Perkataan pria paruh baya itu membuat semua orang yang ada di ruangan saling bertatapan, tidak ada yang berani mengeluarkan suara. Karena terlihat jelas kalau pria paruh baya ini bukan orang biasa, sedangkan mereka hanyalah karyawan, tidak ada satu orang pun yang berani memperkeruh suasana. Melihat tidak ada yang menjawab, pria paruh baya itu menjatuhkan tatapannya pada Lily, Kate dan Lisa, karena hanya mereka bertiga yang memegang mikrofon.“Tiga gadis ini lumayan juga, cepat bawa mereka bertiga keruanganku!”Pria paruh baya itu berkata sambil mengeluarkan setumpuk uang dari kantongnya dan melemparkannya kepada tiga gadis itu, dan dengan segera, kedua pengawalnya bergerak menghampiri.Hal itu mengagetkan mereka bertiga dan membuat mereka terus melangkah mundur, raut wajah Andrew juga langsung menjadi masam dan berjalan menghadang di depan mereka!Pada saat ini hanya dia satu-satunya yang memiliki jabatan tinggi, kalau dia tidak melakukan sesuatu maka orang-orang akan mengoloknya, dan
“Apa yang perlu ditakutkan, aku sangat akrab dengan Tuan Ryzen, tenang saja!” Andrew membual dengan angkuh.Lisa yang mendengar Kafe ini adalah milik Tuan Ryzen menjadi lega dan berkata. “Kalau ini bisnisnya Tuan Ryzen, maka tidak akan ada masalah, Andrew dan Tuan Ryzen sangat akrab, masalah piutang perusahaan keluargaku pun diselesaikan oleh Tuan Ryzen hanya dengan satu kata dari Andrew!”Ucapan Lisa membuat orang-orang menjadi semakin menunjukkan kekagumannya pada Andrew, bisa mengenal Ketua Mafia di Kota Vale benar-benar luar biasa, hal itu bisa dipamerkan seumur hidup.“Pak Andrew ternyata sangat misterius, bahkan bisa mengenal Tuan Ryzen!”“Karena mengenal Tuan Ryzen, kita tidak perlu takut lagi, kalau mereka berani datang kita habisi saja mereka!”“Kita sudah minum, Pak Andrew juga ada disini, siapa yang berani mengganggu kita?!”Setelah mendengar Andrew mengenal Ryzen, sekelompok orang itu menjadi semakin sembrono!Nathan yang duduk di pojok ruangan menyeringai dan tersenyum sa
Pada saat itu di ruangan VIP, Andrew dan yang lainnya sedang menikmati alkohol sambil menari, wajah mereka memerah dan mereka berteriak dengan semangat.BRAK!Tiba-tiba pintu ruangan ditendang hingga terbuka. Semua orang tercengang, dan saat melihat pria paruh baya itu kembali dengan membawa belasan orang, wajah mereka satu per satu menunjukkan keterkejutan, karena kali ini mereka membawa belasan orang dengan wajah yang sangar.“Pak Wira, tadi siapa yang memukuli bawahanmu?” Adew bertanya kepada Wira.Wira menunjuk Andrew dan berkata. “Dia, bocah itu yang menendang bawahanku!”Adew menatap dan menilai Andrew sekilas, lalu menyapu seisi ruangan, dan langsung mengetahui kalau mereka hanyalah orang biasa, bukan preman ataupun anggota mafia. “Kamu yang tadi memukuli bawahannya Pak Wira?” Adew berjalan kehadapan Andrew dan berkata dengan tenang.Melihat wajah sangar Adew dan tato yang ada di lengannya, Andrew sedikit ketakutan tapi karena sudah mabuk, dia tetap mengangguk. “Benar, aku yang
“Kamu mengenal Tuan Ryzen?” Adew sedikit tercengang, dan bertanya pada Andrew dengan wajah muramnya.Andrew yang saat ini sedang diperhatikan oleh mereka semua, sudah kehabisan cara, kalau dia mengaku tidak mengenal Tuan Ryzen saat ini, pasti dia akan diolok-olok oleh mereka.Sambil menggertakkan giginya, Andrew hanya bisa mengangguk. “Aku pernah bertemu dengan Tuan Ryzen.”Kata-kata Andrew ambigu, karena pernah bertemu belum tentu dia mengenal Ryzen.“Awalnya kalian hanya perlu berlutut dan minta maaf saja, tapi tidak disangka kalian malah menjual nama Tuan Ryzen sembarangan, karena sudah seperti ini maka hari ini kalian tidak akan bisa pergi dari sini!” Kata-kata Adew yang menakutkan membuat sekelompok orang-orang yang tidak tahu apa-apa itu merinding.“Hahaha …, dasar bocah ingusan, apa kalian tahu siapa orang yang ada di hadapan kalian ini? Dia adalah pembunuh bayaran nomor satunya Chris, tangan kanan dari Tuan Ryzen, kalian malah membual dihadapannya dan mengaku mengenal Tuan Ryz
“Sudah salah, ya?” Wira mencibir. “Sekarang mengaku salah pun tidak ada gunanya lagi, kalian tunggu mati saja!”Mendengar ucapan itu membuat Andrew tidak tahan lagi.BRUK!Tiba-tiba dia berlutut dan berkata. “Tuan Chris, saya tidak akan berani menggunakan nama Tuan Ryzen lagi, kumohon, kumohon ampunilah saya ….” Andrew mulai menangis tersedu-sedu, dalam hatinya dia sangat menyesali perbuatannya.Andrew yang seperti ini membuat mereka lebih pucat lagi, Lisa juga menatap Andrew dengan tatapan kaget, entah apa yang sedang dipikirkan dalam hatinya.Melihat Andrew yang berlutut dan memohon ampun, juga sekelompok anak muda yang kaget dan panik, Chris menatap Wira dan berkata. “Pak Wira, masalah ini berawal dari Anda, Anda saja yang putuskan harus bagaimana.”Chris sedang memberi muka pada Wira, bagaimanapun Wira adalah tamu VVIP di kafe Bicheon.“Sekelompok bocah ini, kalau dibuat cacat juga tidak ada artinya, biarkan saja mereka pergi!” Wira melambaikan tangannya.Andrew yang mendengarnya
“Nathan, bocah sialan, apa yang kamu lakukan, hah? Sekarang kami pun tidak bisa pergi karenamu!” Andrew berteriak marah pada Nathan. Sekarang Nathan memukuli Wira sampai seperti itu, masalah ini pasti tidak bisa didiskusikan lagi, mereka baru saja bernafas lega, tapi Nathan malah berlagak demi seorang wanita? Hal itu membuat mereka semua juga ikut terlibat dalam masalahnya! “Nathan, jika kamu ingin mati, jangan bawa-bawa kami!” “Benar, dasar bodoh! Apakah otakmu kegeser, hah?!” “Habislah sudah, kali ini kita juga terlibat dalam masalahnya!” Semua orang mulai menyalahkan Nathan. Bahkan Kate juga tidak terkecuali, meskipun dia adalah orang yang ditinggalkan, tapi sampai saatnya dia mungkin hanya perlu menemaninya minum anggur, tidak sampai menemaninya tidur, mungkin itu akan berlalu begitu saja. Tapi sekarang, dia memukuli orang sampai seperti itu, sepertinya menemani tidur pun tidak akan bisa menyelesaikan masalah ini. Hanya Lily yang menatap Nathan dengan khawatir, matanya berl
“Seingatku, Ryzen tidak mengizinkan kalian untuk bertarung dan membunuh lagi, menyuruh kalian untuk berbisnis sesuai aturan. Tapi, hari ini kamu malah membuat masalah? Apa kamu tidak mau meminta petunjuk Ryzen dulu?” Nathan berkata dengan tenang.Chris tercengang, dia menatap Nathan sekilas, setelah ragu-ragu dia kemudian berpesan pada bawahannya, “Perhatikan mereka, jangan sampai ada satupun yang kabur, aku akan menelpon Tuan Ryzen.”Selesai berkata, Chris mengeluarkan ponselnya dan keluar dari ruangan.Melihat Chris yang meminta petunjuk dari Ryzen membuat Andrew dan yang lainnya menjadi lebih pucat lagi, perlu diketahui Ryzen memiliki reputasi yang buruk di Kota Vale, dia adalah raja pembunuh berdarah dingin yang sadis. Kalau benar-benar menyinggung Ryzen, maka mereka semua tidak akan ada yang tersisa, pada saat itu, mereka pasti akan disiksa hingga mati.“Nathan, dasar tidak punya otak! Sekarang kami semua akan mati bersamamu, tidak akan ada satupun yang bisa keluar dari sini hidu
Setelah menunggu cukup lama, Andrew dan yang lainnya masih berlutut di lantai, kedua lutut mereka sakit tapi tidak ada yang berani berdiri, dan tetap mempertahankan posisi berlutut. Brak! Setengah jam berlalu, pintu ruangan tiba-tiba dibuka dengan kasar, Ryzen menerobos masuk kedalam. “Tuan Ryzen!” Chris segera menghampiri dan menyambutnya. Mendengar Ryzen sudah datang, Andrew dan yang lainnya sibuk mendongakkan kepala mereka, tatapan mereka jatuh pada tubuh Ryzen yang membuat mereka terkejut dan hampir pingsan. Sangat jarang ada orang yang pernah melihat Ryzen secara langsung, dan saat mereka melihatnya, aura haus darah dari tubuh Ryzen membuat mereka gemetar ketakutan dalam sekejap! Ryzen tidak memperdulikan Chris, dia langsung menjatuhkan pandangannya pada Nathan. Namun Nathan mengedipkan matanya pada Ryzen, dan Ryzen pun mengerti akan kode yang diberikan olehnya, dia tidak menghampirinya seolah tidak mengenalnya. Lily dan Lisa ada disini, kalau mereka sampai tahu Nathan meng
Nathan tersenyum tipis. Tapi senyuman itu tidak membawa kehangatan, itu adalah senyuman milik seseorang yang telah membuat keputusan. “Bukan gertakan,” bisiknya dingin. “Itu adalah nisan yang baru saja kau gali sendiri.”Gill menatap Nathan dengan pandangan tajam, senyum sinis masih menempel di wajahnya. “Kau terlalu percaya diri.”Swosshh~Dalam sekejap, tubuh Gill menghilang dari tempatnya, melesat seperti bayangan! Nathan tak bergerak, matanya hanya menyipit sepersekian detik sebelum serangan.Slashh!Sebuah pukulan meluncur dari arah kiri, cepat dan berat seperti meteor. Tapi Nathan memiringkan tubuhnya hanya setipis helai rambut, menghindari serangan itu tanpa panik. Bugh!Siku Nathan melesat balas ke arah dada Gill dengan kecepatan tak kasat mata. Gill mengebloknya dengan lengan kiri, suara benturan tulang beradu terdengar nyaring di udara malam.Bugh! Bugh! Bugh!Serangan demi serangan saling beradu, tinju, siku, tendangan, sapuan kaki. Setiap benturan menghasilkan gelombang u
Nathan berdiri di depan menara kegelapan, jubahnya berkibar pelan tertiup angin malam. Matanya menatap lurus ke arah pria yang telah meretakkan formasi pembunuhnya.Di bawah sinar bulan yang dingin, aura mereka saling berbenturan meski belum ada yang bergerak.Gill berhenti menghantam, tangannya yang terluka mengepal pelan, namun ekspresinya tetap tenang. Matanya menyapu Nathan dari atas ke bawah. “Jadi, kau Nathan?” ujarnya, suaranya rendah tapi menggema seperti bergema dari dasar lembah.Nathan menatapnya datar. “Dan kau pasti Gill, Tuan Muda yang disembunyikan di balik bayangan nama Wilford.”Gill menyeringai tipis. “Kau lebih pintar dari yang kuduga.”Nathan menatap luka di tangan Gill. “Formasi pembunuhku membuatmu berdarah. Tidak buruk untuk seorang ‘tuan muda’, bukan?”Gill tertawa pelan, tatapan matanya sinis. “Kalau formasi sekelas itu saja sudah membuatku mundur, aku tidak pantas menyandang nama Wilford.”“Sayangnya,” Nathan menimpali, suaranya seperti mata pisau menggores b
Formasi terpasang sempurna. Nathan menarik diri ke dalam bayang menara, menatap ke dalam kegelapan sambil menghela napas berat.Di luar, Hago memandang menara yang bergetar pelan, detak hatinya berpacu.“Sehebat ini?” satu prajurit bisik, suaranya hampir tak terdengar.Hago memutar wajah, mata redup menyala. "Nathan menghancurkan Ging dan melukai Kaidar, mereka seorang dengan kekuatan puncak penguasa Ingras tingkat akhir! Apa kita lebih hebat?"Gemuruh aktivitas di menara menggetarkan tanah. Kilatan cahaya ungu menelusup silang di balik jendela tinggi menara, seolah detak jantung yang siap meledak.Prajurit terhuyung, Hago mencibir pelan, sipi matanya menerawang ke cakrawala. "Tunggu Tuan Gill datang, aku akan melihat ke mana larinya Nathan kemudian."Dalam senyap menara, Nathan tenggelam kembali dalam kultivasi. teknik kijutsu berputar liar, menara bergetar hebat, merintih menahan badai energi yang menyedot setiap partikel energi spiritual di sekitarnya.“Apa?! Menara itu bergetar? P
Di bawah bayang menara, sosok itu terbungkus gaun hitam, wajahnya masih membelakangi mereka. Nathan membuka mata, sebuah kilatan biru dan merah menari di tengah pupilnya.Hago menegakkan punggung, mencoba menutupi keterkejutannya. “Siapa kau?” tanyanya, tingkahnya tenang namun bergetar tipis.Nathan menoleh perlahan, bayangan luncur di pipinya. “Pemilik sah villa ini,” jawabnya dingin. “Jika ingin selamat, mundur sekarang.”Getaran energi spiritual mengepul di telapak Nathan, aura naga melingkari tubuhnya.“Kami wakil keluarga Wilford!” desak Hago, namun suaranya gemetar. “Ramos telat bayar hutang, villa ini jadi milik kami. Lalu kamu siapa?”Nathan mengangkat dagu, cahaya dingin menyorot wajahnya. “Ramos sudah tiada, tapi tanah dan menara ini kini di bawah kendaliku,” ujarnya tenang. “Akan kucabut nyawa kalian jika berani menentang.”Beberapa prajurit keluarga Wilford saling berpandangan, tangan mereka mengepal pada gagang pedang.Salah satu dari mereka terangkat suaranya. "Tuan Hago
Debu dan serpihan porselen beterbangan, kristal lampu bergetar. Kaidar merasakan detik-detik terombang-ambing antara hidup dan mati, namun dia tetap tegap, mencatat setiap celah serangan Gill. Dengan satu teriakan rendah, Kaidar membalikkan formasi menjadi cincin pelindung, gelombang magis memantulkan serangan Gill, menimbulkan kilatan cahaya keunguan yang menari seperti naga kecil sebelum lenyap.Pertarungan singkat itu berakhir secepat kilat, tak ada korban luka baru, namun udara di antara mereka masih bergetar penuh ketegangan.Gill terdiam, matanya menatap kekaguman dan kewaspadaan. Dia menurunkan energi hitamnya, senyumnya merekah hangat namun penuh tipu daya. “Kaidar, rahasiamu pantas diperjuangkan. Menara Herton akan menjadi milik keluarga Wilford, dan kau, anak muda, pantas mendapatkan jatahmu.”“Aku akan mengirim pasukan ke sana, tidak akan ada siapapun yang bisa memasuki Villa itu!”Kaidar mengangguk pelan, rasa lega dan kemenangan berpadu di dadanya. “Tuan Gill, apakah Anda
Di Kota Hulmer, di kediaman megah keluarga Wilford, cahaya senja menyusup melalui jendela kaca patri ruang tamu. Gill, tuan muda Wilford, bersandar di kursi berlapis kain emas, dahi berkerut memikirkan langkah Kaidar. Sinar matahari sore menari di lengkungan langit-langit, menciptakan bayangan bergerigi yang seolah berbisik rahasia kuno.“Hago,” panggil Gill pelan, matanya menatap jajaran lukisan leluhur yang terpajang di dinding. “Mengapa Kaidar memilih Kota Yundom untuk berlatih? Dan apa hubungan villa Ramos dengannya?”Hago, penghuni lorong panjang dengan napas teratur, menunduk hormat. “Tuan Muda, ada sesuatu ganjil pada menara tua dalam kompleks keluarga Herton—bangunan itu seolah menolak bayangan zaman. Semua sayap villa telah dipugar, kecuali menara itu yang tetap lapuk dan dingin.”Gill bangkit, tatapannya menyala, lingkaran kekuasaan keluarga Winaya tak berdaya menjangkau Yundom. “Rahasia apa yang tersembunyi di balik dinding usang itu, sampai Kaidar tega merenggut nyawa Ramo
Cahaya lembut itu merambat ke rantai hitam yang menyekapnya, mengikis aura dingin kegelapan yang membekukan. Satu per satu rantai itu tergerus tenaga damai, lalu melingkup ke dalam tanah seperti akar yang kembali pulang. Suara raungan naga raksasa teredam, tubuh Nathan kembali bersih dari cengkraman gelap.Kaidar menegang, pandangannya melekat pada mutiara di tangan Nathan. Air mukanya memerah—rasa iri menyala di balik sorot matanya yang tajam. Baginya, harta Nathan adalah pusaka legendaris, pedang Aruna, cincin Ruang, Batu Mata Naga… dan kini cahaya Langit yang lebih agung lagi.“Nathan, semua itu akan jadi milikku, setelah kau mati!” desis Kaidar, suaranya bergema dingin.Cahaya hitam di atas kepalanya kembali memancar, menyembur seperti laser ganas, siap meremukkan segalanya.Namun Nathan hanya tersenyum tenang. Dia mengangkat kedua tangan, membiarkan kilau cahaya jatuh di telapak. Cahaya damai merembes ke pori-pori kulitnya, mengeras menjadi aura emas yang menyala-lenyap.Saat ali
“Inikah kartu terakhirmu?” suara Nathan dalam bisik dingin.Sementara Kaidar terhuyung, mata mereka bertemu, rasa benci dan keinginan menang beradu tajam.Kaidar mengerang, lalu senyumnya memberi amaran. "Kau pikir ini sudah selesai? Saatnya kutunjukan kekuatan utamaku!”Dalam satu gerakan kilat, aura hitam di sekujur tubuhnya meroket, membentuk lingkaran manik-manik darah yang melayang di udara. Api malam menyala lebih pekat, memancarkan cahaya jingga dan ungu yang memutihkan langit. “Naga kegelapan!” teriaknya, sebuah ikatan darah naga yang membangkitkan roh kegelapan di dalamnya.Kegelapan pekat berdenyut di atas kepala Kaidar, merangkai diri menjadi lingkaran hitam pekat yang melayang. Dalam pusaran itu, udara bergetar, seperti permukaan danau yang berubah menjadi lautan gelombang badai. Cahaya sirna, hanya bayangan pekat yang menelan segalanya.Nathan menyipitkan mata, merasakan tekanan dalam rongga dada. “Apakah dia akan memanggil makhluk gelap lagi?” gumamnya pelan, ingatan ten
Satu menjadi dua, dua menjadi tiga—hingga akhirnya, enam sosok Nathan berdiri sejajar, masing-masing memegang pedang Aruna yang berkobar.Mantra Kaidar berubah menjadi enam telapak tangan raksasa, turun dari langit seperti hukuman para dewa.BAAAAANG!Langit seolah runtuh oleh tekanan dari telapak-telapak tangan itu. Namun di tengah tekanan, Nathan mengangkat pedangnya dan berteriak. “Api spiritual, bangkit!”Keenam pedang Aruna menyala, api merah membubung lebih dari sepuluh meter. Dalam sekejap, kobaran itu menembus telapak-telapak raksasa, membakar mantra hingga menguap di udara.“AAARGHH!”Teriakan memilukan terdengar. Kaidar muncul dari balik api, tubuhnya terbungkus jilatan merah membara. Dia berteriak panik, berguling di tanah, mencoba memadamkan api yang melahap pakaiannya.Saat apinya padam dan dia baru merasa lega.Namun, sebuah tangan emas mencengkeram kerah bajunya. Tatapan Kaidar membeku saat dia melihat Nathan berdiri di hadapannya, mata bersinar, wajahnya keras dan mend