Share

Bab 66

Author: Imgnmln
last update Last Updated: 2024-03-18 21:05:48

"Sial, ternyata kamu hanyalah mantan narapidana. Sial sekali aku, telah berbicara banyak denganmu tadi. Jangan harap orang sepertimu akan diterima kerja!” Begitu Nathan keluar, dia dimarahi oleh pemuda berkacamata tadi.

Nathan memandang pemuda itu. Awalnya, dia merasa bahwa pemuda itu baik, tetapi ternyata dia juga hanya pemuda yang memandang rendah orang lain.

"Tuan Nathan, silahkan ikuti aku. Aku memerlukan kartu identitasmu untuk prosedur masuk sebagai karyawan. Apakah kamu membawanya?" Tanya gadis yang keluar bersama dengan Nathan.

“Ya, aku membawanya!” Nathan menyerahkan kartu identitasnya kepada gadis itu, lalu tersenyum penuh terima kasih.

Dia tahu bahwa gadis itu sengaja menanyakan ini untuk memberi tahu pemuda itu. Benar saja, ketika pemuda itu melihat bahwa Nathan telah berhasil lulus wawancara, matanya melebar, dan wajahnya penuh dengan ketidakpercayaan.

Nathan hanya tersenyum mengabaikannya, lalu berjalan pergi mengikuti gadis itu.

Ketika Nathan mengurus prosedur masuk ke
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 67

    Satu jam kemudian, Nathan sudah menyelesaikan prosedur masuk sebagai karyawan baru, dan dia mendapatkan kartu akses dan sampai pada departemen pemasaran. Saat Nathan sampai di departemen pemasaran, mereka semua menatapnya seperti menatap seekor panda, hal itu membuat Nathan sedikit heran. “Nathan, selamat bergabung dengan departemen pemasaran, kamu harus memanfaatkan kesempatan baik ini dengan benar, ya!” Andrew berkata dengan tenang kepada Nathan. Saat dia belum memastikan apakah Nathan dan Antonius mempunyai hubungan, Andrew tidak berani melawan Nathan. Nathan hanya menganggukkan kepalanya. “Matius, kemari sebentar!” Andrew berteriak memanggil seorang pria muda yang memakai kacamata! Segera, pria itu berlari menghampiri Andrew dan berkata. “Pak Manajer, Anda memanggilku?” “Mulai saat ini Nathan akan ikut denganmu, kalian berdua akan satu tim, kamu harus mengajari dan membimbingnya,” Andrew berkata kepada pria itu. Pria itu menatap Nathan dan raut wajahnya terlihat berat. “K

    Last Updated : 2024-03-20
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 68

    Satu hari berlalu dengan cepat, Nathan merenggangkan pinggangnya dan mendengus. “Piutang-piutang ini terlalu besar, apa saja yang dilakukan direktur disini?” “Nathan, kamu jangan berbicara sembarangan, kalau sampai didengar orang lain, dan mereka melaporkanmu, maka akan jadi repot!” Matius yang mendengar keluhan Nathan tentang direktur—Antonius—terkejut dan langsung mengingatkannya. “Separah itukah? Dia hanya seorang direktur, bukan pemilik, dia juga disini bekerja, kan? Malah benar-benar menganggap ini adalah rumahnya sendiri, dan menganggap dirinya seorang raja?” Nathan tidak menyangka kalau para karyawan begitu takut kepada Pak Antonius. Perlu diketahui kalau Antonius hanyalah seorang direktur yang dipekerjakan oleh keluarga Wibowo dengan uang mereka, di perusahaan ini dia belum mencapai tahap dimana dia bisa menutup langit dengan satu tangannya. Hanya saja Sarah sangat jarang datang ke perusahaan, dia juga tidak pernah mengurusi masalah perusahaan, dan itu membuat hak Antonius

    Last Updated : 2024-03-20
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 69

    “Nathan, bagaimana wawancaranya? Apa jabatan yang diberikan kepadamu?” “Ma, wawancaranya sangat sukses, aku menjabat sebagai staf pemasaran, pekerjaannya lumayan.” Nathan tersenyum santai.“Wah, kalau begitu baguslah, kamu bisa langsung menjadi seorang staf pemasaran benar-benar berkat Lisa, nanti kalau ada waktu kita harus berterimakasih kepada dia. Akhirnya, kamu sudah mendapatkan pekerjaan yang layak, Mama merasa lega,” Wajah Maria menunjukkan senyuman yang sangat puas.Melihat wajah ibunya yang begitu bahagia, Nathan juga tidak berkata apa-apa.“Nathan, mandilah dulu, lalu ganti pakaianmu dan bersiap untuk makan diluar, Paman Darby menelpon dan menyuruh kita untuk makan bersama,” David yang berjalan masuk dengan ponsel di tangannya berkata kepada Nathan.“David, kenapa Darby mentraktir kita untuk makan? Sesuai logika, seharusnya kita yang mentraktir mereka karena sudah membantu Nathan mendapatkan pekerjaan!” Maria bertanya dengan bingung. “Sepertinya permasalahan piutang perusah

    Last Updated : 2024-03-22
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 70

    Pada saat itu, pintu ruangan VIP terbuka, Nathan dan sekeluarga masuk kedalam.“Maaf, kami terlambat …”David yang melihat Darby dan yang lainnya sudah terlebih dulu sampai langsung meminta maaf.“Kapten, tidak apa-apa, kami juga baru sampai, ayo duduk!” Darby sibuk menyambut dan mempersilahkan David sekeluarga untuk duduk.Dan saat Nathan melihat Andrew juga ada disana, dia merasa sedikit terkejut tapi dia tidak mengatakan apapun..Andrew malah menatap Nathan dengan tatapan main-main, dan dia tersenyum sinis. “Nathan, kita bertemu lagi, tadi kami memintamu mentraktir kami, kamu malah kabur, apa kamu tahu perbuatanmu itu membuatku dan Lisa sangat serba salah?”Setelah Andrew selesai berkata, David langsung menatap bingung kearah Nathan.Maria langsung buka mulut dan bertanya. “Nathan, ada apa?”Darby juga menatap kearah Andrew dengan tatapan bertanya-tanya.“Nathan, dia sudah sukses wawancara dan bergabung dengan departemen kami, di departemen kami ada aturan kalau karyawan baru itu

    Last Updated : 2024-03-22
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 71

    “Nathan, kenapa kamu tidak minum?” Andrew bertanya kepada Nathan dengan nada sarkastis. “Seorang napi mana mungkin tidak pernah minum alkohol?!”Andrew terus menatap Nathan yang sedari tadi hanya memakan makanan biasa dan hanya meminum secangkir teh.Mendengar itu, Nathan hanya tersenyum. “Aku bukannya tidak bisa minum, hanya saja, bagiku minum teh dan minum alkohol tidak ada bedanya, lebih baik minum teh, lebih bagus untuk menghemat uang.”Andrew tercengang saat mendengar itu lalu tertawa terbahak-bahak. “Maksudmu tadi, artinya kamu sangat toleran pada alkohol?”“Sejauh ini, aku tidak pernah mabuk,” Nathan berkata dengan santai.Saat itu, Andrew seketika menjadi tertarik. “Kalau begitu, mari kita bertanding, aku juga tidak pernah menemukan orang yang bisa menyaingiku saat minum, hari ini ayo kita bersenang-senang!”Sambil berkata, Andrew memanggil pelayan untuk mengantarkan satu botol alkohol lagi.“Nathan, sejak kapan kamu bisa minum alkohol? Jangan berbicara sembarangan, disini jug

    Last Updated : 2024-03-23
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 72

    Pada saat itu di Kafe Bicheon, Andrew dan yang lainnya sudah sampai, dan sudah memesan kamar VIP yang besar. “Nathan ini kenapa sih? Sudah lama sekali kenapa belum sampai, apa dia kabur? Gaya miskinnya itu, aku benar-benar takut dia tidak sanggup membayar!” Kate berkata dengan cemberut. Yang lainnya juga menggerutu, mereka takut, kalau Nathan benar-benar tidak datang maka siapa yang membayar biaya ruangan VIP? “Matius, kalau Nathan tidak datang, maka semua biaya ini kamu yang bayar, kalian kan satu tim!” Andrew yang bersandar di sofa menyipitkan matanya dan berkata kepada Matius yang duduk di pojok ruangan. Matius hanya bisa menganggukkan kepalanya, meskipun dia merasa sangat tidak rela, tapi dia tidak berani membantah. Setelah melihat ada orang yang akan membayar, yang lainnya kembali bersemangat, dan mulai memesan buah-buahan, dan juga bir. Matius terus berdoa agar Nathan harus datang, kalau tidak maka hari ini dompetnya akan berdarah lagi, kartu kreditnya sudah hampir mencapai l

    Last Updated : 2024-03-24
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 73

    Dan tentu saja setelah melihat kemesraan Lily dan Nathan, banyak pria yang berkecil hati, bahkan Andrew juga menatap Nathan dengan tatapan cemburu.Nathan memperkenalkan satu per satu rekannya kepada Lily, dan saat memperkenalkan Lisa, Nathan berkata. “Ini adalah putrinya Paman Darby, Lisa, ayahnya dan ayahku adalah teman seperjuangan saat militer.”Lily yang mendengarnya langsung mengerti, saat itu David meminta bantuan orang untuk mencarikan pekerjaan, orang itu kemungkinan besar adalah ayahnya Lisa. Jadi Lily melangkah maju dan meraih tangan Lisa dengan antusias. “Kak Lisa cantik sekali, sejak awal, saya sudah mendengar tentang kalian dari Kak Nathan dan Paman David, hanya saja belum pernah bertemu.”Keramahan Lily membuat Lisa juga tersenyum. “Dik Lily. kamu juga cantik sekali.”“Lalu, yang ini Matius, teman satu timku!” Nathan berkata sambil menunjuk Matius yang mengenakan kacamata dan duduk di pojok ruangan.“Halo …” Lily tersenyum dan mengulurkan tangannya.“H-halo …” Wajah Mat

    Last Updated : 2024-03-25
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 74

    Perkataan pria paruh baya itu membuat semua orang yang ada di ruangan saling bertatapan, tidak ada yang berani mengeluarkan suara. Karena terlihat jelas kalau pria paruh baya ini bukan orang biasa, sedangkan mereka hanyalah karyawan, tidak ada satu orang pun yang berani memperkeruh suasana. Melihat tidak ada yang menjawab, pria paruh baya itu menjatuhkan tatapannya pada Lily, Kate dan Lisa, karena hanya mereka bertiga yang memegang mikrofon.“Tiga gadis ini lumayan juga, cepat bawa mereka bertiga keruanganku!”Pria paruh baya itu berkata sambil mengeluarkan setumpuk uang dari kantongnya dan melemparkannya kepada tiga gadis itu, dan dengan segera, kedua pengawalnya bergerak menghampiri.Hal itu mengagetkan mereka bertiga dan membuat mereka terus melangkah mundur, raut wajah Andrew juga langsung menjadi masam dan berjalan menghadang di depan mereka!Pada saat ini hanya dia satu-satunya yang memiliki jabatan tinggi, kalau dia tidak melakukan sesuatu maka orang-orang akan mengoloknya, dan

    Last Updated : 2024-03-25

Latest chapter

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1081

    Nathan tersenyum tipis. Tapi senyuman itu tidak membawa kehangatan, itu adalah senyuman milik seseorang yang telah membuat keputusan. “Bukan gertakan,” bisiknya dingin. “Itu adalah nisan yang baru saja kau gali sendiri.”Gill menatap Nathan dengan pandangan tajam, senyum sinis masih menempel di wajahnya. “Kau terlalu percaya diri.”Swosshh~Dalam sekejap, tubuh Gill menghilang dari tempatnya, melesat seperti bayangan! Nathan tak bergerak, matanya hanya menyipit sepersekian detik sebelum serangan.Slashh!Sebuah pukulan meluncur dari arah kiri, cepat dan berat seperti meteor. Tapi Nathan memiringkan tubuhnya hanya setipis helai rambut, menghindari serangan itu tanpa panik. Bugh!Siku Nathan melesat balas ke arah dada Gill dengan kecepatan tak kasat mata. Gill mengebloknya dengan lengan kiri, suara benturan tulang beradu terdengar nyaring di udara malam.Bugh! Bugh! Bugh!Serangan demi serangan saling beradu, tinju, siku, tendangan, sapuan kaki. Setiap benturan menghasilkan gelombang u

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1080

    Nathan berdiri di depan menara kegelapan, jubahnya berkibar pelan tertiup angin malam. Matanya menatap lurus ke arah pria yang telah meretakkan formasi pembunuhnya.Di bawah sinar bulan yang dingin, aura mereka saling berbenturan meski belum ada yang bergerak.Gill berhenti menghantam, tangannya yang terluka mengepal pelan, namun ekspresinya tetap tenang. Matanya menyapu Nathan dari atas ke bawah. “Jadi, kau Nathan?” ujarnya, suaranya rendah tapi menggema seperti bergema dari dasar lembah.Nathan menatapnya datar. “Dan kau pasti Gill, Tuan Muda yang disembunyikan di balik bayangan nama Wilford.”Gill menyeringai tipis. “Kau lebih pintar dari yang kuduga.”Nathan menatap luka di tangan Gill. “Formasi pembunuhku membuatmu berdarah. Tidak buruk untuk seorang ‘tuan muda’, bukan?”Gill tertawa pelan, tatapan matanya sinis. “Kalau formasi sekelas itu saja sudah membuatku mundur, aku tidak pantas menyandang nama Wilford.”“Sayangnya,” Nathan menimpali, suaranya seperti mata pisau menggores b

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1079

    Formasi terpasang sempurna. Nathan menarik diri ke dalam bayang menara, menatap ke dalam kegelapan sambil menghela napas berat.Di luar, Hago memandang menara yang bergetar pelan, detak hatinya berpacu.“Sehebat ini?” satu prajurit bisik, suaranya hampir tak terdengar.Hago memutar wajah, mata redup menyala. "Nathan menghancurkan Ging dan melukai Kaidar, mereka seorang dengan kekuatan puncak penguasa Ingras tingkat akhir! Apa kita lebih hebat?"Gemuruh aktivitas di menara menggetarkan tanah. Kilatan cahaya ungu menelusup silang di balik jendela tinggi menara, seolah detak jantung yang siap meledak.Prajurit terhuyung, Hago mencibir pelan, sipi matanya menerawang ke cakrawala. "Tunggu Tuan Gill datang, aku akan melihat ke mana larinya Nathan kemudian."Dalam senyap menara, Nathan tenggelam kembali dalam kultivasi. teknik kijutsu berputar liar, menara bergetar hebat, merintih menahan badai energi yang menyedot setiap partikel energi spiritual di sekitarnya.“Apa?! Menara itu bergetar? P

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1078

    Di bawah bayang menara, sosok itu terbungkus gaun hitam, wajahnya masih membelakangi mereka. Nathan membuka mata, sebuah kilatan biru dan merah menari di tengah pupilnya.Hago menegakkan punggung, mencoba menutupi keterkejutannya. “Siapa kau?” tanyanya, tingkahnya tenang namun bergetar tipis.Nathan menoleh perlahan, bayangan luncur di pipinya. “Pemilik sah villa ini,” jawabnya dingin. “Jika ingin selamat, mundur sekarang.”Getaran energi spiritual mengepul di telapak Nathan, aura naga melingkari tubuhnya.“Kami wakil keluarga Wilford!” desak Hago, namun suaranya gemetar. “Ramos telat bayar hutang, villa ini jadi milik kami. Lalu kamu siapa?”Nathan mengangkat dagu, cahaya dingin menyorot wajahnya. “Ramos sudah tiada, tapi tanah dan menara ini kini di bawah kendaliku,” ujarnya tenang. “Akan kucabut nyawa kalian jika berani menentang.”Beberapa prajurit keluarga Wilford saling berpandangan, tangan mereka mengepal pada gagang pedang.Salah satu dari mereka terangkat suaranya. "Tuan Hago

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1077

    Debu dan serpihan porselen beterbangan, kristal lampu bergetar. Kaidar merasakan detik-detik terombang-ambing antara hidup dan mati, namun dia tetap tegap, mencatat setiap celah serangan Gill. Dengan satu teriakan rendah, Kaidar membalikkan formasi menjadi cincin pelindung, gelombang magis memantulkan serangan Gill, menimbulkan kilatan cahaya keunguan yang menari seperti naga kecil sebelum lenyap.Pertarungan singkat itu berakhir secepat kilat, tak ada korban luka baru, namun udara di antara mereka masih bergetar penuh ketegangan.Gill terdiam, matanya menatap kekaguman dan kewaspadaan. Dia menurunkan energi hitamnya, senyumnya merekah hangat namun penuh tipu daya. “Kaidar, rahasiamu pantas diperjuangkan. Menara Herton akan menjadi milik keluarga Wilford, dan kau, anak muda, pantas mendapatkan jatahmu.”“Aku akan mengirim pasukan ke sana, tidak akan ada siapapun yang bisa memasuki Villa itu!”Kaidar mengangguk pelan, rasa lega dan kemenangan berpadu di dadanya. “Tuan Gill, apakah Anda

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1076

    Di Kota Hulmer, di kediaman megah keluarga Wilford, cahaya senja menyusup melalui jendela kaca patri ruang tamu. Gill, tuan muda Wilford, bersandar di kursi berlapis kain emas, dahi berkerut memikirkan langkah Kaidar. Sinar matahari sore menari di lengkungan langit-langit, menciptakan bayangan bergerigi yang seolah berbisik rahasia kuno.“Hago,” panggil Gill pelan, matanya menatap jajaran lukisan leluhur yang terpajang di dinding. “Mengapa Kaidar memilih Kota Yundom untuk berlatih? Dan apa hubungan villa Ramos dengannya?”Hago, penghuni lorong panjang dengan napas teratur, menunduk hormat. “Tuan Muda, ada sesuatu ganjil pada menara tua dalam kompleks keluarga Herton—bangunan itu seolah menolak bayangan zaman. Semua sayap villa telah dipugar, kecuali menara itu yang tetap lapuk dan dingin.”Gill bangkit, tatapannya menyala, lingkaran kekuasaan keluarga Winaya tak berdaya menjangkau Yundom. “Rahasia apa yang tersembunyi di balik dinding usang itu, sampai Kaidar tega merenggut nyawa Ramo

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1075

    Cahaya lembut itu merambat ke rantai hitam yang menyekapnya, mengikis aura dingin kegelapan yang membekukan. Satu per satu rantai itu tergerus tenaga damai, lalu melingkup ke dalam tanah seperti akar yang kembali pulang. Suara raungan naga raksasa teredam, tubuh Nathan kembali bersih dari cengkraman gelap.Kaidar menegang, pandangannya melekat pada mutiara di tangan Nathan. Air mukanya memerah—rasa iri menyala di balik sorot matanya yang tajam. Baginya, harta Nathan adalah pusaka legendaris, pedang Aruna, cincin Ruang, Batu Mata Naga… dan kini cahaya Langit yang lebih agung lagi.“Nathan, semua itu akan jadi milikku, setelah kau mati!” desis Kaidar, suaranya bergema dingin.Cahaya hitam di atas kepalanya kembali memancar, menyembur seperti laser ganas, siap meremukkan segalanya.Namun Nathan hanya tersenyum tenang. Dia mengangkat kedua tangan, membiarkan kilau cahaya jatuh di telapak. Cahaya damai merembes ke pori-pori kulitnya, mengeras menjadi aura emas yang menyala-lenyap.Saat ali

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1074

    “Inikah kartu terakhirmu?” suara Nathan dalam bisik dingin.Sementara Kaidar terhuyung, mata mereka bertemu, rasa benci dan keinginan menang beradu tajam.Kaidar mengerang, lalu senyumnya memberi amaran. "Kau pikir ini sudah selesai? Saatnya kutunjukan kekuatan utamaku!”Dalam satu gerakan kilat, aura hitam di sekujur tubuhnya meroket, membentuk lingkaran manik-manik darah yang melayang di udara. Api malam menyala lebih pekat, memancarkan cahaya jingga dan ungu yang memutihkan langit. “Naga kegelapan!” teriaknya, sebuah ikatan darah naga yang membangkitkan roh kegelapan di dalamnya.Kegelapan pekat berdenyut di atas kepala Kaidar, merangkai diri menjadi lingkaran hitam pekat yang melayang. Dalam pusaran itu, udara bergetar, seperti permukaan danau yang berubah menjadi lautan gelombang badai. Cahaya sirna, hanya bayangan pekat yang menelan segalanya.Nathan menyipitkan mata, merasakan tekanan dalam rongga dada. “Apakah dia akan memanggil makhluk gelap lagi?” gumamnya pelan, ingatan ten

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1073

    Satu menjadi dua, dua menjadi tiga—hingga akhirnya, enam sosok Nathan berdiri sejajar, masing-masing memegang pedang Aruna yang berkobar.Mantra Kaidar berubah menjadi enam telapak tangan raksasa, turun dari langit seperti hukuman para dewa.BAAAAANG!Langit seolah runtuh oleh tekanan dari telapak-telapak tangan itu. Namun di tengah tekanan, Nathan mengangkat pedangnya dan berteriak. “Api spiritual, bangkit!”Keenam pedang Aruna menyala, api merah membubung lebih dari sepuluh meter. Dalam sekejap, kobaran itu menembus telapak-telapak raksasa, membakar mantra hingga menguap di udara.“AAARGHH!”Teriakan memilukan terdengar. Kaidar muncul dari balik api, tubuhnya terbungkus jilatan merah membara. Dia berteriak panik, berguling di tanah, mencoba memadamkan api yang melahap pakaiannya.Saat apinya padam dan dia baru merasa lega.Namun, sebuah tangan emas mencengkeram kerah bajunya. Tatapan Kaidar membeku saat dia melihat Nathan berdiri di hadapannya, mata bersinar, wajahnya keras dan mend

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status