Noni hanya terdiam. Hans tertawa, lalu berucap dengan ekspresi muram, "Kamu tenang saja, aku tidak akan menghabisimu."Hans menjepit dagu Noni dengan erat seraya mengancam, "Aku tidak rela menghabisimu. Lagi pula, ada banyak cara untuk menyiksamu."Wajah Noni memucat dan dia mulai ketakutan. Hans melepaskan Noni, lalu menjalankan mobilnya. Setelah kembali ke apartemen, Hans menarik Noni ke kamar mandi. Hans mengisi air dingin di bak mandi sampai penuh. Kemudian, dia langsung mendorong Noni ke dalam bak mandi.Baju Noni basah dan tubuh Hans juga terciprat air. Noni kedinginan, tubuhnya gemetaran. Namun, sebelum Noni sempat merespons, Hans menjambak rambut Noni lagi dan bertanya, "Kamu mau mendesakku, ya? Kamu tidak takut mati?"Hans memasukkan kepala Noni ke dalam air lagi dan Noni berusaha memberontak. Noni segera menarik napas saat Hans mengangkat kepala Noni. Namun, Hans memasukkan kepala Noni ke dalam air lagi.Melihat Noni yang tidak memberontak lagi, Hans mengangkat kepala Noni. S
Claire mengangguk dan berujar, "Ini sesuai dengan perkiraanku."Cherry memanggil pelayan, lalu melanjutkan, "Noni memang ada di apartemen Hans. Tapi, aku rasa dia dikurung Hans."Cherry memesan secangkir kopi. Dia bertanya setelah pelayan pergi, "Apa kamu nggak penasaran dengan jawaban Noni waktu aku bilang kamu yang mengajaknya bertemu?"Tangan Claire yang sedang memegang cangkir kopi terhenti sesaat, lalu dia lanjut meminum kopinya dan bertanya balik, "Apa yang dia bilang?""Noni bilang, dia nggak mau bertemu denganmu," jawab Cherry.Claire tertegun. Cherry tertawa dan berucap, "Sebenarnya aku membohongimu."Claire melipat kedua tangannya di dada sembari menatap Cherry, lalu Cherry tersenyum dan mencondongkan tubuhnya ke depan. Dia berkata, "Noni memang nggak menolak untuk bertemu denganmu. Tapi, dia juga nggak bilang mau kapan bertemu."Claire mengangguk dan menceletuk, "Dia menolakku secara halus."Cherry mengangkat alisnya seraya bertanya, "Kenapa? Kamu mau mengakhiri dendam di an
Candice menggendong bayinya dengan hati-hati. Melihat bayinya menggenggam ibu jarinya, Candice yang tercengang berkomentar, "Ternyata bayi yang baru lahir kecil sekali.""Iya. Waktu aku melahirkan Louis, dia juga begitu kecil dan jelek," keluh Liliana.Louis merasa tidak berdaya saat mendengar ucapan Liliana. Sementara itu, Candice tertawa. Louis yang duduk di tepi tempat tidur juga menggendong anaknya. Namun, anaknya langsung menangis setelah digendong Louis.Louis yang panik bertanya, "Kenapa dia tiba-tiba menangis?"Claire menghampiri Louis dan berucap, "Coba aku yang gendong." Dia menggendong bayi Candice dan Louis. Gerakan Claire terlihat luwes saat menghibur bayi. Dalam sekejap, anak Candice dan Louis sudah berhenti menangis.Liliana mendekati Claire dan berkata, "Dia langsung tenang setelah digendong bibinya."Akhirnya, suster membawa bayinya kembali ke inkubator. Claire dan Cherry juga tidak berlama-lama lagi di rumah sakit karena tidak ingin mengganggu Candice istirahat. Merek
Hans mengatakan bahwa dia tidak akan mencintai Noni selamanya. Noni terdiam, hatinya sangat sakit. Tubuhnya gemetaran dan air matanya mengalir."Aku tidak sengaja ...," ucap Hans. Dia memegang wajah Noni dan menariknya. Noni menggigit bahu Hans dan Hans yang kesakitan langsung mendorong Noni.Noni terjatuh di atas pecahan gelas. Hans segera menggendong Noni dan memanggil, "Noni!"Melihat kondisi Noni, Hans gemetaran. Wajah Noni tertusuk pecahan gelas dan ada pecahan gelas lain yang menempel di wajah Noni sehingga wajahnya berlumuran darah. Hans yang menggendong Noni segera berlari keluar.Di rumah sakit, Hans bersandar di dinding lorong sambil merokok. Tangan dan kerah baju Hans ternodai darah Noni. Begitu teringat dengan luka di wajah Noni, Hans menutup wajahnya dengan tangan. Dia berusaha menahan rasa sakitnya, lalu air matanya mengalir.Hans berjalan kembali ke kamar pasien dengan ekspresi putus asa. Dia duduk di kursi seraya memandang wajah kanan Noni yang dibalut dengan perban. Ha
Hans mengemudikan mobilnya ke pantai dan melihat seseorang berdiri di bawah mercusuar yang tidak jauh dari sana. Dia tiba-tiba menghentikan mobilnya, keluar, dan langsung berlari ke arah mercusuar. Pria itu bahkan tidak peduli dengan ponselnya yang sedang berdering. Hans bergegas menuju sosok itu sambil berseru, "Noni! Jangan ...."Namun, Noni tanpa ragu melompat ke laut. Ombak yang ganas menelan tubuhnya. Air laut yang dingin membuat semua suara terisolasi sambil melingkupi tubuhnya yang tenggelam perlahan. Tiba-tiba, tangan seseorang menarik lengannya. Hans memeluknya dan segera berenang ke atas.Di tepi pantai, Hans terus menekan dada Noni dengan kedua tangannya untuk melakukan CPR. Hawa dingin menusuk wajahnya, tetapi dia sama sekali tidak berani berhenti sejenak. Lengan Hans yang berotot terus menekan dada Noni. Dia mencoba memulihkan jantungnya sambil berkata, "Noni, aku mohon .... Tolong bangun!"Tak lama kemudian, beberapa mobil berhenti di belakang mobil Hans. Cahya dan rombon
Roy datang ke stasiun perawat untuk bertanya, "Kenapa putriku masih belum siuman juga?"Seorang perawat melihat rekam medis sejenak, lalu menjawab perlahan, "Biasanya, pasien mengalami kondisi seperti ini karena beberapa faktor psikologis. Mereka sering kali mengalami fluktuasi emosi yang besar. Setelah diselamatkan, pasien yang sebelumnya mencoba untuk kabur dari kenyataan dengan cara ekstrem seperti ini, bakal terperangkap dalam keadaan menutup diri.""Jadi, pasien sebenarnya sadar, tapi dia enggan bangun. Dia membutuhkan kehadiran keluarga untuk lebih sering mendampinginya dan mengajaknya berbicara agar bisa merangsang saraf otaknya. Ini bisa bantu mempercepat proses kesadaran putrimu," tambah si perawat.Roy pun mengangguk. Dia berjalan kembali ke kamar pasien dengan langkah berat. Roy mendapati istrinya sedang duduk di samping ranjang sambil menangis diam-diam. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu mengambil mantel dan meletakkannya di atas bahu Elsa. Kemudian, Roy berkata, "Kamu ha
Hans segera bangkit dan berlari ke luar kamar untuk memanggil dokter. Segera setelah itu, dokter datang untuk memeriksa Noni di kamar pasien. Tidak lama kemudian, Elsa dan Roy juga datang dengan tergesa-gesa."Noni!" panggil Elsa yang melihat putrinya duduk di ranjang. Dia mengabaikan Hans yang berdiri di samping, lalu mengelus pipi putrinya dengan gugup. Elsa berkata sambil menangis, "Anakku, akhirnya kamu bangun juga.""Baguslah kalau sudah bangun," ucap Roy. Dia seolah-olah merasa lega. Beban di hatinya juga terlepas saat ini.Akan tetapi, ekspresi Noni sangat datar. Meskipun sudah bangun, dia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Elsa memandangnya dengan heran. Tangannya menggeser rambut panjang putrinya yang menutupi wajah, lalu memanggil lagi, "Noni?"Bibir kering Noni akhirnya bergerak. Dia bertanya dengan suara serak, "Kamu ... siapa?"Elsa dan Roy terdiam seketika. Keduanya tiba-tiba menatap Hans yang juga terdiam di sana. Hans memandang Noni yang menunduk sambil memainkan jarin
Noni mengangguk karena sangat penasaran. Hans pun memandang ke kejauhan, lalu mulai bercerita, "Ini dimulai dari perjodohanku dengannya. Kala itu, aku hanya setuju dengan perjodohan yang diatur oleh keluarga, tapi aku tidak menyukainya ...."Hans pertama kali bertemu dengan Noni di sebuah perjamuan antara Keluarga Jetmadi dan Keluarga Zahra. Dia bukannya tidak pernah melihat Noni dari Grup Zahra sebelumnya, juga bukannya sama sekali tidak mengenalnya. Rumor tentang Noni yang sombong dan angkuh telah menjadi pusat perhatian sejak insiden di sebuah pesta sosialita beberapa tahun lalu. Lantaran tindakan Charine telah merugikan Keluarga Jetmadi, ayahnya memaksa Hans untuk menikahi wanita yang reputasinya hancur untuk mengokohkan Keluarga Jetmadi. Ini sungguh konyol bagi Hans. Di perjamuan tersebut, dia bertemu dengan Noni. Itu adalah kali pertama Hans benar-benar mengenalnya.Wanita itu sama sekali tidak sombong. Dia hanyalah seorang wanita yang anggun dan sederhana. Hans tahu bahwa setel