Gilbert tak tahan kuasa untuk bercanda. “Sepertinya kamu lebih mabuk daripada semalam?”“Aku … aku pergi mandi dulu.”Melia segera melarikan diri kembali ke kamar.Selesai mandi, Melia pun duduk kembali ke depan meja. Gilbert mengambilkan bubur untuk Melia. Dia menghabiskan sup pereda mabuk, baru melahap bubur hangat itu. Perutnya seketika terasa hangat.Tiba-tiba Melia kepikiran sesuatu. “Gimana ceritanya aku bisa ke rumahmu?”Gilbert menatapnya. “Semalam aku mencarimu.”Melia tertegun. “Kamu cari aku?”Gilbert mengiakan dengan perlahan. “Adikmu angkat teleponku. Katanya, kamu lagi mabuk.”“Jadi, dia antar aku ke rumahmu?”“Aku yang bawa kamu ke sini.”Gerakan tangan Melia yang sedang menyantap bubur berhenti. Dia mengangkat kepalanya. Gilbert membawanya ke vila. Itu berarti ….Melia menunduk. “Maaf sudah merepotkanmu.”Gilbert pun tersenyum. “Apa membawa calon istri ke rumah itu namanya merepotkan?”Calon istri ….Jantung Melia berdegup kencang. Tidak dipungkiri, Melia sungguh menyuk
Hanya saja, Hiro sudah berhasil menebaknya. “Aku mengerti.”Jessie terbengong beberapa detik. “Kamu tahu?”Hiro tersenyum. “Aku bisa membedakannya.”Jody mengangkat kepalanya dengan perlahan. Sebelumnya, dia pernah mendengar dari Jerry, sepertinya lelaki ini memiliki maksud terpendam terhadap Jessie. “Salam kenal, Tuan Muda Hiro.” Tidak terlihat ekspresi apa-apa di wajahnya.Hiro pun mengangguk dengan santun. “Sudah lama aku mendengar namamu. Aku juga senang bisa berkenalan denganmu.”Jessie melihat mereka berdua dengan bingung. Dia merasa ada yang aneh dengan mereka berdua.Pada saat yang sama, di dalam ruang VIP.“Dimas, ngapain kamu masuk ke sini?”Dimas duduk di hadapan Julie dengan menyilang kedua kakinya. Dia menatap Julie dengan tatapan datar. “Kenapa kamu bukan kembali ke rumahmu, malah datang ke ibu kota? Apa kamu ingin permalukan nama Keluarga Ozara?”Julie langsung tertawa. Dia menyandarkan tubuhnya ke belakang. “Sepertinya terserah aku mau pulang ke mana?” Usai berbicara, J
Saat pelayan menghidangkan makanan ke dalam ruangan, Hiro melirik ke luar ruangan. Jessie yang sedang duduk di samping abangnya kelihatan tersenyum dengan sangat lebar dan hangat.Semuanya juga sangat wajar. Ada kedua abangnya begitu menjaganya. Wajar jika senyuman di wajah Jessie akan selugu ini.Selesai makan, Jessie dan abangnya meninggalkan restoran. Mereka berdua menyadari suasana hati paman mereka sedang tidak bagus. Jadi, mereka pun berpamitan.Setelah kembali ke dalam mobil, Jody membelai rambut Jessie. “Jessie, apa hubunganmu dengan Hiro sangat bagus?”Jessie mengangguk. “Bagus.” Tetiba Jessie terdiam beberapa detik, lalu bertanya, “Kak Jody, kenapa kamu juga menanyakan pertanyaan seperti ini?”Jerry tidak menyukai Hiro. Jangan-jangan Jody juga tidak menyukainya?“Aku itu kakakmu. Sudah seharusnya aku menanyakan masalah temanmu.” Jody juga ingin melindungi adiknya, tetapi dia tidak akan bersikap seperti Jerry yang mengekspresikannya dengan begitu kentara.Jody juga merasa tida
Melia melihat ke sisi Gilbert. Sepertinya Gilbert tidak sesederhana yang dia kira.Mereka berdua memasuki rumah. Terdapat dua kamar di lantai atas. Kemudian, ada balkon di lantai atas dan bawah.Interior rumah minimalis dan juga kelihatan mewah. Dekorasi ini adalah gaya kesukaan Melia!Tak disangka, mereka akan tinggal bersama di dalam rumah ini.“Aku bawa kamu ke atas.” Gilbert berjalan ke hadapannya.Melia mengikuti di belakang. Mereka pun berjalan ke dalam kamar.Tidak dipungkiri bahwa ruang kamar ini sangatlah luas dengan jendela lebar di ujung sana. Di dalamnya terdapat juga ruang pakaian, kamar mandi, dan juga balkon.Melia berjalan ke depan jendela, lalu memandang gedung dan kapal di depan sana. Pemandangan malam ini sungguh menawan.Gilbert berdiri di belakang Melia, lalu bertanya, “Apa kamu suka?”Melia spontan tersenyum. “Siapa juga yang bisa menolak pemandangan indah seperti ini?” Tetiba Melia membalikkan tubuhnya. Dia pun menabrak tubuh Gilbert.Melia tertegun sejenak, lalu
Selesai mandi, Melia berjalan keluar kamar mandi.Sebenarnya Melia sudah mempersiapkan beberapa piama seksi. Hanya saja, setelah melewati kejadian di kamar mandi, Melia juga tidak berani mengenakannya. Dia hanya mengenakan kaus lebar yang kebetulan bisa menutupi pahanya.Melia berjalan menuruni tangga, lalu tampak Gilbert sedang duduk di sofa sembari membaca dokumen.“Kamu masih belum tidur?” Melia berjalan menghampirinya.Gilbert mengangkat kepala untuk melihatnya. Dia meletakkan dokumen di atas meja. “Tanda tangan.”Melia duduk di sofa, lalu membaca surat pengalihan saham 5% Grup Boga.“Ini janjiku padamu.”Setelah memiliki 5% saham Grup Boga, Melia pun akan menjadi pemegang saham Grup Boga. Inilah yang dijanjikan Gilbert kepada Melia di awal. Sebenarnya Melia juga tidak peduli dengan saham itu. Ketika melihat Gilbert memberikan saham kepadanya, hati Melia seketika terasa kalut. Keuntungan ini adalah salah satu transaksi dari pernikahan secara formalitas mereka.Melia tidak menandata
Gilbert pun tersenyum, lalu memeluk Melia dari belakang.Melia merasa syok langsung menoleh. “Kenapa kamu jalannya nggak ada suara, sih?”“Bangunnya pagi sekali?”“Aku lagi bikin sarapan buat kamu.” Melia tidak ingin Gilbert membuatkan sarapan untuknya.Gilbert menunduk mencium daun telinga Melia. “Kamu tidak usah bikin sarapan.”“Nggak apa-apa, aku lagi rajin saja.”Ketika melihat tatapan tegas Melia, Gilbert pun tersenyum. “Aku tidak sanggup mengaturmu.”Melia tidak pernah memasak sebelumnya. Jadi, sarapan hasil buatannya boleh dikatakan sangat “mengenaskan”.Dari penampilannya, jangankan orang lain, bahkan Melia sendiri juga merasa tidak selera untuk menyantapnya. Namun Gilbert tetap memakannya. Dia memang tidak mengatakan sarapan itu tidak enak, tetapi Melia merasa sangat gagal.Selama beberapa hari ini, Melia selalu pergi ke Apartemen Himaya untuk meminta ajaran dari Widya.Widya cukup kaget. “Bukannya kamu nggak suka masak?”Sejak kecil, Melia selalu dilayani. Dia tidak begitu su
Prestasi Jerry di sekolah juga sangat menonjol. Padahal dia baru berusia 13 tahun saja, malah ada universitas yang ingin merekrut Jerry.Claire memeluk pinggang Javier. “Iya, anak-anak kita genius. Semuanya tinggal lihat bagaimana kamu mengaturnya.”Javier sudah menghubungi kepala sekolah untuk mengurus perpindahan sekolah Jody. Setelah semuanya selesai diatur, Jody pun akan ditempatkan di bangku SMA 1. Kebetulan dia satu kelas dengan Hiro.Saat teman kelas mereka mendengar kabar kedatangan murid baru. Semuanya pun mulai membahasnya.Hiro duduk sembari membaca buku. Dia memang tidak peduli dengan kedatangan murid baru, hanya saja dia tetap merasa sedikit penasaran.Pada saat ini, wali kelas datang membawa murid baru ke kelas. Semua orang spontan memandang ke luar jendela.Hiro juga melihat ke luar. Entah kenapa dia merasa bayangan tubuh itu terasa sangat familier di mata.Wali kelas memasuki kelas dengan tersenyum, lalu berdiri di depan podium. “Semuanya harap tenang. Hari ini kelas ki
Jessie mengangkat bukunya untuk menutupi setengah wajahnya, lalu mengintip mereka. “Aku hanya pergi ke perpustakaan saja. Apa perlu kalian berbuat seperti ini?”Jerry meliriknya sekilas. “Kamu baca bacaanmu saja. Kami kerjai kerjaan kami.”Jessie hanya menggembungkan pipinya dan tidak berbicara lagi.Jody membantu Jessie untuk membuat catatan, lalu menyerahkan buku kepadanya. “Kata Jerry, nilai ujianmu tidak bagus. Kamu belajar untuk selesaikan soal ini dulu.”Yura mengeluarkan catatan SMP dulu, lalu menyerahkannya kepada Jody. “Apa dia mengerti dengan catatan yang kamu buat? Lebih baik pakai catatanku saja.”Jerri mengambil buku mereka berdua. “Dia pasti tidak mengerti. Biar aku ajari saja.”Hiro tersenyum. “Biar aku saja.”Yura menatap mereka dengan ekspresi risi. “Sudahlah! Apa seorang anak SMP bisa mengerti cara penyelesaian yang dijelaskan kalian?”Jessie sungguh kehabisan kata-kata.Jerry terdiam sejenak. “Aku juga anak SMP.”Kali ini giliran Yura tidak berkata-kata lagi.Sebelum