Share

Ayah

“Mainan kereta ini bagus, Bun. Bima sudah punya belum?” Ario menatap wajah Lasmini sekilas. Dia kemudian asyik memilih mainan untuk anak semata wayangnya.

“Bima belum punya mainan kereta itu, Mas. Harganya juga mahal. Sayang juga takutnya nanti nggak awet, karena anak seusia dia belum mengerti. Dia juga masih suka melempar-lempar barang. Sayang kalau harga mainan mahal tetapi cuma sebentar bisa dibuat main.” Lasmini merasa keberatan kalau Ario berlebihan dalam membelikakn mainan untuk anaknya.

“Biarlah, Bun. Nanti kalau rusak, aku belikan lagi. Sama anak jangan perhitungan. Kita kerja juga buat anak, bukan?” Ario tetap pada pilihannya semula. Dia tetap memilih mainan kereta untuk diberikan pada Bima.

Lasmini hanya bisa menghela napas panjang. Dia sepertinya sulit untuk memberi saran pada Ario. Sepertinya Ario ingin membalas waktu yang pernah dia lewatkan saat anak itu masih di dalam kandungan dan saat anak itu lahir. Dia ingin

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status