Hans memakai baju dan berjalan keluar dari kamar. Ada orang yang sedang memasak sarapan di dapur. Aroma makanan merebak. Hans bergegas ke dapur. Namun, dia tertegun karena orang yang dilihatnya tidak sesuai dengan perkiraannya.Selly meletakkan telur mata sapi yang baru selesai digoreng di piring, lalu berbalik dan memandang Hans. Selly tersenyum sembari bertanya, "Kamu sudah bangun?"Hans mengernyit dan bertanya balik, "Selly ... kamu ... kenapa kamu di sini?"Selly menyajikan sarapan di atas meja sambil berucap dengan tenang, "Kamu lupa dengan kejadian semalam?"Tentu saja Hans tidak lupa. Namun, dia ingat dengan jelas semalam dirinya tidur dengan Noni. Kenapa sekarang orang yang ada di sini menjadi Selly setelah dia bangun?Selly menatap Hans seraya berujar, "Hans, semalam aku terus menunggumu. Tapi, kamu sama sekali nggak pulang."Hans terdiam. Mata Selly memerah, tetapi dia tetap berusaha tersenyum lembut saat berbicara, "Aku tahu, sekarang aku hamil, jadi kamu nggak bisa melakuka
Hans berdiri di sisi ranjang untuk menatap ayahnya. Setelah berpikir sejenak, dia baru bertanya, "Tapi, gimana dengan anak kami?"Guffin terdiam beberapa menit. Namun, dia tetap menjawab dengan ekspresi tenang, "Ayah bisa menerima anaknya, tapi tidak termasuk ibunya."Hans seolah-olah tahu bahwa ayahnya akan berkata demikian. Akan tetapi, jika ini terjadi sebelumnya, dia pasti akan melawan ayahnya dengan tegas. Namun, sekarang ... entah apakah karena Noni ataukah anak yang muncul secara "tak terduga" itu yang memengaruhinya. Dia sepenuhnya terjerumus ke dalam kebingungan.Setelah meninggalkan rumah sakit, Hans mengemudi ke Grup Zahra. Staf di sana tahu tentang hubungannya dengan Noni. Ditambah dengan kekacauan yang disebabkan oleh pernikahan beberapa hari yang lalu, orang-orang langsung bergosip ketika melihat Hans muncul."Bukannya Hans meninggalkan pengantinnya dan kabur dengan wanita lain?""Cuih, pernikahannya bahkan dibatalkan. Kenapa dia masih mencari Nona Noni? Benar-benar pria
"Kalau gitu, pergilah," usir Noni. Dia mendongak sambil melanjutkan, "Aku nggak akan seperti Selly yang bersedia merendahkan dirinya untuk menyenangkanmu."Hans memegang dagunya, lalu berkata, "Kamu selalu membahas tentang Selly, apa kamu iri padanya?" Pria itu mendekati Noni sebelum menambahkan, "Kamu iri karena dia lebih suci darimu atau karena dia mengandung anakku?"Noni sudah pernah mendengar segala macam kritikan, bahkan jauh lebih menyakitkan daripada kata-kata ini. Meskipun dia tidak peduli, semua kritikan itu tetap sampai ke telinganya. Setiap kali dia sudah mati rasa, Hans selalu menjadi orang yang menginjak hatinya berulang kali.Tatapan Noni terlihat kosong dan tanpa getaran, bagaikan orang yang telah kehilangan jiwa. Dia sama sekali tidak bersuara. Hans yang menyadari sesuatu pun menyentuh pipi Noni dengan telapak tangannya, lalu berkata, "Maaf, bu ... bukan itu maksudku."Hans memeluknya. Sembari mengencangkan pelukannya, dia berucap, "Mari kita berbaikan dan mulai lagi d
James mengangkat dagu Selly dengan punggung pisau, lalu mengancam, "Kalau aku masih belum melihat uang 6 miliar dalam 3 hari, aku bakal kirim foto-foto telanjangmu itu ke Hans, biar dia tahu betapa murahannya kamu demi uang."Bahu Selly sontak gemetar. Rasa sakit di perutnya membuat wajahnya menjadi pucat sepenuhnya. Akhirnya, James pun pergi bersama bawahannya.Saat ini, Selly merasakan darah mengalir dari kakinya. Ketika mengangkat rok untuk memeriksanya, dia sangat kesakitan hingga menangis dan jatuh ke lantai. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu merangkak kesakitan menuju sofa. Selly mengambil ponsel dan menelepon Hans, tetapi pria itu tidak menjawab.Pada saat yang sama, ketika asisten Noni keluar dari lift, dia melihat Hans keluar dari kantor Noni sambil membawa jas. Dasi pria itu terlepas dan kemejanya sedikit kusut.Asisten itu terkejut sejenak. Sebelum sempat bertanya apa-apa, Hans telah melangkah masuk ke dalam lift. Itu sebabnya, dia membuka pintu kantor sambil bertanya, "No
Hans menarik tangannya, lalu bertanya dengan tenang, "Apa yang terjadi?"Selly tertegun sejenak. Air matanya mengalir dari sudut matanya dan terlihat begitu malang. Kemudian, dia berkata, "Kalau aku mengatakannya, apa kamu bakal percaya?"Hans hanya melihatnya. Selly pun memaksakan diri untuk duduk, lalu berbicara dengan lemas, "Pelakunya ... Noni. Dia nggak mau aku melahirkan anak ini, jadi mengutus orang untuk mencariku dan bikin aku keguguran."Namun, Hans tetap diam. Selly menambahkan sambil terisak pelan, "Semua ini salahku. Seharusnya aku nggak kembali ke sisimu, seharusnya aku nggak berharap untuk menjadi istrimu. Anak malangku, dia belum sempat lahir dan melihat dunia ini, tapi sudah meninggalkan kita. Hans, aku sedih banget, aku nggak mau hidup lagi."Hans tampak menggerakkan matanya. Dia bangkit dan membantu Selly untuk berbaring, lalu berkata, "Istirahatlah dengan baik, jangan bicara yang aneh-aneh."Selly memandangnya sambil bertanya, "Hans, anak kita sudah nggak ada, apa k
Akan tetapi, apakah Selly akan menyerah begitu saja? Tentu tidak mungkin.....Pada jam makan siang, Widya dan Naomi pergi ke toko dessert terdekat untuk mencoba dessert baru yang baru saja dirilis. Widya berkata, "Toko dessert yang terkenal ini bagus, 'kan? Toko ini sangat populer di internet. Aku juga FOMO karena melihatnya di internet."Naomi yang kebingungan bertanya, "Apa itu FOMO?"Widya terkejut sejenak, lalu menjelaskan, "Orang-orang biasanya membagikan barang atau toko bagus di internet supaya orang lain tahu ada. FOMO itu singkatan dari Fear of Missing Out, yang artinya takut ketinggalan tren."Usai berkata demikian, Widya pun menopang kepalanya. Dia menatap Naomi sambil bertanya, "Kamu jarang main internet, ya? Padahal kamu masih muda, tapi kenapa rasanya kita seperti beda generasi?"Sementara itu, Naomi menyelipkan rambutnya ke belakang, lalu berkata sembari tersenyum canggung, "Aku nggak terlalu suka main internet.""Pantas saja," ucap Widya. Kemudian, dia menyendok krim d
Naomi tidak menjawab. Dia membuka pintu, lalu mengejar Hardy. Di sisi lain, Hardy sudah tiba di parkiran. Begitu melihat pantulan dari jendela mobilnya, tangan Hardy tertahan di gagang pintu. Dia menoleh ke arah Naomi yang sedang mengejarnya sembari bertanya, "Naomi, ada urusan apa?"Naomi masih terengah-engah. Setelah napasnya teratur, dia berdiri tegak sambil menimpali, "Maaf, Pak Hardy. Kami nggak bermaksud untuk membicarakanmu. Tolong jangan dimasukkan ke hati."Hardy menatapnya dan membalas, "Aku bukan orang yang berpikiran sempit. Lagi pula, rumor itu belum tentu salah. Bagaimana kalau itu mungkin terjadi?"Naomi sontak tercengang.Hardy tersenyum tipis sambil bertanya, "Sepertinya kamu gampang percaya pada orang lain. Menurutmu, aku bukan pria seperti itu, tapi bagaimana kalau aku memang pria seperti itu?"Naomi menunduk seraya mengepalkan tangannya dan berujar, "Beri tahu aku kalau kamu bukan pria seperti itu."Hardy melirik Naomi sekilas, lalu tertawa. Dia menimpali, "Aku tida
Selly tahu keretakan hubungan mereka disebabkan karena masalah kegugurannya. Hans tidak bisa menerima kenyataan ini. Selly menggigit ujung kuku jempolnya. Hans bahkan bisa menerima wanita seperti Noni, bagaimana mungkin pria itu tidak bisa menerima dirinya?Hans pasti akan mencurigai Noni atas kejadian ini. Apalagi, Noni pernah merencanakan hal jahat terhadap orang lain. Menurutnya, masuk akal jika kesalahan ini dilemparkan kepada Noni.Saat ini, Hans sedang menyelidiki kejadian yang menimpa Selly. Ketika sedang meminta penjaga keamanan untuk memeriksa kamera pengawas koridor, Hans melihat ada 3 orang pria. Di layar monitor, terlihat ciri-ciri 3 pria itu dari belakang. Dia meminta pengawal untuk menyelidiki identitas mereka.Setelah keluar dari ruang kamera pengawas, Hans mengeluarkan ponselnya. Dia mengernyit begitu melihat ada beberapa pesan yang belum dibaca. Bukannya membaca semua pesan itu, dia malah langsung menghapusnya. Tiba-tiba, ada satu pesan lagi yang masuk.Di sisi lain, N