan besar di hati Jessie. Untungnya, dia sendiri juga telah menyadari kesalahannya.Roger mendorong kue tar lima tingkat. Anak-anak juga datang untuk membantunya. Jessie membantu Steven untuk mengenakan topi ulang tahun. Suasana ramai ini membuat Steven merasa gembira.Ketika melihat hubungan harmonis anak-anak dengan Steven, Claire juga merasa sangat gembira.Acara ulang tahun baru berakhir di tengah malam.Claire dan Javier berdiri di depan pintu mengantar kepergian para hadirin. Kemudian, mereka baru kembali ke aula. Hadiah yang diberikan kepada Steven tampak menumpuk tinggi bagai gunung saja. Hanya saja, hadiah yang diberikan Jessie tampak sangat mencolok mata di antara hadiah-hadiah berharga ini.Herbert dan yang lain menginap semalam di
Saat Gilbert hendak mendekati Melia, Widya spontan mengadang di hadapannya. “Pak Gilbert, aku hanya ingin peringati kamu saja. Kalau kamu nggak punya perasaan terhadap kakakku, aku harap kamu jangan habisi waktunya lagi.”Pandangan Gilbert melewati sisi Widya, menatap Melia yang sedang duduk di baris belakang mobil. “Aku mengerti.”Widya memiringkan tubuhnya. Gilbert berjalan ke sisi pintu mobil, lalu menggendong Melia. Kemudian, dia membalikkan kepalanya berkata pada mereka, “Terima kasih.”Tanpa berbasa-basi, Gilbert langsung membawa Melia ke mobilnya.Widya menatap bayangan mereka berdua dengan penuh cemas. Hendri merangkul pundaknya. “Tenang saja, aku yakin mereka bisa menyelesaikan masalah mereka sendiri.”Di Kompleks Armana.Gilbert menggendong Melia ke dalam kamar, kemudian membaringkan Melia ke atas ranjang dengan perlahan.Kening Melia tampak berkerut. Saat dia membantu Melia untuk melepaskan sepatu, Melia membuka matanya dengan perlahan. Dia samar-samar dapat melihat bayangan
Gilbert tak tahan kuasa untuk bercanda. “Sepertinya kamu lebih mabuk daripada semalam?”“Aku … aku pergi mandi dulu.”Melia segera melarikan diri kembali ke kamar.Selesai mandi, Melia pun duduk kembali ke depan meja. Gilbert mengambilkan bubur untuk Melia. Dia menghabiskan sup pereda mabuk, baru melahap bubur hangat itu. Perutnya seketika terasa hangat.Tiba-tiba Melia kepikiran sesuatu. “Gimana ceritanya aku bisa ke rumahmu?”Gilbert menatapnya. “Semalam aku mencarimu.”Melia tertegun. “Kamu cari aku?”Gilbert mengiakan dengan perlahan. “Adikmu angkat teleponku. Katanya, kamu lagi mabuk.”“Jadi, dia antar aku ke rumahmu?”“Aku yang bawa kamu ke sini.”Gerakan tangan Melia yang sedang menyantap bubur berhenti. Dia mengangkat kepalanya. Gilbert membawanya ke vila. Itu berarti ….Melia menunduk. “Maaf sudah merepotkanmu.”Gilbert pun tersenyum. “Apa membawa calon istri ke rumah itu namanya merepotkan?”Calon istri ….Jantung Melia berdegup kencang. Tidak dipungkiri, Melia sungguh menyuk
Hanya saja, Hiro sudah berhasil menebaknya. “Aku mengerti.”Jessie terbengong beberapa detik. “Kamu tahu?”Hiro tersenyum. “Aku bisa membedakannya.”Jody mengangkat kepalanya dengan perlahan. Sebelumnya, dia pernah mendengar dari Jerry, sepertinya lelaki ini memiliki maksud terpendam terhadap Jessie. “Salam kenal, Tuan Muda Hiro.” Tidak terlihat ekspresi apa-apa di wajahnya.Hiro pun mengangguk dengan santun. “Sudah lama aku mendengar namamu. Aku juga senang bisa berkenalan denganmu.”Jessie melihat mereka berdua dengan bingung. Dia merasa ada yang aneh dengan mereka berdua.Pada saat yang sama, di dalam ruang VIP.“Dimas, ngapain kamu masuk ke sini?”Dimas duduk di hadapan Julie dengan menyilang kedua kakinya. Dia menatap Julie dengan tatapan datar. “Kenapa kamu bukan kembali ke rumahmu, malah datang ke ibu kota? Apa kamu ingin permalukan nama Keluarga Ozara?”Julie langsung tertawa. Dia menyandarkan tubuhnya ke belakang. “Sepertinya terserah aku mau pulang ke mana?” Usai berbicara, J
Saat pelayan menghidangkan makanan ke dalam ruangan, Hiro melirik ke luar ruangan. Jessie yang sedang duduk di samping abangnya kelihatan tersenyum dengan sangat lebar dan hangat.Semuanya juga sangat wajar. Ada kedua abangnya begitu menjaganya. Wajar jika senyuman di wajah Jessie akan selugu ini.Selesai makan, Jessie dan abangnya meninggalkan restoran. Mereka berdua menyadari suasana hati paman mereka sedang tidak bagus. Jadi, mereka pun berpamitan.Setelah kembali ke dalam mobil, Jody membelai rambut Jessie. “Jessie, apa hubunganmu dengan Hiro sangat bagus?”Jessie mengangguk. “Bagus.” Tetiba Jessie terdiam beberapa detik, lalu bertanya, “Kak Jody, kenapa kamu juga menanyakan pertanyaan seperti ini?”Jerry tidak menyukai Hiro. Jangan-jangan Jody juga tidak menyukainya?“Aku itu kakakmu. Sudah seharusnya aku menanyakan masalah temanmu.” Jody juga ingin melindungi adiknya, tetapi dia tidak akan bersikap seperti Jerry yang mengekspresikannya dengan begitu kentara.Jody juga merasa tida
Melia melihat ke sisi Gilbert. Sepertinya Gilbert tidak sesederhana yang dia kira.Mereka berdua memasuki rumah. Terdapat dua kamar di lantai atas. Kemudian, ada balkon di lantai atas dan bawah.Interior rumah minimalis dan juga kelihatan mewah. Dekorasi ini adalah gaya kesukaan Melia!Tak disangka, mereka akan tinggal bersama di dalam rumah ini.“Aku bawa kamu ke atas.” Gilbert berjalan ke hadapannya.Melia mengikuti di belakang. Mereka pun berjalan ke dalam kamar.Tidak dipungkiri bahwa ruang kamar ini sangatlah luas dengan jendela lebar di ujung sana. Di dalamnya terdapat juga ruang pakaian, kamar mandi, dan juga balkon.Melia berjalan ke depan jendela, lalu memandang gedung dan kapal di depan sana. Pemandangan malam ini sungguh menawan.Gilbert berdiri di belakang Melia, lalu bertanya, “Apa kamu suka?”Melia spontan tersenyum. “Siapa juga yang bisa menolak pemandangan indah seperti ini?” Tetiba Melia membalikkan tubuhnya. Dia pun menabrak tubuh Gilbert.Melia tertegun sejenak, lalu
Selesai mandi, Melia berjalan keluar kamar mandi.Sebenarnya Melia sudah mempersiapkan beberapa piama seksi. Hanya saja, setelah melewati kejadian di kamar mandi, Melia juga tidak berani mengenakannya. Dia hanya mengenakan kaus lebar yang kebetulan bisa menutupi pahanya.Melia berjalan menuruni tangga, lalu tampak Gilbert sedang duduk di sofa sembari membaca dokumen.“Kamu masih belum tidur?” Melia berjalan menghampirinya.Gilbert mengangkat kepala untuk melihatnya. Dia meletakkan dokumen di atas meja. “Tanda tangan.”Melia duduk di sofa, lalu membaca surat pengalihan saham 5% Grup Boga.“Ini janjiku padamu.”Setelah memiliki 5% saham Grup Boga, Melia pun akan menjadi pemegang saham Grup Boga. Inilah yang dijanjikan Gilbert kepada Melia di awal. Sebenarnya Melia juga tidak peduli dengan saham itu. Ketika melihat Gilbert memberikan saham kepadanya, hati Melia seketika terasa kalut. Keuntungan ini adalah salah satu transaksi dari pernikahan secara formalitas mereka.Melia tidak menandata