Beverly merasakan hal itu dan tiba-tiba menatap Nathan, wajahnya memerah. “Tutup matamu, dasar cabul!” Beverly bergegas mengambil selimut itu dan membungkus dirinya lagi, tidak perlu dibahas seberapa memalukannya kejadian itu. Nathan juga segera berbalik. “A-aku tidak sengaja, kamu sendiri yang melepas selimut itu, tidak ada hubungannya denganku!" “Masih membantah?!” Beverly memelototi Nathan. “Kuberitahu, kamu tidak boleh mengatakannya kepada siapapun setelah pulang nanti!” “Bodoh!” Nathan menggelengkan kepalanya. "Tentu saja tidak!" Setelah itu, Nathan dan Beverly pulang, Sarah yang masih khawatir berjalan mengitari ruangan dengan cemas dan menunggu kabar. Saat melihat Beverly pulang dengan Nathan, dan Beverly yang terbungkus selimut dan tampak malu saat melihat Sarah. Beverly langsung memeluk Sarah dan berjalan menuju kamar untuk berganti pakaian. “Nathan, apa kamu baik-baik saja?” Sarah bertanya dengan cemas. “Tentu saja!” Nathan menganggukkan kepalanya. "Memangnya
Keesokan harinya. Nathan mengandalkan kekuatan spiritualnya sendiri untuk membantu Ryzen menembus ranah master, dan membuat Ryzen merasa sangat berterima kasih kepada Nathan, dan menjadi lebih setia lagi padanya. Karena sudah membunuh Aston, Nathan takut Keluarga Holcy akan datang membalas dendam jadi dia tidak pergi ke Klan Abyss. Saat menetap beberapa hari di Kota Boulmer, dan beberapa hari ini, dia mengajari Ryzen dan Nicole untuk berlatih dan membuat kekuatan kedua orang itu meningkat drastis. *** Ribuan kilometer dari Kota Moniyan, di aula Keluarga Holcy, mayat Aston terbaring dengan dingin. Karena kepalanya hancur, mereka membuat sebuah kepala palsu dan meletakkannya. “Apakah kalian berdua yakin kalau Aston dan Peter dibunuh oleh Nathan? Tidak dibantu oleh orang lain?” Paman ketiga Aston, Harris Holcy bertanya kepada dua orang ahli bela diri dari Keluarga Holcy. Dua orang itu berangkat ke Northern bersama dengan Aston, mereka berdua terluka parah setelah diserang ole
Nathan sudah menetap kurang lebih selama satu minggu dan tidak menemukan ada orang dari Keluarga Holcy yang datang untuk balas dendam, ini membuatnya sedikit kesal. Karena, dia tidak bisa terus menunggu begitu saja! Saat ini, kebutuhan Nathan terhadap energi spiritual semakin lama semakin besar, jadi dia harus segera menemukan sumber daya lainnya. Awalnya, dia berencana meminta Reus membawanya berkeliling Klan Abyss, tapi sekarang, tertunda karena masalah Aston. Hari ini, Nathan sedang membimbing Ryzen dan Nicole berlatih, dan seorang penjaga tiba-tiba berlari masuk. “Tuan Nathan, Tyan Raj meminta izin untuk bertemu dengan Anda!” Penjaga itu berkata pada Nathan. “Raj? Kapten kepolisian itu? Untuk apa dia mencariku?” Nathan tercengang saat mendengarnya. Sejak menolak tawaran Raj yang memintanya bergabung dengan kepolisian, Raj tidak pernah lagi mencarinya. “Minta dia untuk menungguku di ruang tamu, aku akan segera kesana!” Setelah berkata Nathan menatap Ryzen dan Nicole. “Kal
Di sebuah restoran, seorang pria paruh bayah dengan wajah datar sedang menyeruput teh nya dengan hati-hati, dan seorang pemuda berdiri di belakangnya dengan tubuh tegak dan rambut pendek, dia terlihat sangat cakap. “Justin, berapa usiamu tahun ini?” Pria paruh baya itu tiba-tiba berbicra. “Tyan, tahun ini aku sudah berusia dua puluh lima tahun!” Pemuda itu berkata dengan keras tanpa melihat ke samping. “Hmm, kira-kira seumuran dengan dia, sama-sama masih muda dan menjanjikan, usia muda memang jauh lebih baik!” Pria itu menunjukkan tatapan mata yang sedikit iri. Dan pada saat ini, Raj membuka pintu dan berjalan masuk, wajahnya terlihat sedikit marah. Saat Pria itu melihat raut wjaah Raj yang kesal, dia tidak bisa menahan keterkejutannya. “Dimana orangnya?” “Tuan Milan, dia …. Nathan mengatakan kalau dia sedang sibuk sebagai alasan untuk menolak, dia tidak berniat datang kemari!” Raj menundukkan kepalanya dan berkata dengan malu. “Tidak datang?” raut wajah pria itu sediki
Setengah jam kemudian, Justin sudah kembali dengan membawa sebuah hadiah. Kemduian, mereka pergi menuju kediaman Nathan, dan Raj mengemudi mengantarkan dua orang itu ke villa yang ditempati oleh Nathan. “Tuan Nathan, Tuan Raj datang lagi!” Seorang penjaga melapor kepada Nathan. “Raj? Dia, benar-benar pantang menyerah!” Nathan merasa tidak berdaya. “Minta dia untuk menunggu di ruang tamu!” Kali ini, Nathan tidak langsung pergi untuk menemui Raj, dan membiarkan dia menunggu beberapa saat. Raj, serta Milan dan Justin diantar ke ruang tamu, dan setelah menuangkan beberapa cangkir teh, bawahan itu pun pergi. Tiga orang itu duduk di ruang tamu, detik demi detik, menit demi menit berlalu, dan Nathan masih belum menunjukkan hidungnya. “Apa yang dilakukan oleh anak ini? Sudah hampir tiga puluh menit, dan dia masih belum muncul?” Justin melihat jam tangannya dan berkata dengan tidak sabar. “Tidak perlu tergesa-gesa, dia akan datang dengan sendirinya!” Milan berkata dengan santai
"Eve, untuk apa orang penting dari Kota Moniyan datang mencari Nathan? Apa karena masalah Aston?” Setelah sampai di atas, Sarah bertanya pada Beverly dengan cemas. “Aku juga tidak tahu, kalau benar dia datang karena masalah Aston, aku tidak akan membiarkan Nathan dijadikan kambing hitam! Aku akan turun tangan dan mengaku kalau orang yang membunuh Aston adalah aku!” Beverly menggelengkan kepalanya. Kalau orang-orang ini benar-benar datang karena masalah Aston, Beverly tidak akan membiarkan Nathan difitnah karena dirinya. “Sudahlah, nanti kita bicarakan lagi!” Sarah melirik ke bawah lalu masuk ke dalam kamar untuk berganti pakaian. *** Saat ini, Justin yang duduk di ruang tamu sudah tampak kesal. “Benar-benar sangat keterlaluan! Apa hebatnya dia?! Sampai berlagak seperti ini, jelas-jelas tahu kita sudah datang, malah membuat kita menunggu begitu lama!” Justin berkata dengan sangat tidak senang. Namun kali ini, Milan dan Raj tidak mengatakan apapun, karena sudah datang
"Kepala keluarga Keluarga Holcy, Donovan Holcy sedang mengurung diri saat ini, dengar-dengar kekuatannya sudah mencapai tahap Grandmaster tingkat tujuh. Hanya dengan mengayunkan tangan dengan asal sajaz sepertinya sudah bisa membuatmu hancur seperti sampah!” Justin berkata dan memandang Nathan dengan jijik. Nathan menatap Justin perlahan lalu berkata dengan dingin. “Kamu kira, kekuatan Keluarga Holcy begitu kuat karena kekuatan dirimu sendiri hanyalah sampah?” “Kamu!” Justin sangat marah dan ingin menyerang Nathan tapi Milan menghentikannya. “Tuan Nathan, aku tahu kamu yang membunuh William, dan membangun reputasimu sendiri di Vale. Lalu, kamu juga membunuh Levan di acara pertemuan antar sekte, sekarang mengalahkan Aston dan membuat kota Vale dan Kota Moniyan mengagumimu." "Bahkan, Keluarga Alvaro juga berdamai denganmu. Hanya saja, kamu harus ingat, kalau Northern mencakup ribuan mil, dan Vale hanyalah salah satu bagian darinya, pepohonan tinggi akan selalu tertiup oleh angin
Milan menatap Nathan dengan kaget lalu menghela nafasnya dan bekata. “Bagaimana pun, maaf aku sudah meremehkan Tuan Nathan, dengan kekuatan seperti itu di usia yang masih begitu muda, masa depanmu pasti tidak terbatas. Tapi, sayang sekali ….” “Setiap orang memiliki masa depan masing-masing, dan aku berharap Tuan Milan tidak mempersulitku lagi. Hanya saja, kalau kepolisian mengalami kesulitan dan membutuhkan bantuanku, aku tidak akan menolak!” jawab Nathan dengan tenang. Dia tidak ingin bergabung dengan kepolisian, karena terlalu banyak batasan dan masih banyak hal yang harus dirinya urus. Nathan harus pergi ke pulau Mistyc, lalu mencari identitas dirinya, dia ingin tahu apakah orang tua kandungnya masih hidup atau tidak. “Baik, dengan apa yang Tuan Nathan katakan, aku akan mencoba yang terbaik untuk membantu kamu menangani masalah Keluarga Holcy. Untuk saat ini, kamu tidak perlu khawatir, Keluarga Holcy tidak akan datang mencarimu, mereka sedang menunggu Donovan keluar dan membuat
"Aku datang untuk membicarakan bisnis," suara yang dingin dan tajam itu mengalun, mengiris ketegangan yang ada. Sosok itu muncul perlahan di balik kabut yang mengalir, seolah-olah ia adalah bayangan yang datang dari masa depan."Tuan .… Nathan?" Sentinel berbisik, matanya terbelalak. Wajahnya yang penuh kekesalan berubah menjadi penuh harapan. "Kamu .... datang pada waktu yang tepat," katanya terbata-bata. Seolah-olah nyawanya baru saja digenggam oleh malaikat maut, dan sekarang ada yang datang untuk menyelamatkannya.Nathan melangkah maju, langkahnya penuh ketenangan yang aneh di tengah huru-hara. "Aku hanya datang untuk urusan yang sedikit lebih mendesak," dia menatap Vinsen dan pengikutnya tanpa rasa takut. "Kalian harus menunda niat buruk kalian untuk sementara.""Siapa kau?" tanya Vinsen, nada suaranya bergetar sedikit, meskipun ia berusaha keras menahan ketegangan.Nathan mengangkat bahu sedikit, senyum tipis menghiasi wajahnya. "Aku hanya orang yang kebetulan datang di saat yan
“Adik kedua?” Sentinel tercengang. “Rivaldo?! Kenapa kau kembali?”Tapi Rivaldo tak menjawab, dia langsung berdiri di depan Vinsen dan membungkuk hormat. “Tuan Muda Vinsen.”Vinsen meliriknya. “Kalau aku serahkan posisi kepala keluarga padamu, apa yang akan kau lakukan?”“Dengan senang hati,” kata Rivaldo sambil tersenyum licik. “Aku akan serahkan seluruh kekayaan Keluarga Hufai kepada Keluarga Montrogami. Bahkan kami bersedia menjadi keluarga afiliasi.”Sentinel terpaku, dunia seakan runtuh di sekelilingnya. “Rivaldo …. kau—”Rivaldo menatapnya dengan dendam yang dipendam lama. “Kau sudah hidup bergelimang kekayaan selama bertahun-tahun! Aku? Aku hanya manajer biasa, hidup pas-pasan!” teriaknya. “Aku juga ingin jadi kepala keluarga! Aku juga ingin punya istri banyak, pesta tiap malam!”"Dasar bajingan!" teriak Sentinel, suaranya penuh amarah. "Aku bangun semuanya dari kegelapan ini, takkan pernah aku menyerahkannya padamu!"Setelah berkata demikian, amarah yang sudah lama dipendam ol
“Bagaimana kalau kita undang Kelompok bayangan?” tanya Rogue cepat-cepat.“Tak berguna!” dengus Sentinel. “Mereka bukan tandingan para puncak penguasa Ingras!”Rogue mulai panik. “Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan? Banyak orang mulai melarikan diri! Mereka takut, Tuan Besar!”Namun tiba-tiba, wajah Sentinel berubah. Alisnya mengendur, seolah teringat sesuatu. “Benar juga… Bukankah ada sepasang pria dan wanita yang pernah datang bersama Tuan Zayn? Aku ingat, mereka sangat kuat. Mereka bawahan Tuan Nathan, dan aku rasa mereka juga seorang puncak penguasa Ingras!”Maksud Sentinel tentu saja adalah Ryzen dan Nicole, yang pernah beberapa kali datang bersama barang antik dari Kota Vale. “Tapi, mereka hanya berdua, Tuan,” kata Rogue ragu. “Apa mereka cukup kuat melawan tiga puncak penguasa Ingras sekaligus?”“Masalah nanti urusan nanti!” tegas Sentinel. “Kita undang mereka dulu. Kalau perlu, panggil juga Tuan Nathan!”Sentinel segera mengeluarkan ponselnya untuk menelepon.Namun tepa
Nathan berdiri membeku sejenak, memandang kerumunan di sekelilingnya. Mereka mengira dia pulang sebagai pahlawan, padahal dia datang untuk bersembunyi.Wajahnya mengeras. “Ryzen, bubarkan semuanya sekarang juga!”Tanpa menunggu reaksi, Nathan melangkah cepat ke arah mobil. Ryzen langsung memberi aba-aba pada anak buahnya, dan kerumunan pun mulai mundur.Zayn dan Kevin ikut masuk ke dalam mobil. Di dalam keheningan itu, mereka hanya menatap Nathan, tak mengucapkan sepatah kata pun, namun sorot mata mereka berkata banyak.Nathan mendesah pelan. "Aku tahu kalian ingin tahu tentang Sarah dan Beverly."Maka Nathan pun menjelaskan semuanya tentang pengejaran, tentang Sarah yang ditahan Martial Shrine, dan tentang betapa rumit situasinya kini.Raut wajah Kevin berubah drastis. “Nathan, kenapa semua ini bisa terjadi?”Nathan menunduk. “Paman Kevin, ada hal-hal yang memang harus aku lakukan, walau risikonya besar.”Dia tidak ingin semuanya menjadi seperti ini. Tapi ibu kandungnya masih berada
“Aku tidak hanya menginginkan menara itu,” suara Gill menukik tajam, tatapannya menyala penuh keserakahan. “Aku tahu kau menyimpan banyak harta karun. Serahkan semuanya, mungkin aku akan mempertimbangkan untuk membiarkanmu hidup.”Nathan menyipitkan mata. “Begitu rupanya .…”Gill tak sekadar mengincar kekuatan, dia menginginkan segalanya.Matanya menyapu sekeliling. Jalan keluar tak mungkin dia tempuh secara frontal. Tapi, dia menoleh ke belakang, menara itu kini hanya bangunan kosong. Segel telah hilang dan itu bisa jadi jalan keluar. Tanpa berkata sepatah kata pun, Nathan membalikkan badan dan melesat masuk ke dalam menara.“Jangan biarkan dia kabur!” teriak Gill.BRAK! BRAK! BRAK!Nathan tak peduli. Dengan kekuatan penuh, dia menghantam dinding sisi timur menara.Batu-batu beterbangan. Dinding hancur, menciptakan celah besar. Dalam sekejap, Nathan menerobos keluar dan meledak ke udara, memusatkan kekuatan spiritual di kakinya dan melarikan diri dengan kecepatan penuh.Gill memaki k
Kata-kata itu menusuk benak Nathan seperti panah yang melesat dari masa lalu. Dia memandangi naga emas yang mengelilinginya, meliuk seperti nyala api dari langit, namun tak satu pun gerakannya bisa dia kendalikan. Dia bahkan tak tahu kapan naga itu muncul.‘Apakah .... ayahku seekor naga?’ pikirnya, setengah cemas, setengah terpukau.Ingatannya terlempar ke Pulau Draken, saat naga Yin yang terkenal ganas justru menyerah tanpa perlawanan, memberikan batu mata naganya seolah tunduk. Saat itu, Nathan mengira dia hanya beruntung. Tapi sekarang ….“Mungkinkah darah mereka mengalir dalam tubuhku?” dia memandang pria tua itu, matanya dipenuhi gejolak. “Senior, apa maksudmu dengan Putra Naga? Siapa aku sebenarnya? Apakah aku anak dari seekor naga?”Untuk sesaat, kesunyian menggantung di antara mereka seperti kabut tebal.Pria tua itu menatapnya dan hanya tersenyum tipis, seakan tahu betapa hancurnya fondasi hidup Nathan saat ini diguncang oleh satu pertanyaan. “Kamu akan tahu,” katanya lembut
Tinju dilayangkan, dentuman maha dahsyat mengguncang dinding batu. Retakan halus menjalar seperti jaring laba-laba di sekeliling pintu. Ledakan suara menampar lorong, bergema seperti auman raksasa purba yang terbangun.Di luar menara, Gill berdiri di antara reruntuhan dan kabut gelap dengan wajah terperangah."Apa yang dia lakukan di dalam?! Seperti sedang merobohkan seluruh fondasi!""Tuanku," Hago menimpali, wajahnya pucat diterpa kilatan petir dari langit kelam. "Sepertinya Nathan ingin menghancurkan menara ini. Dia tidak bisa memilikinya, jadi takkan membiarkan kita menyentuhnya."Gill mengepalkan pedangnya, aura hitam mulai berputar di sekeliling tubuhnya. "Kalau begitu, kita masuk sekarang sebelum dia menghancurkan semuanya!"Di dalam menara, Nathan sudah melayangkan pukulan kedelapan. Nafasnya berat, telapak tangannya mulai berdarah. Namun pintu perunggu tetap berdiri abadi dan dingin seperti batu nisan zaman kuno."Apa ini semacam kunci jiwa?" gumamnya sambil menatap tinjunya
Sementara itu, di dalam.Klik~Bunyi halus terdengar dari dalam pintu perunggu. Simbol-simbol di permukaannya mulai menyala, satu per satu, seperti barisan bintang yang diaktifkan.Nathan membuka mata, apasnya tercekat. “Pintu itu .… merespon!”Bzzzzhh!Perlahan, pintu perunggu terbuka, bukan ke dalam atau ke luar, melainkan menghilang ke dalam cahaya seperti menguap ke dimensi lain. Di balik pintu itu, terdapat tangga spiral yang turun jauh ke dalam perut menara. Udara dari bawah terasa dingin, seperti embusan napas dari dunia lain.Nathan menggigit bibirnya, dia tahu ini satu-satunya harapannya untuk menyelamatkan menara atau memperoleh kekuatan baru untuk menghadapi Gill dan orang-orang keluarga Wilford. Tanpa ragu, Nathan melangkah masuk dan mulai menuruni tangga. Pandangan Nathan menyapu sekeliling ruang menara.“Menara ini bukan tempat biasa.”Bentuk dan ukurannya, pancaran energi spiritual yang terus mengalir terlalu misterius.“Mungkinkah ini sebenarnya senjata sihir? Atau, wa
Nathan tersenyum tipis. Tapi senyuman itu tidak membawa kehangatan, itu adalah senyuman milik seseorang yang telah membuat keputusan. “Bukan gertakan,” bisiknya dingin. “Itu adalah nisan yang baru saja kau gali sendiri.”Gill menatap Nathan dengan pandangan tajam, senyum sinis masih menempel di wajahnya. “Kau terlalu percaya diri.”Swosshh~Dalam sekejap, tubuh Gill menghilang dari tempatnya, melesat seperti bayangan! Nathan tak bergerak, matanya hanya menyipit sepersekian detik sebelum serangan.Slashh!Sebuah pukulan meluncur dari arah kiri, cepat dan berat seperti meteor. Tapi Nathan memiringkan tubuhnya hanya setipis helai rambut, menghindari serangan itu tanpa panik. Bugh!Siku Nathan melesat balas ke arah dada Gill dengan kecepatan tak kasat mata. Gill mengebloknya dengan lengan kiri, suara benturan tulang beradu terdengar nyaring di udara malam.Bugh! Bugh! Bugh!Serangan demi serangan saling beradu, tinju, siku, tendangan, sapuan kaki. Setiap benturan menghasilkan gelombang u