Noni memandang ke arah pintu yang ditutup Hans, entah apa yang sedang dipikirkannya. Setelah dia keluar dari kamar mandi, dia mendapati Hans telah menaruh segelas air hangat di meja. Tampaknya pria itu sudah pergi.Noni kembali ke ranjang dan melirik ke meja. Segelas air yang diletakkan di sana seakan-akan tengah mengejeknya. Dia menjauhkan gelas itu dari pandangannya, lalu kembali berbaring.Ketika terbangun untuk kedua kalinya, hari sudah sore. Noni sudah merasa lebih baik, tetapi tubuhnya masih sedikit lelah. Dia menghela napas lega begitu keluar kamar dan tidak menemukan Hans. Noni pergi ke dapur dan merebus semangkuk mi.Berhubung Hans mengambil ponselnya dan menyuruh orang untuk memantaunya, dia sudah sebulan lebih tidak menghubungi keluarganya. Bahkan saat Noni keluar, dia harus mendapatkan izin Hans terlebih dahulu dan harus diikuti orang-orangnya. Setiap hari, dia harus menahan penderitaan akibat perlakuan kejam pria itu. Dia hanya bisa merasa santai saat Hans tidak berada di
Berhubung suasana hatinya sedang bagus, Suryadi tidak mempermasalahkan hal itu. Dia langsung menukar gelas Noni dengan anggur merah seraya berkata, "Ada berbagai macam alkohol di sini, kamu bebas minum yang mana."Hans melempar senyum palsu dan berujar, "Sepertinya Pak Suryadi menyukai wanita yang kubawa.""Itu karena seleramu bagus, jadi tentu saja aku menyukainya. Pak Hans, apa kamu bisa memberikan wanita ini padaku?" kata Suryadi sambil merentangkan tangannya di sandaran kursi.Gerakan Hans yang sedang menuang minuman terhenti. Dia menaruh botol itu kembali ke meja dan berujar, "Pak Suryadi suka banget sama wanita ini, ya?"Suryadi mengelus dagu Noni sambil menyahut, "Iya, wanita ini punya aura khas yang berbeda dari para wanita di kelab. Pembawaannya sangat elegan. Kalau bukan karena aku melihatnya datang bersamamu, aku mungkin akan mengira dia seorang nona dari keluarga terhormat. Pak Hans temukan di mana wanita ini?"Cengkeraman Noni pada gelasnya mengencang. Hans meliriknya seki
"Hans, aku sudah mengikuti keinginanmu, jadi ...." Sebelum Noni selesai bicara, Hans tiba-tiba melayangkan tamparan ke pipinya. Noni seketika mematung. Tamparan itu tidak keras, tetapi rasa sakitnya tidak hanya di fisik. Selain sengatan di pipi, hatinya juga hancur berantakan.Hans mencengkeram bahu Noni dan mengimpitnya ke dinding. Dia melirik ke suatu tempat, lalu menahan wajah wanita itu dan memaksanya menatap matanya. "Noni, kamu cuma wanita bekas yang tidak diinginkan siapa pun. Jangan harap kamu bisa lepas dariku!" ujar Hans dengan dingin.Mata Noni memerah, tetapi dia berusaha menahan air matanya supaya tidak terjatuh. Tanpa melihat ekspresi Noni, Hans langsung menyeretnya ke dalam lift.Setelah keduanya pergi, seorang pria yang mengawasi mereka bergegas kembali ke ruang privat. Dia menghampiri Suryadi dan melapor, "Pak Suryadi, sepertinya rumor di luar benar. Pernikahan antara Keluarga Zahra dan Keluarga Jetmadi batal karena Pak Hans membenci Nona Noni. Tapi, nyalinya sangat be
Hans memalingkan wajah, lalu segera menghidupkan mesin dan melajukan mobilnya. Setibanya di apartemen, Noni langsung pergi ke kamar mandi. Begitu keluar, dia melihat Hans sedang duduk di samping ranjang sambil merokok.Hans mematikan puntung rokoknya ke asbak seraya berkata, "Aku akan mengizinkanmu kembali ke Kediaman Zahra besok."Hans berdiri dan berjalan menghampiri Noni. Dia menangkup wajah wanita itu dengan telapak tangan, lalu menunduk dan menciumnya. Noni tidak melawan. Sebaliknya, dia berdiri kaku dalam dekapan Hans dan memaksakan diri untuk membalas ciuman pria itu. Hanya saja, matanya sama sekali tidak menunjukkan gejolak emosi.Hans tidak memaksa Noni malam itu, melainkan hanya menghadiahinya dengan kecupan beruntun. Saat pria itu sedang melimpahinya dengan kehangatan, dia justru merasa kedinginan. Di dalam kegelapan, Noni tidak bisa melihat sorot iba di mata Hans. Di sisi lain, Hans juga tidak bisa melihat kebencian yang terpancar kuat dari mata Noni.Keesokan harinya, Hans
Hans tertawa, lalu wajahnya terlihat sedikit tegang dan dia tidak berbicara. Cahya memandang orang yang sedang menunggangi kuda seraya berucap, "Kita sudah kenal cukup lama. Aku tahu kamu itu orang yang keras hati saat menghadapi urusan percintaan. Aku memang tidak tahu apa yang terjadi di antara kamu dan Noni, tapi sepertinya Pak Roy sangat mengkhawatirkan anaknya."Hans tersenyum dan menimpali, "Cahya, sebaiknya kamu jangan ikut campur urusanku dengan Noni."Cahya meminum kopi, lalu menasihati, "Aku memang tidak berniat ikut campur. Tapi, aku mau ingatkan kamu, jangan keterlaluan."Hans terdiam. Setelah berbincang beberapa saat lagi, Hans pergi terlebih dahulu. Cahya memandang sosok Hans sambil merenung.....Di Perusahaan Soulna. Claire menatap Cherry sembari bertanya, "Pak Roy meminta Cahya untuk membujuk Hans?"Cherry yang duduk di sofa meminum teh, lalu tersenyum dan menyahut, "Iya. Kemarin Pak Roy langsung datang ke kediaman Keluarga Chaniago. Dia meminta suamiku untuk membujuk
Noni hanya terdiam. Hans tertawa, lalu berucap dengan ekspresi muram, "Kamu tenang saja, aku tidak akan menghabisimu."Hans menjepit dagu Noni dengan erat seraya mengancam, "Aku tidak rela menghabisimu. Lagi pula, ada banyak cara untuk menyiksamu."Wajah Noni memucat dan dia mulai ketakutan. Hans melepaskan Noni, lalu menjalankan mobilnya. Setelah kembali ke apartemen, Hans menarik Noni ke kamar mandi. Hans mengisi air dingin di bak mandi sampai penuh. Kemudian, dia langsung mendorong Noni ke dalam bak mandi.Baju Noni basah dan tubuh Hans juga terciprat air. Noni kedinginan, tubuhnya gemetaran. Namun, sebelum Noni sempat merespons, Hans menjambak rambut Noni lagi dan bertanya, "Kamu mau mendesakku, ya? Kamu tidak takut mati?"Hans memasukkan kepala Noni ke dalam air lagi dan Noni berusaha memberontak. Noni segera menarik napas saat Hans mengangkat kepala Noni. Namun, Hans memasukkan kepala Noni ke dalam air lagi.Melihat Noni yang tidak memberontak lagi, Hans mengangkat kepala Noni. S
Claire mengangguk dan berujar, "Ini sesuai dengan perkiraanku."Cherry memanggil pelayan, lalu melanjutkan, "Noni memang ada di apartemen Hans. Tapi, aku rasa dia dikurung Hans."Cherry memesan secangkir kopi. Dia bertanya setelah pelayan pergi, "Apa kamu nggak penasaran dengan jawaban Noni waktu aku bilang kamu yang mengajaknya bertemu?"Tangan Claire yang sedang memegang cangkir kopi terhenti sesaat, lalu dia lanjut meminum kopinya dan bertanya balik, "Apa yang dia bilang?""Noni bilang, dia nggak mau bertemu denganmu," jawab Cherry.Claire tertegun. Cherry tertawa dan berucap, "Sebenarnya aku membohongimu."Claire melipat kedua tangannya di dada sembari menatap Cherry, lalu Cherry tersenyum dan mencondongkan tubuhnya ke depan. Dia berkata, "Noni memang nggak menolak untuk bertemu denganmu. Tapi, dia juga nggak bilang mau kapan bertemu."Claire mengangguk dan menceletuk, "Dia menolakku secara halus."Cherry mengangkat alisnya seraya bertanya, "Kenapa? Kamu mau mengakhiri dendam di an
Candice menggendong bayinya dengan hati-hati. Melihat bayinya menggenggam ibu jarinya, Candice yang tercengang berkomentar, "Ternyata bayi yang baru lahir kecil sekali.""Iya. Waktu aku melahirkan Louis, dia juga begitu kecil dan jelek," keluh Liliana.Louis merasa tidak berdaya saat mendengar ucapan Liliana. Sementara itu, Candice tertawa. Louis yang duduk di tepi tempat tidur juga menggendong anaknya. Namun, anaknya langsung menangis setelah digendong Louis.Louis yang panik bertanya, "Kenapa dia tiba-tiba menangis?"Claire menghampiri Louis dan berucap, "Coba aku yang gendong." Dia menggendong bayi Candice dan Louis. Gerakan Claire terlihat luwes saat menghibur bayi. Dalam sekejap, anak Candice dan Louis sudah berhenti menangis.Liliana mendekati Claire dan berkata, "Dia langsung tenang setelah digendong bibinya."Akhirnya, suster membawa bayinya kembali ke inkubator. Claire dan Cherry juga tidak berlama-lama lagi di rumah sakit karena tidak ingin mengganggu Candice istirahat. Merek