Beberapa menit kemudian, Hardy menelepon Naomi. Sementara itu, Naomi menjawab panggilan telepon sambil tersenyum, "Halo ...."Setelah mendengar ucapan Hardy, ekspresi Naomi berubah drastis. Di rumah sakit, Naomi berlari ke kamar pasien. Di dalam kamar, ada Hardy dan seorang pria paruh baya. Pria itu adalah ayah Hardy, Mario. Kaki kiri Hardy dipasang gips. Sepertinya selain cedera di kakinya, luka di bagian tubuh lain tidak terlalu parah. Dia duduk di tempat tidur seraya memandang Naomi.Mario memandang Naomi sembari bertanya, "Ini siapa?"Hardy menjawab dengan datar, "Teman.""Lukamu memang tidak terlalu parah, tapi kamu harus istirahat yang cukup," pesan Mario. Kemudian, dia keluar dari kamar.Naomi menghampiri tempat tidur Hardy sambil menunduk, lalu menatap Hardy dan bertanya, "Kamu baik-baik saja, 'kan?"Hardy tersenyum dan menyahut, "Aku tidak apa-apa, hanya luka ringan. Kamu tidak usah khawatir."Naomi menunduk seraya menggigit bibirnya. Dia menimpali, "Maaf, aku ... aku telepon
Air mata Naomi terus mengalir setelah mendengar ucapan Hardy. Naomi memegang dadanya, lalu berbalik dan pergi. Hati Hardy terasa sakit saat melihat sosok Naomi yang berlari keluar. Namun, Hardy tetap berusaha mengendalikan emosinya.Bianca langsung masuk ke kamar dan menegur, "Kamu benar-benar keterlaluan!"Hardy tertegun, dia berujar, "Bu ...." Bianca menampar Hardy."Bianca ...," panggil Fendra. Dia ingin menghentikan Bianca, tetapi tidak sempat. Hardy yang ditampar hanya terdiam.Bianca menarik napas dalam-dalam. Sesudah menenangkan dirinya, Bianca berucap, "Aku lihat sebenarnya kamu menyukai wanita itu. Kamu juga sakit hati setelah mengusirnya, 'kan? Apa yang terjadi sampai-sampai kamu harus membuat keputusan seperti ini? Apa kamu tidak bisa menghadapinya bersama?"Hardy menunduk seraya menimpali, "Bu, ini urusanku sendiri."Bianca menunjuk Hardy sembari membentak, "Urusanmu apanya? Kalau kamu bukan anakku, untuk apa aku mengurusmu? Oke, aku tidak akan ikut campur. Kamu sendiri yan
Naomi mengangguk dan berpamitan, "Kalau begitu, aku masuk dulu. Hati-hati di jalan."Setelah Naomi masuk ke rumah, Dimas baru naik ke mobil dan pergi. Naomi berjalan masuk ke ruang tamu. Irene baru selesai memasak makan malam. Melihat Naomi pulang, Irene tersenyum dan berujar, "Nona, makan malam sudah siap.""Aku nggak selera makan, kamu makan dulu," ucap Naomi yang langsung naik ke lantai atas. Irene meletakkan piring di atas meja, lalu memandang Naomi dengan ekspresi khawatir.Setelah Aditya pulang, Irene menceritakan keadaan Naomi kepada Aditya. Sementara itu, Aditya melepaskan jaketnya dan menyerahkannya kepada Irene. Dia berkata, "Aku lihat kondisinya dulu."Aditya berjalan ke depan pintu kamar Naomi, lalu mengetuk pintu. Begitu membuka pintu, Aditya melihat Naomi sedang duduk di depan meja sambil melihat album foto. Aditya bertanya, "Naomi, kenapa kamu tidak makan?"Naomi menggeleng dan menyahut, "Aku belum lapar."Melihat ekspresi Naomi yang kecewa, Aditya bisa menebak apa yang
Claire merenung untuk beberapa saat, lalu menyahut, "Tentu saja. Tapi, aku bisa merasakan cinta Javier. Jadi, aku nggak akan membiarkan kami berdua kehilangan satu sama lain.""Ternyata begitu," timpal Naomi seraya menunduk. Dia tersenyum getir. Pasangan yang tidak bisa bersama padahal saling mencintai memang sangat disayangkan. Masalahnya, jika perasaan cinta di antara kedua orang itu cukup dalam, mereka pasti tidak akan menyerah.Naomi menyukai Hardy, tetapi seperti apa perasaan Hardy kepada Naomi? Hardy menyerah begitu cepat, mungkin Hardy memang tidak terlalu menyukai Naomi.Satu minggu kemudian, Naomi dan Widya pergi ke toko cabang. Kondisi Naomi sudah perlahan-lahan pulih kembali. Naomi duduk di dalam ruangan kantor sambil menggambar sketsa. Tiba-tiba, seorang karyawan berdiri di luar pintu sambil berujar, "Naomi, ada pria ganteng yang mencarimu."Naomi merasa gugup. Dia langsung berdiri dan berjalan keluar. Sesampainya di koridor, Naomi melihat Dimas yang menunggunya. Naomi tamp
Claire mengernyit dan bertanya, "Jadi, kamu mencari Naomi?"Pelayan menyajikan secangkir kopi, lalu Dimas menggeser cangkirnya ke samping tangannya dan menyahut, "Ayah Naomi berniat menjodohkan kami. Jadi, wajar saja kalau aku mencari Naomi."Claire memijat kening seraya memastikan, "Jadi, kamu memang nggak punya maksud lain?"Dimas menimpali, "Naomi juga nggak berpikiran seperti itu. Aku juga tidak suka memaksa wanita."Claire tersenyum dan berkomentar, "Oh, waktu di hotel itu kamu bukan memaksa?"Dimas tidak bisa berkata-kata. Claire menopang dagunya dan melanjutkan, "Aku baru bisa tenang kalau kamu bicara seperti itu. Kebetulan aku butuh bantuanmu untuk masalah ini."....Kabar Naomi yang berpacaran dengan Dimas sudah tersebar. Tentu saja, Aditya sudah mengetahuinya. Dia sendiri juga terkejut. Aditya bergegas pulang, dia melihat Naomi yang sedang makan malam. Naomi mendongak dan berujar, "Ayah, kamu sudah pulang.""Kerjaanku baru selesai," sahut Aditya. Dia meletakkan tasnya di meja
Hardy tidak berbicara. Naomi menunduk, dia tidak bisa bersikap tenang seperti Hardy. Naomi berujar, "Kalau nggak ada urusan lain lagi, aku pergi dulu."Saat hendak berbalik, Hardy meraih tangan Naomi dan bertanya, "Ada yang mau aku tanyakan kepadamu."Naomi menarik napas dalam-dalam. Dia tidak berbalik saat berbicara, "Apa?"Hardy bertanya lagi, "Apa kamu menyukai Dimas?"Naomi mengerjap, dia hanya terdiam. Setelah beberapa saat, Naomi menarik tangannya dan menyahut, "Apa hubungannya denganmu?"Hardy memandang Naomi seraya bertanya, "Apa kamu tertarik kepada Dimas?"Naomi tidak mengerti kenapa Hardy terus mendesaknya. Naomi berbalik, lalu bertatapan dengan Hardy dan menjawab, "Apa urusannya denganmu? Kamu nggak menyukaiku, apa aku nggak boleh menyukai orang lain?"Naomi menyesal setelah melontarkan ucapan ini. Apalagi saat melihat ekspresi Hardy yang muram, sepertinya orang yang benar-benar tersakiti adalah Hardy.Sesudah beberapa saat, Hardy menimpali, "Kelihatannya, omongan Pak Adity
Tubuh Hardy agak gemetar. Dia memeluk Naomi erat-erat. Pelukannya itu terlihat seperti sekuat tenaga, tetapi juga tidak berdaya.Sorot mata Hardy penuh dengan emosi. Dia berkata kepada Naomi, "Naomi, aku yang tidak tahu gimana cara menyatakan perasaan suka. Kamu berbeda dari wanita-wanita yang berinisiatif padaku sebelumnya. Aku tidak bisa memperlakukanmu dengan cara yang sama."Jari-jari Hardy yang merangkul bahu Naomi terlihat menegang. Segera setelah itu, dia melanjutkan, "Kalau tahu akan seperti ini, aku pasti akan menjauhimu dulu."Sementara itu, Naomi hanya menatapnya tanpa berkata-kata. Hardy membelai pipinya dengan telapak tangan, lalu menyeka air mata wanita itu secara perlahan sembari menambahkan, "Aku tidak pantas memiliki wanita sebaik kamu."Hardy perlahan melepaskan pelukannya. Momen ketika dia berbalik, Naomi memeluknya dari belakang. Pria itu sontak tertegun dan jantungnya berdetak kencang.Hardy memanggil, "Naomi ...."Wanita itu segera menyela, "Biarkan aku memelukmu
"Mungkin inilah masalahnya." Claire melihat ke arah Cherry, lalu melanjutkan, "Bukannya Pak Aditya nggak suka dengan Hardy karena gaya hidup playboy-nya di masa lalu? Coba bayangkan, seorang playboy seperti Hardy tiba-tiba mengubah sikapnya. Siapa yang bisa menjamin kalau dia nggak akan macam-macam setelah menikah?"Claire menambahkan, "Pak Aditya cuma punya seorang putri yang bahkan belum pernah pacaran sebelumnya. Naomi itu bagaikan selembar kertas kosong. Apa dia bisa menyerahkan Naomi kepada Hardy dengan tenang?"Cherry tertegun sejenak, lalu membantah, "Tapi, orang-orang bilang, playboy yang bersedia berubah dan menjadi pria baik itu langka banget!"Claire berkata sambil tersenyum, "Ya, tapi Hardy sendiri nggak bisa menjamin kalau dia bisa membahagiakan Naomi. Dia seharusnya memang serius dengan Naomi. Tapi, seorang playboy seperti dia malah bertemu dengan wanita polos yang nggak punya pengalaman pacaran.""Kalaupun Hardy ingin mempertahankan hubungan mereka, dia pasti takut dirin