Noni membalikkan badannya membelakangi Hans. Kala ini, dia membuka matanya dan mengatupkan bibirnya dengan erat.Ketika memeluk Noni dari belakang, Hans merasa bahwa tubuh Noni bergetar. Dia membalikkan badan Noni. Matanya masih terpejam, tetapi terlihat air mata yang mengalir dari sudut matanya. Hans menyekanya dengan lembut seraya berujar, "Aku minta maaf. Bisakah kita melupakan kesalahan masing-masing?"Noni membuka matanya, lalu menimpali dengan suara serak, "Bukan aku yang melakukannya."Hans menatap Noni. Sebenarnya, dia sama sekali tidak mencurigai Noni. Dia hanya ingin menggunakan alasan ini untuk menahan Noni. "Mau kamu melakukannya atau tidak, aku tetap tidak akan melepaskanmu," timpalnya.Hans melepaskan pelukannya. Dia berdiri dan mengambil pakaiannya, lalu pergi. Begitu mendengar pintu dibanting dengan keras, Noni memejamkan matanya. Ketika keluar dari hotel, Hans menerima panggilan dari pengawalnya. "Tuan Hans, aku sudah berhasil menyelidiki orang-orang itu. Mereka bekerj
"Selly, kalau tadi kamu jujur kepadaku, aku akan percaya kalau kamu sedang mengalami kesulitan. Tapi, kamu malah menyembunyikannya dariku lagi. Bagaimana aku harus percaya padamu?" Hans menengadah. Setelah emosinya mereda, dia melanjutkan, "Kamu bahkan mengarang cerita dan bilang ini semua perbuatan Noni. Selly, apa kamu tahu kamu sudah berubah?"Jantung Selly berdetak dengan kencang. Dia mengepalkan tangannya dengan erat sambil menitikkan air mata. "Aku berubah?" Dia menengadah menatap Hans dan bertanya, "Aku atau kamu yang berubah?"Hans tidak menjawab pertanyaannya.Selly berteriak dengan terisak, "Sejak aku hamil, sikapmu berubah menjadi dingin padaku. Kamu yang membuatku terus khawatir. Aku takut kehilanganmu sehingga nggak berani berkata jujur padamu.""Hans, aku ini wanita. Intuisi wanita nggak pernah salah. Entah sejak kapan, sikapmu pada Noni juga berubah," lanjut Selly meluapkan emosinya.Mendengar ini, Hans sontak tertegun. Dia juga tidak tahu sejak kapan dirinya berubah. Di
Hans berujar, "Ya, mungkin kamu benar, akulah yang berpikir terlalu tinggi tentangmu. Sejarah memalukan Noni tidak bisa dibandingkan dengan kesempurnaanmu. Jadi, aku tetap memilihmu setelah kamu kembali.""Kukira aku masih mencintaimu. Tapi, sekarang aku tidak yakin apa aku benar-benar mencintaimu atau hanya merasa bersalah. Atau apakah yang kucintai itu kamu yang sempurna di masa lalu atau kamu yang sekarang," tambah Hans.Selly bergeming di ranjang. Setelah beberapa lama, dia bertanya dengan suara serak, "Jadi, kamu nggak mencintaiku lagi?"Hans berkata pelan, "Bagaimana kalau itu kenyataannya?"Selly tidak menyahut. Keheningan ini berlangsung cukup lama sebelum dia berujar dengan air mata berlinang, "Aku mengerti. Kita nggak akan bisa balik ke masa lalu."Hans berbalik dan hendak pergi, tetapi dia mendadak berhenti melangkah dan berkata, "Aku akan melunasi utangmu. Selly, cuma itu yang bisa kulakukan untukmu." Usai meninggalkan kata-kata itu, dia pun berlalu.Selly menangisi kepergi
"Oke," sahut Aditya.Naomi menaruh gelas anggurnya ke meja, lalu segera berlalu. Dia menyusuri koridor panjang sambil memandang ke sekeliling. Akhirnya, dia memilih untuk pergi ke taman. Air mancur di sana dihiasi lampu warna-warni yang indah. Naomi duduk di bangku taman. Dia menutup erat mantelnya dan menghangatkan diri dengan menggosokkan kedua tangan.Mendadak, terdengar suara denting piano tidak jauh dari sana. Naomi menyapukan pandangan ke sekeliling, lalu berjalan ke asal suara. Ada kerumunan orang di depan yang tampak sedang memperhatikan sesuatu.Naomi menyelip ke tengah kerumunan, lalu melihat seorang pria berkarisma yang memakai kacamata berbingkai emas sedang memainkan piano. Setelah lagu selesai dimainkan, semua orang di sekitar memberikan tepuk tangan."Lagu apa kamu mainkan tadi?" tanya seseorang di tengah kerumunan.Sebelum pemain piano itu sempat menjawab, Naomi mendahuluinya dengan menjawab, "'Keheningan Malam'."Pria itu memandang Naomi dan bertanya sambil tersenyum t
Naomi perlahan berdiri. Baru melangkah sedikit, kakinya sudah terasa nyeri. Hardy kembali menghampiri Naomi dan mencengkeram tangannya sambil berujar, "Jangan memaksakan diri."Naomi hendak menarik kembali tangannya dari genggaman Hardy. Namun, pria itu langsung menggendongnya, membuat Naomi seketika tertegun.Hardy berujar, "Baru kali ini aku bertemu wanita seceroboh kamu." Dia langsung pergi dengan membawa Naomi dalam gendongannya.Untuk sesaat, Naomi tidak tahu harus memandang ke mana. Dia terdiam di gendongan Hardy dengan jantung berdebar kencang.Hardy menurunkan Naomi di sofa lounge di sebelah ruang pesta. Menyadari Naomi terus memegang telapak tangannya, dia berujar dengan alis berkerut, "Buka tanganmu."Naomi membuka telapak tangannya dengan patuh. Telapak tangannya yang tergores sedikit berdarah. Hardy segera keluar dan menyuruh seorang pelayan untuk mengambil kotak obat. Beberapa saat kemudian, dia kembali duduk di samping Naomi dengan membawa kotak obat.Naomi melirik Hardy
"Naomi, rupanya kamu di sini," kata Aditya sambil menghela napas lega. Lantaran mengkhawatirkan Naomi yang tidak kunjung kembali, dia keluar untuk mencarinya. Alhasil, dia mendapati putrinya berdiri di depan pintu lounge."Ayah, aku ... aku kebetulan ketemu temanku dan mengobrol dengannya," ujar Naomi sambil menyembunyikan tangan yang terluka ke balik punggungnya.Aditya membalas tanpa daya, "Jangan lupa kasih tahu Ayah dulu lain kali, jadi Ayah tidak akan cemas.""Maaf Ayah, lain kali aku bakal kasih tahu," sahut Naomi. Dia merasa bersalah telah membuat ayahnya khawatir.Aditya tidak bertanya terlalu banyak. Setelah acara pesta selesai, ayah dan putrinya itu pun segera pulang. Naomi berjalan sambil melamun ke kamar. Usai menutup pintu, dia menyandar ke sana dan membuka telapak tangannya yang diperban. Jantungnya kembali berdebar kencang saat memikirkan kejadian tadi. Sepertinya dia jatuh cinta!...."Katanya kekasih Hans melompat dari rumah sakit, ya? Seram sekali.""Apa wanita itu se
Widya mendadak merasa iba pada Naomi. Apakah peraturan di rumahnya seketat itu hingga dia tidak diizinkan bergaul dengan orang-orang di masyarakat? Jadi, Naomi diwajibkan untuk tinggal di rumah seperti wanita-wanita di zaman kuno? Tidak heran jika Naomi tidak memiliki Line dan harus diajari cara memakainya. Dia bahkan tidak tahu caranya mengakses internet!Widya tiba-tiba kepikiran sesuatu dan berujar, "Aduh! Kalau begitu, bukannya aku sudah mencelakai Naomi?"Claire mengernyit dan bertanya, "Maksudnya?"Widya menjawab, "Anu ... aku pikir aneh saja kalau wanita secantik Naomi nggak punya pacar. Jadi, aku menjodohkannya dengan Hardy. Aku rasa Naomi juga tertarik pada Hardy, jadi mungkin saja ....""Hardy yang mana?" tanya Claire.Widya berujar pelan dengan kepala tertunduk, "Tuan muda dari Keluarga Chaniago."Widya lantas menceritakan semua yang terjadi selama beberapa hari terakhir. Belakangan, setelah dia mengetahui identitas Hardy, dia juga mengingatkan Naomi. Bahkan pria itu juga se
Hans tersenyum dan berucap, "Aku bisa membantu Noni mengklarifikasi rumor di internet."Elsa tertegun, lalu menimpali, "Kalaupun kamu tidak turun tangan untuk mengurus masalah ini, anak kami memang tidak bersalah."Hans bertanya, "Masalahnya, apa ada yang percaya?"Ucapan Hans membuat wajah Elsa pucat pasi. Elsa bertanya balik, "Apa maksudmu?"Hans menjawab dengan tenang, "Selly memang sudah mati, tapi orang lain menganggap kematian Selly berhubungan dengan Noni. Selly pernah bilang kepadaku dia keguguran karena Noni ...."Elsa menggebrak meja, lalu marah-marah, "Omong kosong! Hans, aku tidak peduli apa tujuanmu. Tapi, kamu dan wanita sialan itu tidak boleh sembarangan menuduh anakku."Hans berkata, "Orang lain tidak peduli dengan kebenarannya. Mereka hanya ingin melihat hasilnya. Kamu pasti tidak ingin melihat anakmu terpuruk lagi karena rumor yang tersebar."Wajah Elsa menjadi muram. Hans melanjutkan, "Sebenarnya, kalau bukan karena waktu itu kalian dan ayahku memutuskan untuk menika