Home / Urban / Kembalinya sang Pewaris / Chapter 47: Kau Iblis!

Share

Chapter 47: Kau Iblis!

Author: Zila Aicha
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Siapa yang akan melapor pada Tuan Narendra?" tanya si polisi yang menembak Pranoto.

"Biar aku saja!" jawab seorang polisi yang bernama Juned, anggota polisi termuda dalam kelompok itu.

Seniornya berkata, "Kau yakin kau bisa?"

"Ya, Pak. Saya pasti bisa."

"Baiklah, setelah mayat ini disingkirkan, segera temui Tuan Narendra," sahut si penembak tadi.

Juned mengangguk dalam dan bersikap siaga.

Sekitar satu jam kemudian, ia tiba di rumah keluarga besar Brawijaya sesuai dengan perintah sang senior. Secara kebetulan, Narendra baru saja turun dari kamarnya setelah mendapat perawatan atas luka-luka yang dideritanya akibat pukulan Arnold.

"Hm, sampai ada yang dikirim ke sini, apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Narendra langsung seraya duduk di salah satu sofa putih di ruang tamu.

Juned mengangguk, "Sesuai dugaan Anda, Tuan. Pak Pranoto memang melakukan penyelidikan mengenai kasus itu lagi."

Narendra membalas, "Lalu, apa dia menemukan sesuatu?"

"Ya."

Juned mengeluarkan sebuah ponsel yang dibun
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kembalinya sang Pewaris   Chapter 48: Ada Pembunuh di Sini!

    "Tutupi semuanya, jangan sampai ayahku tahu!" ucap Narendra."Baik, Tuan Muda," ucap salah satu anak buahnya."Selamat menikmatinya, adik kecilku tersayang," ucap Narendra.Setelahnya, ia pun ke luar dari ruangan itu tanpa merasa bersalah. Sementara di kantor polisi tempat Glenn ditahan, Glenn baru saja mendengar dari salah satu petugas polisi jika Pranoto ditemukan kecelakaan dan tak bisa diselamatkan. Ia masih tidak bisa mempercayai berita aneh itu."Tidak mungkin. Mana mungkin dia bisa kecelakaan?" gumamnya kebingungan."Pasti ada sesuatu yang tidak beres," ucap Glenn lagi.Ia mulai merasa jengkel atas kondisinya yang tidak memungkinkan untuk mencari tahu mengenai kecelakaan itu. Saat ia melihat beberapa petugas polisi di sana, ia juga tak menemukan satu orang pun yang bisa dipercaya. Ia pun kini menemui jalan buntu, merasa tidak memiliki seorang yang bisa ia mintai pertolongan.Akan tetapi, salah seorang dari petugas itu menghampirinya, "Glenn. Apakah kau tidak merasa bersalah a

  • Kembalinya sang Pewaris   Chapter 49: Pengecut

    "Anda tahu betul jika kita tidak bisa melakukannya, Tuan Alex," ucap Damar dengan nada menyesal.Alexander pun membuang napas kasar, merasa memiliki jalan buntu. "Damar, apakah aku sudah salah langkah?""Maksud Anda, Tuan?""Aku tak sekuat Narendra. Rasanya aku menjadi orang tidak berguna sekarang. Aku tidak bisa membantu secara terang-terangan karena kalah kaya darinya. Aku bahkan hanya bisa membantu Glenn mendapatkan satu stasiun televisi miliknya."Alexander menelan ludah dengan kasar, "Dan itu pun dengan uang Glenn sendiri. Lalu aku ini gunanya apa untuk dia? Aku terlalu menganggap enteng segalanya, seolah aku bisa membantu Glenn mendapatkan semua hartanya. Omong kosong apa yang aku bicarakan itu? Sekarang aku tak bisa membantunya.""Anda tidak boleh menyalahkan diri Anda sendiri, Tuan Alex. Tuan Glenn sendiri selalu mengatakan hubungan Anda dan Tuan Glenn tidak boleh terekspos. Ini tidak hanya akan membahayakan Anda tapi juga Tuan Glenn," ucap Damar.Alexander membalas, "Aku teta

  • Kembalinya sang Pewaris   Chapter 50: Hadiah Penyambutan

    "Kau tertawa? Apa yang kau tertawakan?" tanya Alexander dengan napas memburu. Amarah telah mengusai dirinya. Egonya tersakiti atas perkataan Dewa.Dewa menyentuh rahangnya dan berujar, "Kau berani memukulku tapi kau tidak berani memukul Narendra Brawijaya. Dialah orang yang harus kau hajar, bukan aku."Dewa menatap tajam, "Kalau kau memang tidak bisa membantu Glenn, lebih baik kaau menyingkir dan tidak perlu berlagak menjadi seorang pahlawan." Alexander semakin terlihat begitu marah, "Kau sendiri?"Dewa tertawa sinis, "Aku bukan orang kaya, Tuan tapi aku akan membantunya."Kini Alexander tertawa mengejek, "Aku saja tidak bisa membantunya. Kau yang hanya seorang gelandangan, berniat membantunya? Tidakkah kau terlalu sombong?"Dewa tersenyum santai, "Pasti aku bisa membantunya, apapun itu akan aku coba lakukan. Dan oh iya, Glenn tidak membutuhkan orang yang hanya bisa duduk berpangku tangan. Ingat itu baik-baik!"Setelah mengatakannya, Dewa menghilang dari tempat itu, meninggalkan Alex

  • Kembalinya sang Pewaris   Chapter 51: Kemenangan Licik

    "Lepaskan aku. Lepaskan, brengsek!" teriak Glenn membabi buta.Pria itu telah kehilangan kendali diri dan sekarang sedang dipegang oleh dua petugas yang akan membawanya ke jeruji besi tempatnya. Ia diseret paksa dan kemudian dilempar ke dalam."Tetaplah di sana dan jangan sekalipun membuat keributan!" ancam petugas itu.Glenn yang masih terbakar api amarah membanting semua benda yang ada di dalam ruangannya dan mengamuk tanpa peduli orang-orang mulai mengatainya telah gila."Dia benar-benar sinting!" ujar salah seorang nara pidana."Sudah biarkan saja dulu, dia mungkin sedang marah. Tahanan yang bunuh diri itu anak buahnya. Aku baru mendengarnya dari petugas di depan," sambung yang lainnya."Oh, pantas saja. Dia kelihatan kesal," imbuh yang lain.Setelah puas meluapkan emosinya, Glenn terduduk di bagian pinggir ruangannya dan bersandar pada dinding. "Balas dendam apanya? Si brengsek itu bahkan sudah membunuh orang-orang di sekitarku." Glenn lalu tertawa terbahak-bahak seperti orang

  • Kembalinya sang Pewaris   Chapter 52: Dia Adikmu!

    "Bunuh aku sekarang!" tantang Arnold tanpa takut.Narendra terdiam selama beberapa detik dan akhirnya malah membuang pecahan kaca itu ke sembarang arah. Ia menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya dengan kasar. Tangannya mengusap wajahnya, menyeka keringat yang mengalir."Tidak. Tentu saja aku tidak bisa membunuhmu. Walaupun aku sangat membencimu dan sangat ingin kau hilang dari dunia ini, tidak mungkin aku mencabut nyawa adikku sendiri. Kau tetap adikku dan itu fakta yang tidak bisa diubah," ucap Narendra tanpa memandang sang adik.Arnold tertegun tetapi segera membalas, "Bukankah kau mengatakan sudah tak menganggapku adik?"Narendra tidak menjawab."Apa maksudnya kau masih memiliki hati?" tanya Arnold lagi, berusaha mencari tahu tentang apa yang sedang dipikirkan sang kakak."Terserah apa katamu. Oh, tapi ada bagusnya kau hidup, adik kecil."Ia menyeringai kecil tapi Arnold tak bisa melihatnya.Narendra kembali membalikkan badannya dan berujar, "Kau harus hidup dan menyaksikan bag

  • Kembalinya sang Pewaris   Chapter 53: Teman Andalan

    "Kau ... apa yang kau laku-"Glenn yang baru saja memiringkan kepalanya dan melihat ke arah orang yang baru saja berbicara dengannya itu tidak jadi melanjutkan perkataannya. Kini ia malah duduk dan menegakkan badannya."Jangan katakan jika kau yang membuat kebakaran di sini!" ujar Glenn menatap penuh selidik.Orang yang saat ini berpakaian serba hitam itu menyeringai kecil, "Memang aku.""Sial. Apa kau berniat membunuh semua orang yang ada di sini?" ujar Glenn yang tidak sabar.Dewa membalas, "Tentu saja tidak. Aku bukan pembunuh, Glenn. Tujuanku hanya mengeluarkanmu dari sini.""A-apa? Untuk apa kau-""Kita tidak punya banyak waktu. Ayo, ke luar sekarang, akan aku jelaskan di luar."Belum sempat Glenn menjawab, Dewa telah menyeretnya ke luar. Glenn melihat Dewa memerintah seseorang yang juga sama berpakaian hitam seperti teman anehnya itu."Sekarang!" ucap Dewa.Orang yang diberi perintah itu segera menggotong sesosok tubuh dan memasukkannya ke dalam sel tahanan Glenn. Sosok itu terl

  • Kembalinya sang Pewaris   Chapter 54: Kalian Saling Mengenal?

    "Fero, apa yang kau lakukan di sini? Kau ... tunggu dulu. Kau dan Dewa?" ujar Glenn masih kesulitan mempercayai apa yang dilihatnya sekarang."Kalian saling mengenal?" tanya Glenn masih kaget.Fero hanya tersenyum, sementara Dewa mengangguk pada Fero sambil tersenyum dan berkata, "Fer, cabut sekarang!" Fero memberi anggukan dan segera menancap gas mobil itu. Keduanya terlihat serius dan berhati-hati.Glenn masih menunggu, tapi ia tidak ingin mengganggu konsentrasi Fero yang sedang menyetir sehingga ia memilih menunggu. Tidak lama kemudian, ketika mereka sudah lebih jauh dari penjara, Dewa berujar, "Glenn, sebenarnya ini tidak seperti yang kau duga.""Memangnya apa yang aku duga?" tanya Glenn sambil menaikkan sebelah alisnya, cara khasnya ketika membuat lawan bicaranya agar gugup.Dewa yang duduk di kursi depan itu pun menoleh, "Aku tidak sengaja mengenal Fero.""Maksudnya?" tanya Glenn bingung.Fero yang tengah mengemudi itu mengambil alih dan mulai menjelaskan, "Jadi, begini Tuan Mu

  • Kembalinya sang Pewaris   Chapter 55: Awasi Ketat!

    "Sialan, sejak kapan kau menjadi begini lemah, Glenn Brawijaya?" ucap Dewa, terlihat kesal.Ia menggelengkan kepalanya tak percaya. Yang ia kenal, Glenn merupakan orang tegar, kuat dan tidak mudah menyerah pada keadaan. Namun, yang ia lihat sekarang ini sangatlah berbeda. Glenn terlihat seperti orang yang kehilanga semangat dan frustrasi. Dewa tidak menyukainya sama sekali.Glenn menyandarkan badannya pada kursi mobil yang masih melaju, ia melihat ke arah jalanan. "Aku sudah tidak punya apa-apa. Semua uang yang aku kumpulkan selama ini sudah aku gunakan untuk merebut stasiun televisi itu dan membangunnya kembali. Aku saat ini miskin lagi, Dewa.""Alexander Barata-"Tiba-tiba saja Glenn teringat akan orang yang sudah membantunya cukup banyak itu."Kau tidak perlu menyebut nama si pengecut itu, Glenn. Dia sama sekali tidak bisa diandalkan," potong Dewa tidak suka.Jelas sekali, Dewa memang malas membahas satu nama itu, ia berkata lagi, "Dia sebenarnya bisa saja menyelamatkanmu. Dari pad

Latest chapter

  • Kembalinya sang Pewaris   Chapter 168: The Ending

    Narendra tidak mempercayai apa yang sedang terjadi kepadanya, "Glenn, kau-""Bukti yang aku miliki sudah lengkap semuanya dan semua ini berkat bantuan dari adik kesayanganmu. Selain itu, Om Satria kebetulan telah menyerahkan dirinya pagi tadi jadi lebih baik sekarang tidak perlu melawan lagi karena kau sudah tamat," ucap Glenn dengan begitu senangnya.Narendra tentu saja memberontak dan berhasil melepaskan diri dari kedua polisi yang memegang lengannya. Pria muda tersebut kemudian langsung saja menarik Glenn ke arahnya lalu mengeluarkan sebuah pisau yang nyata ia sembunyikan dibalik saku jasnya.Glenn tentu saja tidak pernah menyangka hal itu akan terjadi. Ia pikir ia telah bersiap-siap menghadapi segala hal yang mungkin saja terburuk tetapi nyatanya ia masih melupakan sesuatu sehingga sekarang harus menghadapi kemarahan Narendra yang seharusnya tidak perlu dihadapi.Dewa dan Alexander yang berada di sana sontak memerintah anak buah mereka untuk menyelamatkan Glenn tetapi Glenn memint

  • Kembalinya sang Pewaris   Chapter 167: Sadar

    "Astaga, kau benar-benar membuatnya takut," ucap Glenn yang tidak bisa tidur apalagi mendengar ketika orang yang berada di dalam kamarnya itu dari tadi masih saja bercolotest seolah dia tidak ada di sana.Clarita menoleh pada pria yang telah membuka matanya secara penuh itu. "Om, Om pasti terganggu dengan suara kami ya?"Glenn tersenyum tipis dan menanggapi, "Ah, Clarita. Kau benar-benar sangat peka sekali, tidak seperti ayahmu yang bodoh ini."Alexander sedikit tersinggung tetapi dia membiarkan sahabatnya itu berbicara seperti itu."Kau benar-benar sudah tidak apa-apa?" tanya Dewa, terdapat kecemasan yang begitu terlihat dengan sangat jelas di mata sahabat Glenn yang satu itu."Kau gila atau bagaimana? Aku baru saja tertembak di perutku dan kau bilang aku tidak apa-apa? Luka tembak tidak mungkin bisa sembuh hanya dalam waktu beberapa jam kan?" omel Glenn.Alexander tertawa meringis mendengarkan ocehan Glenn pada Dewa, ia benar-benar sangat puas terhadap omelan Glenn tersebut."Nah, s

  • Kembalinya sang Pewaris   Chapter 166: Kebimbangan Satria

    Narendra mendecakkan menatap ayahnya dengan tatapan tidak suka. Pria itu bahkan tidak menutupi jika mungkin dia menganggap ayahnya itu cukup bodoh karena tidak benar-benar menyimak ceritanya dengan benar.Narendra menghela napas panjang sebelum kemudian menanggapi, "Ayah, tidakkah tadi Ayah mendengarkan ceritaku dengan baik?"Satria terbelalak tetapi dia membalas pertanyaan putranya, "Dengar. Peluru itu sedikit meleset tetapi mengenai Glenn. Iya kan?""Hm, itu benar. Peluru itu katanya mengenai perut Glenn dan bukannya jantungnya jadi mungkin dia masih hidup atau bisa saja sedang sekarat. Entahlah, aku tidak mengetahuinya. Anak buahku masih mencarinya di seluruh rumah sakit yang ada di Jakarta ini. Dan aku yakin sekali dia akan segera ditemukan," ujar Narendra begitu senang.Satria mengangguk mengerti. "Jika kau sudah menemukannya, apa yang akan kau lakukan terhadapnya?"Narendra menyipitkan mata, memperlihatkan ayahnya senyumannya yang kejam. "Ayah, apakah sekarang ini Ayah masih har

  • Kembalinya sang Pewaris   Chapter 165: Apakah Dia Mati?

    Alexander dan Dewa menyadari jika di sana masih ada gadis muda yang mendengarkan percakapan mereka yang cukup bisa dikatakan berbahaya dan tidak pantas didengar oleh gadis itu.Dewa seketika berkata, "Oh, Sayang. Maaf, percakapan ini tidak pantas untuk kamu dengar. Ah, Alex. Kita tunda saja percakapan ini daripada putrimu harus mendengar hal seperti itu."Clarita sebenarnya tidak ingin menyerah begitu saja tetapi melihat kedua pria dewasa itu terlihat tidak ingin lagi melanjutkan percakapan mereka mengenai permasalahan tentang aksi balas dendam itu maka ia pun juga tidak bisa lagi bertanya."Kamu mau minum atau mungkin camilan?" tawar Alexander.Clarita dengan segera menggelengkan kepala. "Bagaimana mungkin aku bisa makan dalam situasi seperti ini? Ayolah Ayah, aku bukan gadis berdarah dingin yang tidak mementingkan situasi dan kondisi."Alexander meringis mendengar ucapan putrinya yang begitu mengguncangnya Itu.Dewa sendiri tidak tahan untuk tidak tertawa telan tetapi dia kemudian t

  • Kembalinya sang Pewaris   Chapter 164: Kenekatan

    Sang pengawal dengan sangat terpaksa akhirnya menjawab kembali, "Tuan Alex tidak apa-apa dan baik-baik saja tetapi Tuan Glenn baru saja tertembak karena diserang."Clarita langsung saja membungkam mulutnya karena kaget. Tak bisa dipercaya, hanya sangat mustahil sekali pria sekuat Glenn bisa tertembak dan kini nyawanya sedang dalam bahaya di dalam rumah sakit.Clarita terdiam sejenak bingung atas apa yang harus dia lakukan setelahnya.Namun, dia tentu tidak bisa berdiam saja di sana sehingga dia memutuskan, "Aku akan ke rumah sakit."Sang pengawal tentu saja langsung saja menjawab, "Tidak, Nona. Tuan Alexander meminta Anda untuk tetap di rumah dan tidak melakukan apapun. Sebenarnya yang diserang itu adalah Tuan Alex tetapi Tuan Glenn datang untuk menyelamatkannya sehingga yang terkena malah Tuan Glenn.""Iya, Nona. Di luar sana masih begitu berbahaya dan kita juga tidak tahu apakah penyerang itu akan mencari-cari Nona karena anda merupakan putri satu-satunya Tuan Alexander sekaligus ke

  • Kembalinya sang Pewaris   Chapter 163: Rasa Cemas

    Ken, sopir Alexander Barata segera melajukan mobilnya lebih cepat dan berusaha menghindari 3 mobil yang mengejar mereka.Alexander mulai tegang dan kemudian segera menghubungi Glenn dengan cepat. Ia benar-benar sangat beruntung sekali karena hanya dalam dari yang pertama panggilannya telah dijawab oleh Glenn."Kenapa kau-""Kirim bantuan sekarang, Glenn! Aku sedang dikejar-kejar!" ujar Alexander dengan suara yang begitu panik.Glenn yang sedang duduk di atas atap itu segera berdiri dan berkata dengan nada yang juga panik, "Di mana posisimu?""Ah, tidak usah. Aku tahu. Bertahanlah sebentar!" ucap Glenn.Glenn segera membuka aplikasinya dan memerintah dengan cepat, "Susul Alexander!"Beberapa anak buahnya yang telah siap siaga itu pun segera mengambil posisi masing-masing dan Glen ikut ke dalam salah satu mobil itu.Sementara itu, Alexander masih dalam pengejaran dan hampir saja terkena sebuah tembakan saat salah satu orang yang berada di mobil kirinya tersebut melemparkan sebuah tembak

  • Kembalinya sang Pewaris   Chapter 162: Cepat!

    "Ayah bukan saudara kandung dari Paman Andi," ujar Arnold.Narendra menatap adiknya itu dengan tatapan heran tetapi ia masih terlihat begitu bingung.Arnold mengamati ekspresi kakaknya yang tidak ada keterkejutan di sana. Ia pun mulai berpikir jauh, "Ah, jadi Mas juga tahu masalah ini? Tapi kenapa Mas hanya diam saja?"Narendra bertanya, "Dari mana kamu tahu masalah ini?"Arnold mengulas sebuah senyum pada sang kakak. "Tidak penting bagaimana aku tahu tapi fakta jika ternyata kamu juga mengetahuinya itu Cukup membuatku heran.""Kenapa lagi?" tanya Narendra malas."Masih bertanya kenapa? Ini semakin membuat kita itu tidak memiliki hak apapun atas harta itu. Mas, kita tidak memiliki hubungan darah dengan keluarga Glenn. Bisa tidak kamu mengembalikan saja semua yang memang bukan milikmu terhadap Glenn? Apa sedikitpun kamu tidak merasa aneh ketika melakukan apapun pada harta yang bukan milikmu?"Narendra mencibir, "Oke, kita memang tidak memiliki hubungan darah dengan mereka tetapi kita t

  • Kembalinya sang Pewaris   Chapter 161: Pigura

    Kenyataan itu begitu menampar Satria. Ia pun tidak lagi bisa berkutik lagi ataupun membela putra bungsunya.Narendra melihat ayahnya yang tidak bisa menjawab perkataannya itu pun membuatnya semakin yakin untuk memberi satu pelajaran bagi sang adik."Lebih baik Ayah tidak usah ikut campur masalah ini. Biarkan aku yang menyelesaikannya," ucap Narendra.Satria hanya bisa terdiam di sofa ruang tamu itu, meresapi semua yang terjadi di kehidupannya.Tiba-tiba saja ia bangkit dari tempat duduknya itu lalu berjalan menuju ke sebuah gudang yang terletak di luar ruangan.Gudang itu terpisah dari rumah utama sehingga ia harus berjalan sendirian ke sana dan melarang semua anak buah Narendra untuk menemaninya.Begitu ia masuk ke dalam gudang tersebut, ia segera berjalan mendekat ke sebuah benda yang tertutup oleh kain putih besar.Segera saja ia ambil kain yang menutupi sebuah pigura besar itu. Ia pun kemudian duduk di depan pigura tersebut dengan wajah yang terlihat amat sangat letih.Ia mulai be

  • Kembalinya sang Pewaris   Chapter 160: Kekejutan Lain

    "Apa yang Ayah bicarakan itu? Tentu saja aku menyukainya," ucap Clarita menatap ke arah ayahnya dengan tatapan heran.Alexander kembali menyipitkan mata dan menatap putrinya dengan tatapan bingung, "Tunggu dulu, Nak. Yang Ayah maksud itu adalah menyukai layaknya seorang wanita menyukai laki-laki. Seperti itu. Kamu tidak seperti yang Ayah maksud kan?" Mata Clarita membola begitu sempurna usai dirinya mendengar perkataan ayahnya tersebut. Ia kehilangan kata-kata untuk beberapa saat dan kemudian membalas perkataan ayahnya itu dengan cepat, "Maksud Ayah, cinta pasangan? Astaga, Ayah. Yang benar saja. Aku menganggap dia sebagai aku menganggap Ayah. Dia sama saja dengan orang tua keduaku."Mendengar perkataan putrinya, Alexander benar-benar menghela napas dengan lega. Ia tertawa konyol lalu kemudian menyesat minuman yang tidak ia ketahui namanya itu.Minuman khas Korea Selatan yang rasanya asam manis cukup menyegarkan tenggorokannya.Alexander kemudian tersenyum pada Sang Putri, "Ayah bena

DMCA.com Protection Status