Tampaknya, rencananya sudah berhasil. Dimas menempelkan gelas ke bibirnya dan perlahan menghabiskannya.Ketika melihat gelas kosong di tangannya, Dimas tak kuasa tertawa. Dia benar-benar telah menjadi seorang "mak comblang". Bisa-bisanya dia setuju untuk melakukan hal membosankan seperti ini? Membantu sepasang kekasih untuk berbaikan bukanlah sesuatu yang akan dilakukan oleh Dimas biasanya.Saat ini, ponselnya yang diletakkan di atas meja tiba-tiba berdering. Dia mengernyit ketika melihat layar panggilan yang masuk. Dimas pun mengambil ponsel dan menjawab, "Kakek."Suara Herbert terdengar di ujung telepon. "Bocah Nakal, cepat pulang dalam 2 hari."Mendengar ini, Dimas pun menggosok pelipisnya. Tampaknya, kabar pertunangan palsunya telah diketahui oleh kakeknya.....Naomi terbangun di dalam pelukan Hardy. Saat melihat wajah yang begitu dekat dengannya, rasanya seperti dalam mimpi. Dia mendekati Hardy dan menciumnya secara perlahan. Tiba-tiba, pria itu malah mengulurkan tangan untuk mem
Aditya menunduk. Dia terkejut begitu mendengar kabar pertunangan Naomi dan Dimas. Bagaimanapun, kedua anak ini belum kenal terlalu lama. Dia tentu saja tidak tenang putrinya menikah dalam waktu yang begitu cepat, apalagi di saat hubungan Naomi dan Hardy baru berakhir.Lantaran masih memikirkan hal ini, Aditya tidak berani bertindak gegabah. Dia pun mencari Javier untuk mengobrol karena Javier memiliki hubungan dengan Keluarga Ozara.Aditya mengetahui sebuah fakta dari Javier bahwa hubungan Naomi dan Dimas hanya pura-pura. Dimas sendiri sudah bertunangan. Calon istrinya adalah putri dari raja judi. Hubungan mereka direstui oleh kedua keluarga.Dimas berpura-pura bertunangan dengan Naomi untuk menguji reaksi Hardy. Meskipun Aditya sedikit marah mendengar kebenarannya, hal ini lebih baik dibandingkan alasan Dimas yang berbohong tentang pernikahannya."Ayah." Naomi duduk di sebelah Aditya, lalu memegang tangannya sambil bertutur, "Hardy benar-benar tulus padaku. Tolong izinkan kami bersama
Di Vila Blue Canyon. Claire sedang berdiri di balkon sambil bertelepon. Begitu panggilan diakhiri, seseorang meletakkan jaket di pundaknya. Dia menoleh dan menatap Javier yang memeluknya dari belakang, lalu bertanya, "Kamu pulang lebih awal?"Javier tersenyum sembari membalas, "Urusan di perusahaan sudah selesai, jadi aku pulang."Claire membalikkan badan memandang Javier seraya berujar, "Kali ini, Hardy dan Naomi benar-benar sudah bersama. Sepertinya pertunangan pura-pura ada gunanya."Javier mencubit hidung Claire dengan pelan, lalu menimpali, "Kamu yang punya ide untuk meminta bantuan Dimas." Dia menyipitkan matanya sambil melanjutkan, "Berdasarkan wataknya, dia tidak akan melakukan sesuatu secara cuma-cuma. Kenapa dia bisa setuju membantumu?"Claire terkekeh-kekeh sembari berjinjit memeluk leher Javier. Dia menjawab, "Aku memanfaatkan dirimu."Javier mengernyit dan bertanya, "Memanfaatkanku?""Kamu kakak sepupunya. Memangnya dia bisa menolak? Kalau dia nggak mau membantu, kelak dia
Hardy mengulurkan tangan ke arah Naomi. Kemudian, Aditya meletakkan tangan putrinya ke tangan Hardy. Naomi menatap Hardy, lalu mengikutinya berdiri di hadapan pembawa acara.Pembawa acara memandang Naomi sembari bertanya, "Naomi, apa kamu bersedia menjadi istri Hardy, menemaninya seumur hidup, selalu peduli padanya saat dia lelah, dan tidak akan meninggalkannya meskipun menghadapi kesulitan apa pun?"Naomi menatap Hardy sambil tersenyum dan menjawab, "Aku bersedia.""Hardy, apa kamu bersedia menjadikan Naomi sebagai istri, mencintainya dan melindunginya seumur hidup, selalu berada di sisinya setiap dia membutuhkanmu, dan tidak akan meninggalkannya dalam keadaan apa pun?" tanya pembawa acara kepada Hardy.Hardy menjawab dengan tegas, "Aku bersedia." Dia membuka veil Naomi dengan perlahan, lalu meraih wajahnya dan menciumnya. Mereka bertukar cincin dengan diiringi suara tepuk tangan para tamu.Pembawa acara tersenyum sembari berseru, "Selamat berbahagia untuk kedua mempelai!"Naomi melir
"Nona Claire, ini aku," ucap seseorang dari ujung telepon.Mendengar suara ini, Claire sontak tersenyum dan memanggil, "Izza?"Izza sudah lebih dari setengah tahun tinggal di Negara Mardani. Dia mengatakan ingin mencari keberadaan orang tuanya di sana, tetapi selama ini tidak ada kabar darinya. Claire tidak menyangka akhirnya Izza menghubungi dirinya. Claire mengira Izza sudah melupakan dirinya."Maaf karena aku baru menghubungimu," ucap Izza."Nggak apa-apa. Yang penting kamu baik-baik saja." Claire bersandar di dinding sambil bertanya, "Bagaimana kabarmu di Negara Mardani?""Kabarku sangat baik, Nona nggak perlu khawatir. Aku akan segera pulang," jawab Izza.Claire sontak tertegun, lalu bertanya lagi, "Pulang ke mana?"Setelah diam sejenak, Izza menimpali dengan perlahan, "Aku sudah bertemu orang tuaku. Tapi, keadaannya nggak seperti yang aku bayangkan. Lebih baik aku kembali ke sisi Nona saja."Claire tidak mengatakan apa-apa. Dia bisa mendengar bahwa Izza sangat sedih. Ketika meng
Perawat itu menjawab, "Program hamil. Sepertinya dia sangat berharap segera hamil, tapi anemia kronis dan beberapa peradangan membuatnya kesulitan hamil."Claire mengatupkan bibirnya. Perawat itu curiga Noni disiksa karena ada bekas ikatan di pergelangan tangannya. Namun, dia juga mengatakan Noni tampak berharap bisa segera hamil? Claire merasa masalah ini tidak sesederhana itu. Sebenarnya, kondisi Noni tidak ada hubungannya dengan Claire, jadi dia seharusnya tidak perlu ikut campur. Namun, dia tidak kuasa memikirkan sosok Noni beberapa tahun lalu. Kala itu, Noni yang merupakan putri Ketua Grup Zahra masih sangat angkuh. Dia adalah nona terhormat yang selalu dimanjakan dan disanjung orang-orang.Sayangnya, selain sombong, Noni juga bodoh. Jika bukan karena kenaifannya, dia tidak mungkin dimanfaatkan Kayla untuk melawannya. Pada akhirnya, Noni berakhir seperti ini karena pilihannya sendiri. Setelah membuat pilihan, dia harus berani menanggung konsekuensinya.Claire berdiri di koridor r
Seabad seakan-akan telah berlalu sebelum Hans menyudahi siksaannya. Dia mendekap Noni dari belakang dan merapikan rambut yang menempel di lehernya sambil berkata, "Jangan pernah harap kamu bisa lepas dariku. Biarpun aku membencimu, kita akan terus bersama untuk saling menyiksa."Noni hanya diam dengan sorot mata yang perlahan meredup.Keesokan harinya, di sebuah kafe. Claire sedang menuang teh di ruang privat ketika seorang pelayan membuka pintu. Kemudian, seorang wanita berjalan masuk sambil memandang Claire dengan ekspresi bingung.Setelah pelayan itu undur diri, Claire menaruh cangkir tehnya, lalu mengulum senyum dan berkata, "Duduklah."Wanita itu duduk di depan Claire dan bertanya, "Maaf, ada urusan apa kamu mencariku?""Kamu asistennya Noni, 'kan? Aku mau tanya beberapa hal soal Noni," jawab Claire sambil menuangkan teh untuknya.Asisten itu berujar dengan nada kaget, "Kamu mengenal Nona Noni?""Bisa dibilang begitu," sahut Claire.Si asisten berujar dengan waspada, "Apa yang ing
Noni memandang ke arah pintu yang ditutup Hans, entah apa yang sedang dipikirkannya. Setelah dia keluar dari kamar mandi, dia mendapati Hans telah menaruh segelas air hangat di meja. Tampaknya pria itu sudah pergi.Noni kembali ke ranjang dan melirik ke meja. Segelas air yang diletakkan di sana seakan-akan tengah mengejeknya. Dia menjauhkan gelas itu dari pandangannya, lalu kembali berbaring.Ketika terbangun untuk kedua kalinya, hari sudah sore. Noni sudah merasa lebih baik, tetapi tubuhnya masih sedikit lelah. Dia menghela napas lega begitu keluar kamar dan tidak menemukan Hans. Noni pergi ke dapur dan merebus semangkuk mi.Berhubung Hans mengambil ponselnya dan menyuruh orang untuk memantaunya, dia sudah sebulan lebih tidak menghubungi keluarganya. Bahkan saat Noni keluar, dia harus mendapatkan izin Hans terlebih dahulu dan harus diikuti orang-orangnya. Setiap hari, dia harus menahan penderitaan akibat perlakuan kejam pria itu. Dia hanya bisa merasa santai saat Hans tidak berada di