Jessie berdiri di tempat sembari menunduk. Dia tidak percaya dengan omongan itu dan sulit mencerna ucapan Yura tadi. Namun, apa benar Lisa adalah wanita yang sombong?Namun, Jessie sudah bertahun-tahun kenal dengan Lisa. Dia sangat paham dengan sosok Lisa. Barang-barang itu diberikan Jessie atas kemauannya sendiri. Lisa tidak pernah meminta sama sekali.Iya! Lisa pasti bukanlah orang yang suka pamer.…Sore hari, di vila Javier.Jessie kelihatan tidak fokus dengan makannya. Claire pun menyadari ada yang menjanggal. Dia menaruh sayuran ke atas piring Jessie. “Jessie, ada apa denganmu?”Javier dan Jerry serempak melihat ke sisi Jessie.Jessie tersadar dari bengongnya, lalu menggeleng. Dia mencari alasan. “Setengah bulan lagi Lisa bisa keluar dari rumah sakit.”Claire tersenyum. “Bukankah kamu seharusnya gembira kalau Lisa bisa keluar dari rumah sakit? Dengan begitu, kamu bisa main bareng sahabatmu lagi.”Saat ini, Jessie tidak berbicara. Dia hanya fokus dalam menyantap makanannya saja.
Selain Hiro, Jerry juga merupakan lelaki yang paling disambut hangat di dalam sekolah. Dia memang baru menginjak bangku SMP, tetapi IQ-nya sudah melampaui anak SMP pada umumnya.Yura memalingkan kepala melihat ke sisi Jerry. Dia meletakkan buku pelajaran, lalu berjalan keluar. “Apa kamu datang mencariku?”Jerry memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana. “Apa yang kamu katakan kepada adikku semalam? Mengenai masalah Lisa?”Yura merasa syok. Namun, dia berusaha untuk tersenyum. “Mengenai masalah Lisa, ya …. Apa Jessie nggak beri tahu kamu?”Kening Jerry langsung berkerut.Tampak Yura menyerahkan ponsel kepadanya. “Kamu bisa lihat sendiri.”Jerry mengambil ponsel, lalu melihat sejenak. Tidak terlihat ekspresi apa-apa di atas wajahnya. Pada saat ini, Yura menepuk-nepuk pundak Jerry, lalu mendekatinya. “Jangan salahkan aku terlalu kepo. Lebih baik kamu bujuk adikmu itu, jangan sampai tertipu dengan penampilan lugu Lisa.”Di dalam kamar pasien rumah sakit.Lisa berusaha untuk berjalan tan
“Nak, tadi kamu panggil apa?” Noni baru tersadar dari bengongnya. Dia menepuk bokong si anak dengan perlahan. “Kelak jangan sembarangan panggil.”Noni sungguh tidak menyangka si kecil akan memanggil Hans dengan sebutan “Ayah”. Meski sebenarnya … Hans memang adalah ayahnya. Sekarang Noni tidak ingin Hans mengetahui kenyataan ini. Dia sungguh khawatir, entah apa yang akan Hans lakukan jika dia mengetahui anak ini adalah miliknya.Si anak kecil mulai menangis. “Ethan kepengen Ayah.”Noni terbengong di tempat. Tangisan Ethan semakin kencang lagi. Dia seketika merasa tidak berdaya. Setelah dipikir-pikir, Noni memang tidak tergolong ibu yang bertanggung jawab. Setiap kali Ethan menangis, biasanya Elsa yang akan menenangkannya.Saat Noni sedang kehabisan akal, sesosok bayangan mendekati Noni. Dia mengulurkan tangan untuk menggendong anak di dalam pelukannya, lalu tersenyum tipis. “Anak lelaki tidak boleh menangis.”Tangisan Ethan langsung berhenti. Dia menatap Hans dengan mata berlinangkan ai
Perabotan terbuat dari kayu biasa. Jika dibandingkan dengan vila mewah milik Javier, rumah ini boleh dikatakan bukan apa-apa.Stella bersikap sangat ramah. “Jessie, hari ini kamu makan di rumah, ya. Kamu ingin makan apa? Biar Tante beli sayur.”Jessie membalas dengan tersenyum, “Aku nggak pilih makanan, kok!”Stella mengangguk. “Baguslah, kalau begitu, Tante pergi beli sayuran dulu, ya.” Sebelum pergi, tak lupa Stella berpesan kepada Lisa untuk menjamu temannya dengan baik.Lisa membawa Jessie ke kamarnya. Kamarnya sangatlah kecil jika dibandingkan dengan kamar Jessie. Hanya saja, dekorasi kamar tergolong sangat hangat.Anehnya, Lisa tidur di bagian bawah kasur dua tingkat, sedangkan di bagian atas kasur ditempati banyak kardus.Jessie duduk di kursi belajar, lalu bertanya, “Lisa, apa ada yang tidur di atas sana?”Lisa duduk di samping ranjang sembari menunduk. “Dulu ada, tapi sekarang sudah nggak ada lagi.”Jessie merasa penasaran. “Apa kamu punya kakak atau adik?”Lisa mengangguk.Je
Si pemuda menyilangkan kedua kakinya. “Ckck, sepertinya kamu nggak menganggapku sebagai kakakmu.”“Delon, kalau kamu mau makan, makan dengan baik. Kalau kamu tidak ingin makan, keluar saja.” Raut wajah Paul tampak muram. Jika dia tahu dia akan memiliki anak yang tidak berguna ini, dia pasti akan mencekik Delon di kala kecil dulu.Delon pun tersenyum. “Ayah, aku ini anakmu. Apa perlu kamu bersikap sesadis ini?”“Kamu bilang kamu itu anaknya Ayah?” Stella berdiri di belakangnya. “Setiap harinya kerjaan kamu cuma keluyuran saja dan tidak pulang ke rumah. Begitu pulang, kamu selalu minta uang. Sekarang kamu juga tidak muda lagi, apa kamu tidak bisa mencari pekerjaan stabil untuk membiayai uang sekolah adikmu?”Delon langsung tertawa. “Apa dia masih butuh dibiayai aku lagi? Sekarang dia sekolah di sekolah yang sangat bagus. Seharusnya dia kenal dengan banyak orang kaya, ‘kan?”Usai berbicara, Delon melirik jam tangan di pergelangan tangan Lisa. “Eh, harga jam tangan ini puluhan juta. Hebat!
Lisa tertegun di tempat. Pada akhirnya, dia hanya melebarkan matanya melihat Delon mengambil semua pemberian Jessie kepadanya.Setelah kembali ke vila, baru saja Jessie hendak ke lantai atas, tampak Jerry sedang bersandar di dinding sembari melipat kedua tangannya. Keningnya tampak berkerut. “Kak Jerry, kamu sok kalem lagi di sini.”“Kata siapa aku sok kalem.” Jerry memasukkan tangan ke dalam saku celana. “Bukannya kamu makan di rumah Lisa? Kenapa kamu pulangnya secepat ini?”“Sudah selesai makannya.” Jessie berjalan ke depan pintu. Tetiba dia kepikiran sesuatu, lalu menghentikan langkahnya. “Kak Jerry, tiba-tiba aku merasa kamu orangnya baik juga.”Setelah bertemu dengan abangnya Lisa, Jessie baru menyadari ternyata Jody dan Jerry sangatlah baik.Salah satu ujung bibir Jerry berkedut. “Apa kamu salah makan obat?” Jarang-jarang adiknya memuji Jerry. Hal ini boleh dikatakan cukup langka.“Terserah apa yang kamu pikirkan.” Jessie merentangkan kedua tangannya. Pada akhirnya, dia mendorong
Javier tersenyum. “Kamu tahu sendiri aku tidak kenal banyak wanita.”Claire terdiam sejenak. Sebenarnya sejak kenal dengan Javier, Claire memang tidak pernah melihat teman lawan jenis di dekat Javier. Dia lebih banyak bergaul dengan sesama jenis.Claire menopang tangan di atas meja, lalu mencondongkan tubuh untuk mendekatinya. “Javier, seharusnya kamu sangat disambut hangat ketika kuliah dulu? Apa nggak ada cewek yang mengejarmu?”Javier membelai wajah Claire. “Tidak ada.”Sewaktu kuliah, Javier hanya fokus dalam masalah belajar dan mengelola perusahaan. Dia tidak ada waktu dalam hal pacaran.Claire menggenggam punggung tangan Javier dengan tersenyum. “Apa kamu nggak punya nomor telepon teman cewek?”Kening Javier tampak berkerut. Tangan yang menahan belakang leher Claire semakin erat lagi. “Kenapa? Apa kamu berharap aku berhubungan dengan teman-teman cewek?”“Bukan, aku hanya penasaran saja.” Claire menyipitkan matanya. Kemudian, dia membuka bekal bawaannya. “Aku masakin nasi goreng u
Roger berjalan ke dalam ruangan, lalu bergegas ke depan meja. “Tuan Javier, direktur utama Perusahaan Teknologi Sendana datang mencarimu.”Kening Javier berkerut. “Sepertinya perusahaan kita tidak bekerja sama dengan Perusahaan Teknologi Sendana. Untuk apa mereka mencariku?”Roger menggeleng. “Aku juga tidak jelas. Kata resepsionis, mereka sudah menunggu sekitar satu jam. Dengar-dengar Perusahaan Teknologi Sendana akan segera diakuisisi. Mereka sedang menghadapi masa sulit. Bisa jadi mereka datang untuk mengajukan kerja sama?”Javier mengesampingkan dokumen di hadapannya, lalu menyandarkan tubuhnya. “Sebuah perusahaan teknologi yang akan diakuisisi malah ingin bekerja sama dengan kita. Apa mereka kira kita membuka perusahaan amal? Beri tahu resepsionis untuk usir mereka.”Roger menelepon resepsionis menyampaikan apa yang dikatakan Javier. Entah apa yang dikatakan resepsionis, dia spontan melihat ke sisi Javier. “Tuan, putri dari direktur Perusahaan Teknologi Sendana itu teman kuliahmu?
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me