Hans mengemudikan mobilnya ke pantai dan melihat seseorang berdiri di bawah mercusuar yang tidak jauh dari sana. Dia tiba-tiba menghentikan mobilnya, keluar, dan langsung berlari ke arah mercusuar. Pria itu bahkan tidak peduli dengan ponselnya yang sedang berdering. Hans bergegas menuju sosok itu sambil berseru, "Noni! Jangan ...."Namun, Noni tanpa ragu melompat ke laut. Ombak yang ganas menelan tubuhnya. Air laut yang dingin membuat semua suara terisolasi sambil melingkupi tubuhnya yang tenggelam perlahan. Tiba-tiba, tangan seseorang menarik lengannya. Hans memeluknya dan segera berenang ke atas.Di tepi pantai, Hans terus menekan dada Noni dengan kedua tangannya untuk melakukan CPR. Hawa dingin menusuk wajahnya, tetapi dia sama sekali tidak berani berhenti sejenak. Lengan Hans yang berotot terus menekan dada Noni. Dia mencoba memulihkan jantungnya sambil berkata, "Noni, aku mohon .... Tolong bangun!"Tak lama kemudian, beberapa mobil berhenti di belakang mobil Hans. Cahya dan rombon
Roy datang ke stasiun perawat untuk bertanya, "Kenapa putriku masih belum siuman juga?"Seorang perawat melihat rekam medis sejenak, lalu menjawab perlahan, "Biasanya, pasien mengalami kondisi seperti ini karena beberapa faktor psikologis. Mereka sering kali mengalami fluktuasi emosi yang besar. Setelah diselamatkan, pasien yang sebelumnya mencoba untuk kabur dari kenyataan dengan cara ekstrem seperti ini, bakal terperangkap dalam keadaan menutup diri.""Jadi, pasien sebenarnya sadar, tapi dia enggan bangun. Dia membutuhkan kehadiran keluarga untuk lebih sering mendampinginya dan mengajaknya berbicara agar bisa merangsang saraf otaknya. Ini bisa bantu mempercepat proses kesadaran putrimu," tambah si perawat.Roy pun mengangguk. Dia berjalan kembali ke kamar pasien dengan langkah berat. Roy mendapati istrinya sedang duduk di samping ranjang sambil menangis diam-diam. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu mengambil mantel dan meletakkannya di atas bahu Elsa. Kemudian, Roy berkata, "Kamu ha
Hans segera bangkit dan berlari ke luar kamar untuk memanggil dokter. Segera setelah itu, dokter datang untuk memeriksa Noni di kamar pasien. Tidak lama kemudian, Elsa dan Roy juga datang dengan tergesa-gesa."Noni!" panggil Elsa yang melihat putrinya duduk di ranjang. Dia mengabaikan Hans yang berdiri di samping, lalu mengelus pipi putrinya dengan gugup. Elsa berkata sambil menangis, "Anakku, akhirnya kamu bangun juga.""Baguslah kalau sudah bangun," ucap Roy. Dia seolah-olah merasa lega. Beban di hatinya juga terlepas saat ini.Akan tetapi, ekspresi Noni sangat datar. Meskipun sudah bangun, dia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Elsa memandangnya dengan heran. Tangannya menggeser rambut panjang putrinya yang menutupi wajah, lalu memanggil lagi, "Noni?"Bibir kering Noni akhirnya bergerak. Dia bertanya dengan suara serak, "Kamu ... siapa?"Elsa dan Roy terdiam seketika. Keduanya tiba-tiba menatap Hans yang juga terdiam di sana. Hans memandang Noni yang menunduk sambil memainkan jarin
Noni mengangguk karena sangat penasaran. Hans pun memandang ke kejauhan, lalu mulai bercerita, "Ini dimulai dari perjodohanku dengannya. Kala itu, aku hanya setuju dengan perjodohan yang diatur oleh keluarga, tapi aku tidak menyukainya ...."Hans pertama kali bertemu dengan Noni di sebuah perjamuan antara Keluarga Jetmadi dan Keluarga Zahra. Dia bukannya tidak pernah melihat Noni dari Grup Zahra sebelumnya, juga bukannya sama sekali tidak mengenalnya. Rumor tentang Noni yang sombong dan angkuh telah menjadi pusat perhatian sejak insiden di sebuah pesta sosialita beberapa tahun lalu. Lantaran tindakan Charine telah merugikan Keluarga Jetmadi, ayahnya memaksa Hans untuk menikahi wanita yang reputasinya hancur untuk mengokohkan Keluarga Jetmadi. Ini sungguh konyol bagi Hans. Di perjamuan tersebut, dia bertemu dengan Noni. Itu adalah kali pertama Hans benar-benar mengenalnya.Wanita itu sama sekali tidak sombong. Dia hanyalah seorang wanita yang anggun dan sederhana. Hans tahu bahwa setel
Pada saat itu, Hans berpikir, bukannya Noni berharap dia menikahinya? Apakah sikap hati-hati dan pengertian yang ditunjukkan oleh Noni selama ini, hanya berpura-pura saja?Hans bukannya tidak pernah merasa simpati dengan Noni. Ketika dia ingin menghibur wanita itu, Noni sama sekali tidak membutuhkan simpatinya. Apakah Noni tidak punya hati?Hans tidak tahu, dia juga tidak ingin tahu. Meskipun dia berselingkuh dengan Selly, sekalipun Noni tahu, dia tidak pernah menghentikannya. Apakah dia begitu rendah diri?Sebenarnya bukan. Noni sama sekali tidak pernah merasa rendah diri. Dia hanya bersikap dingin dan jauh lebih keras kepala daripada siapa pun.Hans pun mulai tidak bisa memahami wanita ini. Sebelumnya, Noni akan merasa senang ketika dia memperlakukannya dengan baik. Namun, setelah itu, Hans tidak pernah melihatnya bahagia lagi. Noni juga menjadi jarang tersenyum. Bahkan, ketika Hans mencoba mengajaknya makan, dia selalu menemukan alasan untuk menghindar.Noni mulai menghindari Hans.
Namun, Noni tidak mengatakan apa-apa.Kabar kehamilan Selly seolah-olah sebuah bom yang meledak di sisi Hans. Hans merasa sangat kacau. Yang satu adalah mantan yang tidak bisa dia tinggalkan, ditambah lagi wanita itu mengandung anaknya. Satunya lagi adalah wanita yang akan menikah dengannya. Hans tidak tahu apa yang seharusnya dirinya lakukan.Setiap melihat Selly menangis tersedu-sedu, Hans selalu teringat dengan Noni. Noni tidak pernah menangis. Sejak mengenal Noni, Hans tidak pernah melihat Noni menitikkan air mata atau menunjukkan kelemahan di hadapannya.Begitu pernikahan dibatalkan, Noni segera pindah dari apartemen. Sejak saat itu, Hans tidak bisa mengendalikan perasaannya. Dia menginginkan Noni saat dirinya mabuk. Pada akhirnya, dia menyentuh wanita yang pernah dia anggap jijik.Sebenarnya Noni tidak serendah yang dibayangkan Hans. Noni bukannya tidak bisa menangis. Wanita itu hanya tidak peduli. Hans akan merasa sedih jika melihat Noni menangis, jadi dia tidak ingin melihat No
"Jerry," tegur Claire. Dia awalnya ingin menghentikan ucapan putranya, tetapi sudah terlambat. Putranya ini malah mengatakan hal buruk tentang Jules. Begitu mendengar nama Jules, wajah Jessie yang awalnya ceria seketika menjadi cemberut.Jerry menyadari bahwa dirinya salah bicara. Dia menggaruk-garuk kepalanya seraya berucap, "Maaf, aku nggak bermaksud begitu. Undang saja kalau kamu mau. Aku bukannya ...."Sebelum ucapannya selesai, Jessie langsung berlari ke atas dan membanting pintu kamar. Suasana seketika menjadi hening. Claire memandang Jerry. Terlihat putranya sedang mengerucutkan bibirnya sambil berkata, "Aku nggak bermaksud begitu."Claire menepuk-nepuk kepala Jerry dan menyarankan, "Cepat pergi bujuk adikmu.""Ya, Bu," sahut Jerry. Dia segera meletakkan bunga yang ada di tangannya, lalu menuju ke atas. Setelah tiba di luar kamar Jessie, dia mengetuk pintu sembari berujar dengan sedikit berteriak, "Jessie, aku bersalah! Aku minta maaf, ya! Cepat buka pintunya!"Ketika mendengar
Pengawal itu mengangguk, lalu melaju pergi.“Ibu!” Jessie menarik Hiro ke sisi Claire, lalu memperkenalkan mereka, “Ibu, ini dia kakak yang kuceritakan sebelumnya.”Hiro menyapa dengan hormat, “Halo, Tante. Aku Hiro Cahyadi, anak kelas 6 SD yang satu sekolah dengan Jessie.”“Halo,” jawab Claire sambil tersenyum. Dia sangat puas terhadap sikap anak laki-laki yang sangat sopan ini. Kemudian, dia berkata pada Jessie dengan hangat, “Sebagai tuan rumah malam ini, kamu harus menjamu tamumu dengan baik, ya.”“Aku tahu. Ibu, aku pasti akan menjamunya dengan baik!” jawab Jessie sambil mengangguk.Setelah Jessie pergi bersama Hiro, Cherry yang sedang menggendong Grace berjalan mendekat dan berkata, “Putrimu populer juga di kalangan laki-laki.”Meskipun masih berumur sekitar 9-10 tahun, Jessie sudah sangat cantik. Setelah bertambah dewasa beberapa tahun lagi, dia pasti akan menjadi makin cantik.“Makanya aku sangat pusing,” jawab Claire sambil memijat pelipisnya. Setelah menjadi orang tua, dia le