Di Vila Blue Canyon. Claire sedang berdiri di balkon sambil bertelepon. Begitu panggilan diakhiri, seseorang meletakkan jaket di pundaknya. Dia menoleh dan menatap Javier yang memeluknya dari belakang, lalu bertanya, "Kamu pulang lebih awal?"Javier tersenyum sembari membalas, "Urusan di perusahaan sudah selesai, jadi aku pulang."Claire membalikkan badan memandang Javier seraya berujar, "Kali ini, Hardy dan Naomi benar-benar sudah bersama. Sepertinya pertunangan pura-pura ada gunanya."Javier mencubit hidung Claire dengan pelan, lalu menimpali, "Kamu yang punya ide untuk meminta bantuan Dimas." Dia menyipitkan matanya sambil melanjutkan, "Berdasarkan wataknya, dia tidak akan melakukan sesuatu secara cuma-cuma. Kenapa dia bisa setuju membantumu?"Claire terkekeh-kekeh sembari berjinjit memeluk leher Javier. Dia menjawab, "Aku memanfaatkan dirimu."Javier mengernyit dan bertanya, "Memanfaatkanku?""Kamu kakak sepupunya. Memangnya dia bisa menolak? Kalau dia nggak mau membantu, kelak dia
Hardy mengulurkan tangan ke arah Naomi. Kemudian, Aditya meletakkan tangan putrinya ke tangan Hardy. Naomi menatap Hardy, lalu mengikutinya berdiri di hadapan pembawa acara.Pembawa acara memandang Naomi sembari bertanya, "Naomi, apa kamu bersedia menjadi istri Hardy, menemaninya seumur hidup, selalu peduli padanya saat dia lelah, dan tidak akan meninggalkannya meskipun menghadapi kesulitan apa pun?"Naomi menatap Hardy sambil tersenyum dan menjawab, "Aku bersedia.""Hardy, apa kamu bersedia menjadikan Naomi sebagai istri, mencintainya dan melindunginya seumur hidup, selalu berada di sisinya setiap dia membutuhkanmu, dan tidak akan meninggalkannya dalam keadaan apa pun?" tanya pembawa acara kepada Hardy.Hardy menjawab dengan tegas, "Aku bersedia." Dia membuka veil Naomi dengan perlahan, lalu meraih wajahnya dan menciumnya. Mereka bertukar cincin dengan diiringi suara tepuk tangan para tamu.Pembawa acara tersenyum sembari berseru, "Selamat berbahagia untuk kedua mempelai!"Naomi melir
"Nona Claire, ini aku," ucap seseorang dari ujung telepon.Mendengar suara ini, Claire sontak tersenyum dan memanggil, "Izza?"Izza sudah lebih dari setengah tahun tinggal di Negara Mardani. Dia mengatakan ingin mencari keberadaan orang tuanya di sana, tetapi selama ini tidak ada kabar darinya. Claire tidak menyangka akhirnya Izza menghubungi dirinya. Claire mengira Izza sudah melupakan dirinya."Maaf karena aku baru menghubungimu," ucap Izza."Nggak apa-apa. Yang penting kamu baik-baik saja." Claire bersandar di dinding sambil bertanya, "Bagaimana kabarmu di Negara Mardani?""Kabarku sangat baik, Nona nggak perlu khawatir. Aku akan segera pulang," jawab Izza.Claire sontak tertegun, lalu bertanya lagi, "Pulang ke mana?"Setelah diam sejenak, Izza menimpali dengan perlahan, "Aku sudah bertemu orang tuaku. Tapi, keadaannya nggak seperti yang aku bayangkan. Lebih baik aku kembali ke sisi Nona saja."Claire tidak mengatakan apa-apa. Dia bisa mendengar bahwa Izza sangat sedih. Ketika meng
Perawat itu menjawab, "Program hamil. Sepertinya dia sangat berharap segera hamil, tapi anemia kronis dan beberapa peradangan membuatnya kesulitan hamil."Claire mengatupkan bibirnya. Perawat itu curiga Noni disiksa karena ada bekas ikatan di pergelangan tangannya. Namun, dia juga mengatakan Noni tampak berharap bisa segera hamil? Claire merasa masalah ini tidak sesederhana itu. Sebenarnya, kondisi Noni tidak ada hubungannya dengan Claire, jadi dia seharusnya tidak perlu ikut campur. Namun, dia tidak kuasa memikirkan sosok Noni beberapa tahun lalu. Kala itu, Noni yang merupakan putri Ketua Grup Zahra masih sangat angkuh. Dia adalah nona terhormat yang selalu dimanjakan dan disanjung orang-orang.Sayangnya, selain sombong, Noni juga bodoh. Jika bukan karena kenaifannya, dia tidak mungkin dimanfaatkan Kayla untuk melawannya. Pada akhirnya, Noni berakhir seperti ini karena pilihannya sendiri. Setelah membuat pilihan, dia harus berani menanggung konsekuensinya.Claire berdiri di koridor r
Seabad seakan-akan telah berlalu sebelum Hans menyudahi siksaannya. Dia mendekap Noni dari belakang dan merapikan rambut yang menempel di lehernya sambil berkata, "Jangan pernah harap kamu bisa lepas dariku. Biarpun aku membencimu, kita akan terus bersama untuk saling menyiksa."Noni hanya diam dengan sorot mata yang perlahan meredup.Keesokan harinya, di sebuah kafe. Claire sedang menuang teh di ruang privat ketika seorang pelayan membuka pintu. Kemudian, seorang wanita berjalan masuk sambil memandang Claire dengan ekspresi bingung.Setelah pelayan itu undur diri, Claire menaruh cangkir tehnya, lalu mengulum senyum dan berkata, "Duduklah."Wanita itu duduk di depan Claire dan bertanya, "Maaf, ada urusan apa kamu mencariku?""Kamu asistennya Noni, 'kan? Aku mau tanya beberapa hal soal Noni," jawab Claire sambil menuangkan teh untuknya.Asisten itu berujar dengan nada kaget, "Kamu mengenal Nona Noni?""Bisa dibilang begitu," sahut Claire.Si asisten berujar dengan waspada, "Apa yang ing
Noni memandang ke arah pintu yang ditutup Hans, entah apa yang sedang dipikirkannya. Setelah dia keluar dari kamar mandi, dia mendapati Hans telah menaruh segelas air hangat di meja. Tampaknya pria itu sudah pergi.Noni kembali ke ranjang dan melirik ke meja. Segelas air yang diletakkan di sana seakan-akan tengah mengejeknya. Dia menjauhkan gelas itu dari pandangannya, lalu kembali berbaring.Ketika terbangun untuk kedua kalinya, hari sudah sore. Noni sudah merasa lebih baik, tetapi tubuhnya masih sedikit lelah. Dia menghela napas lega begitu keluar kamar dan tidak menemukan Hans. Noni pergi ke dapur dan merebus semangkuk mi.Berhubung Hans mengambil ponselnya dan menyuruh orang untuk memantaunya, dia sudah sebulan lebih tidak menghubungi keluarganya. Bahkan saat Noni keluar, dia harus mendapatkan izin Hans terlebih dahulu dan harus diikuti orang-orangnya. Setiap hari, dia harus menahan penderitaan akibat perlakuan kejam pria itu. Dia hanya bisa merasa santai saat Hans tidak berada di
Berhubung suasana hatinya sedang bagus, Suryadi tidak mempermasalahkan hal itu. Dia langsung menukar gelas Noni dengan anggur merah seraya berkata, "Ada berbagai macam alkohol di sini, kamu bebas minum yang mana."Hans melempar senyum palsu dan berujar, "Sepertinya Pak Suryadi menyukai wanita yang kubawa.""Itu karena seleramu bagus, jadi tentu saja aku menyukainya. Pak Hans, apa kamu bisa memberikan wanita ini padaku?" kata Suryadi sambil merentangkan tangannya di sandaran kursi.Gerakan Hans yang sedang menuang minuman terhenti. Dia menaruh botol itu kembali ke meja dan berujar, "Pak Suryadi suka banget sama wanita ini, ya?"Suryadi mengelus dagu Noni sambil menyahut, "Iya, wanita ini punya aura khas yang berbeda dari para wanita di kelab. Pembawaannya sangat elegan. Kalau bukan karena aku melihatnya datang bersamamu, aku mungkin akan mengira dia seorang nona dari keluarga terhormat. Pak Hans temukan di mana wanita ini?"Cengkeraman Noni pada gelasnya mengencang. Hans meliriknya seki
"Hans, aku sudah mengikuti keinginanmu, jadi ...." Sebelum Noni selesai bicara, Hans tiba-tiba melayangkan tamparan ke pipinya. Noni seketika mematung. Tamparan itu tidak keras, tetapi rasa sakitnya tidak hanya di fisik. Selain sengatan di pipi, hatinya juga hancur berantakan.Hans mencengkeram bahu Noni dan mengimpitnya ke dinding. Dia melirik ke suatu tempat, lalu menahan wajah wanita itu dan memaksanya menatap matanya. "Noni, kamu cuma wanita bekas yang tidak diinginkan siapa pun. Jangan harap kamu bisa lepas dariku!" ujar Hans dengan dingin.Mata Noni memerah, tetapi dia berusaha menahan air matanya supaya tidak terjatuh. Tanpa melihat ekspresi Noni, Hans langsung menyeretnya ke dalam lift.Setelah keduanya pergi, seorang pria yang mengawasi mereka bergegas kembali ke ruang privat. Dia menghampiri Suryadi dan melapor, "Pak Suryadi, sepertinya rumor di luar benar. Pernikahan antara Keluarga Zahra dan Keluarga Jetmadi batal karena Pak Hans membenci Nona Noni. Tapi, nyalinya sangat be