“Hahaha …." Hagen tertawa terbahak-bahak seperti orang gila. "Kita akan kaya! Ternyata benar, ini adalah gua tempat batu-batu itu, sungguh luar biasa!” Sebastian dan Franky juga sangat bersemangat, ini lebih bernilai dari bukit emas. Perhatian semua orang tertuju pada batu-batu itu, hanya Nathan yang memperhatikan batu-batu sebesar kepalan tangan dengan antusias, bentuk batu itu bulat dan terlihat biasa. Batu-batu itu mengeluarkan energi spiritual yang kuat dan berlimpah, membuat Nathan seolah-olah berada di dalam lautan energi. Dia tidak pernah merasakan energi yang sedemikian kuat, sehingga membuka pori-pori di seluruh tubuh dan menyerap energi spiritual di sekeliling dengan semangat. Setelah berhasil menenangkan diri, Sebastian, Franky dan Hagen saling bertatapan dengan waspada. “Sebastian, Franky, aku yang menemukan pintu masuk tambang ini, secara logika tambang ini seharusnya aku yang memilikinya! Akan tetapi, karena kalian juga ikut kemari, bagaimana kalau aku memberi ta
“Kamu menyakiti muridku, hari ini akan kuberi beberapa pelajaran padamu!” Selesai berkata, tubuh Samson langsung melesat ke arah Thomas. Hwooossshhh! Ternyata benar, kali ini Thomas tidak menggunakan ilmu sihir, dan kedua telinganya bergerak dengan lincah. Setiap serangan dari Samson berhasil dihindarinya. Dengan cepat, kedua orang itu bertarung seperti angin puyuh, angin yang menderu menyebabkan batu-batu beterbangan, dan semua orang hanya bisa menghindarinya. “Tuan Sam, berjuanglah!" Kedua tangan Sebastian mengepal erat, diam-diam memberi dukungan pada Samson. Dia hanya memiliki andalan ini, jika Samson kalah, akibatnya tidak bisa dibayangkan. Bugh! Baaam! Setelah terdengar suara dentuman keras, tiba-tiba tubuh mereka terpisah, Samson terhuyung mundur beberapa langkah dan akhirnya berhasil menegakkan badan. Terlihat, kondisi Thomas juga tidak lebih baik, dia mundur beberapa langkah sebelum berdiri tegak. “Tampaknya, aku telah meremehkanmu, ayo!” Selesai berkata, so
“Huh, tidak tahu diri!” Menghadapi pria raksasa yang bagaikan sebuah bukit kecil, tiba-tiba sepasang mata Thomas mengedip. Bola mata yang sebelumnya berwarna putih, saat ini berubah menjadi hitam pekat. Namun, sorot matanya bersinar terang, dia sama sekali tidak buta. “Arrggghhh!” Pria itu mengeluarkan suara geraman, lalu mengayunkan tinju ke arah Thomas. Thomas menghindar dengan lincah, lalu mengayunkan sebuah tinju di punggung pria itu. Bugh! Kemudian, terdengar suara dentuman keras, seolah-olah menghantam baja, dan langsung membuat Thomas mundur beberapa langkah, lengannya seperti mati rasa. “Sepertinya kamu menguasai Jujitsu?!” Kening Thomas agak berkerut. Tanpa mendengar ucapan Thomas, pria itu mengamuk karena pukulan itu, lalu membalik badan dan kembali melangkahkan kakinya menuju ke arah Thomas. Setiap langkah kakinya diiringi getaran seperti gempa bumi, mengeluarkan suara dentuman yang keras. “Huh!” Thomas mendengus dingin. Kedua tangan Thomas mengepal, dan dalam seke
Sebastian segera maju untuk menghentikan, tapi, bagaimana mungkin dia bisa menghentikannya? Jane hanya seorang gadis lemah, hanya bisa dengan pasrah saat diseret orang dua anak buah itu ke hadapan Hagen. “Ah! Tolong …. Ayah!” Wajah Jane pucat pasi, dia berteriak histeris. “Nathan, tolong aku, tolong aku, aku tidak mau dibawa mereka!” Saat ini, Jane hanya bisa meminta tolong pada Nathan, dia tahu kekuatan Nathan dengan jelas. “Lepaskan dia!” Nathan berkata pelan, namun suaranya penuh dengan intimidasi. “Nak, kamu sendiri saja tidak mampu meloloskan diri sendiri, masih ingin bersikap menjadi sok pahlawan?” Hagen tertawa dingin menatap Nathan. Nathan tidak menghiraukan Hagen, sebaliknya malah berkata pada Sebastian. “Sebastian, berikan setengah dari tambang ini untukku, akan kuselamatkan putrimu dan membantumu membasmi keluarga Caspian!” Suara Nathan terdengar sangat dingin dan datar, seolah-olah baginya membasmi keluarga Caspian bagaikan membalikkan telapak tangan. Sebastian meng
“Hanya ini saja?” Nathan menyeringai dingin. Brrak! Tiba-tiba, kaki kanan Nathan menghentak ringan, sebuah kekuatan yang sangat besar dengan Nathan sebagai pusatnya, menyebar ke segala arah. Lalu, sosok pria tersebut merasakan sebuah kekuatan yang luar biasa kuat menyerbu ke arahnya, raut wajahnya berubah drastis. Brak! Sosok pria itu hendak menghindar, tapi tidak sempat lagi, benturan yang sangat keras membuat pria itu terhempas seperti layang-layang yang terputus. Lalu, dia terjatuh menghantam ke tanah dengan keras, tidak bergerak dan tidak bersuara lagi. Sosok pria itu tewas seketika, bahkan tidak sempat menerima pukulan pertama, membuat wajah Hagen berubah menjadi muram. Dan tanpa disadari, alis Thomas juga ikut berkerut. “Bagus, hebat sekali!” Melihat ini, Sebastian langsung berseru girang, dia tidak menyangka Nathan sehebat ini. “Sebastian, kamu memiliki petarung yang begitu tangguh, mengapa menyimpannya selama ini?” Franky bertanya pada Sebastian. Sebastian merasa can
Nathan masih berdiri di tempat yang sama, tapi kedua belah pipi Thomas sudah merah membara, jejak lima jari tangan berwarna merah terang terlihat jelas. Mata Thomas berkedip, lalu kembali normal, dan menatap intens pada Nathan, sorot matanya memancarkan kemarahan. “Nathan, apakah kamu baik-baik saja?” Jane bertanya panik pada Nathan. “Kamu lihat, apakah aku terluka? Seharusnya yang terluka adalah tua bangka itu, sepertinya, giginya tidak tersisa satu pun!” Nathan berkata dengan senyum ringan. Hagen mengawasi wajah Thomas sambil bertanya dengan nada hati-hati. “Tuan Tom, apakah kamu baik-baik saja?” "Aku .…” Tuk! Tuk! Tuk! Tuk! Tuk ….. Ketika Thomas membuka mulut, semua gigi di dalam mulutnya berjatuhan ke atas tanah. “Hahaha!” Melihat ini, Jane tidak dapat menahan tawa. Sebastian dan Franky juga tidak dapat menahan tawa mereka. Bahkan, Hagen juga hampir tidak dapat menahan tawa melihat kondisi Thomas, tapi dia berusaha menahan diri. Tatapan mata Thomas memancarkan a
"Hahaha …." "Hebat! Hebat sekali!" "Hahaha!" Suara tawa yang begitu mengerikan dapat terdengar dengan jelas dan bergema di dalam gua, diikuti oleh kalimat dingin sedingin gletser yang keluar dari mulut Nathan. Sosok pria itu tertawa sembari memegangi matanya yang terlihat merah membara. Saat mendengar suara tawa yang menggelegar itu, Jane menoleh dengan gelisah, dan melihat Nathan yang masih berdiri di tempat semula. Sosok pria itu sama sekali tidak terluka, bahkan pakaiannya sama sekali tidak terkena api itu sedikitpun. “N-Nathan?!” Jane tidak berani mempercayai matanya sendiri, matanya terbelalak penuh keterkejutan. Yang lainnya juga tercengang, semua orang tidak berani mempercayainya, kobaran api yang begitu besar tidak bisa melukai Nathan sama sekali. “A-apa?! Ini …." Thomas terbelalak, dia bahkan mundur beberapa langkah dengan gemetar. "T-tidak mungkin ….” “Hahaha …." Kembali, tawa Nathan terdengar begitu mengerikan. "Apa yang tidak mungkin, apakah gurumu tidak pe
Golem yang luar biasa besar berjalan menuju ke arah Nathan, kembali, setiap langkahnya menggetarkan bumi. “Sudahlah, aku tidak tertarik untuk main-main denganmu lagi,” Melihat Golem raksasa itu, wajah Nathan terlihat agak frustasi. Hwooosssshhhh! BAAM! Selesai berkata, Nathan langsung meloncat setinggi Golem tersebut, lalu sebuah pukulan melayang ke arah kepala Golem. Suara gemuruh dapat terdengar dengan keras, Golem itu hancur berkeping-keping seperti abu. “Uhuk!” Melihat ini, Thomas muntah darah, lalu terjatuh lemas di atas tanah. Nathan meloncat turun dan tiba di depan Thomas, melihat ini, Hagen melangkah mundur ketakutan. "T-tidak!" Dengan ekspresi redup, Thomas menatap Nathan yang berada di depannya, seolah-olah tersadar, lalu tertawa pahit. “K-kamu …. Kamu bukan ahli bela diri, juga bukan seorang alkemis! Kamu seo—” Sebelum Thomas selesai berkata, kepalanya tertunduk lalu mati. Pada akhirnya, dia menyadari Nathan adalah seorang kultivator. Nathan mengawasi
"Apa-apaan ini?" Nathan tanpa sadar menelan ludahnya.Seekor monster raksasa setinggi beberapa meter, dengan gigi tajam dan bentuk aneh yang sulit dikenali, muncul. Monster itu mengendus darah di tanah, lalu membuka mulutnya dan langsung menelan salah satu dari tiga jenderal agung itu. Dua pria lainnya ketakutan, mereka berdiri diam tak berani bergerak. Mereka menyaksikan bagaimana mereka akan ditelan oleh monster itu, dan tanpa menunggu waktu yang lama, ketiga jenderal agung itu telah habis dilahap oleh monster mengerikan itu.Nathan baru mengerti apa yang dimaksud Squala dengan pengorbanan. Ternyata, dia menggunakan nyawa tiga orang itu untuk memunculkan monster ini."Beraninya kamu memaksaku untuk mengeluarkan Manticore ku! Hari ini, aku tidak akan mengampuni kalian," gertak Squala.Walau dia bisa membunuh Nathan dan yang lainnya, dia tahu dirinya pasti akan dihukum saat kembali. Tiga tahap awal penguasa Ingras keluarganya dikorbankan olehnya begitu saja. Walau dia adalah putra dar
Atas perintah Squala, ketiga jenderal agung itu mulai menghunuskan senjata mereka dan menyerang anggota kepolisian serta prajurit yang dibawa oleh Erya."Erya, kamu hadapi saja ketiga cunguk itu, serahkan Squala kepadaku!" kata Nathan dengan buru-buru kepada Erya.Pasukan Erya baru saja diracuni dan kekuatannya belum pulih sepenuhnya. Jika hanya mengandalkan Anderson dan anggota kepolisian untuk melawan para pendekar samurai, Nathan khawatir mereka akan berada dalam bahaya. Oleh karena itu, dia meminta bantuan Erya.Erya menatap Nathan, berteriak marah, dan menerjang kepada tiga jenderal agung itu.Sementara itu, Nathan menatap Squala dengan dingin, raut wajahnya terlihat tampak bangga. "Sekarang, saatnya kamu merasakan kekuatanku."Setelah mengatakan itu, aura di tubuh Nathan meledak, cahaya keemasan muncul seperti matahari di langit, sinarnya begitu menyilaukan, jauh lebih kuat daripada cahaya yang dipantulkan oleh tiga jenderal agung hitam itu."Aruna Slash!" ucap Nathan tanpa basa
“Cepat sekali, sepertinya jurus bayangan itu persis dengan yang aku harapkan,” Nathan tersenyum tipis. Beberapa hari ini, dia sudah mencoba mencari tahu tentang kekuatan bayangan yang dikuasai oleh Squala, dan mendapatkan beberapa pengetahuan.Hwoossshhh!BAAM!Sosok Squala melesat dengan cepat dan menghantamkan sebuah pukulan keras pada tubuh Nathan. Nathan tidak menghindar, langsung menerima pukulan itu. Tubuhnya bergetar, namun tidak mengalami luka apapun.Di sisi lain, Squala merasa tangannya mati rasa. Dia berdiri tidak jauh dari sana, menatap Nathan dengan dingin.“Ternyata memang benar, semakin cepat kecepatanmu, tenagamu akan semakin kecil. Kamu tidak bisa melesatkan kekuatan dan kecepatan di saat bersamaan. Yang kamu sebut jurus bayangan adalah mengorbankan kekuatan untuk kecepatan. Sekarang sepertinya tidak lebih dari sebuah mainan bagiku,” Nathan menatap Squala dan mencibir.Bayangan Squala bisa menipu mata semua orang tidak lebih karena kecepatannya yang terlalu cepat, hal
“Lalu, apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Dengan kekuatan kita berdua, Squala sama sekali bukan tandingan kita!” Erya berencana bekerja sama dengan Nathan untuk membunuh Squala bersama. Jika keduanya bekerja sama, membunuh Squala akan semudah meniup debu.“Pasukanmu sudah terkena racun, Squala pasti memiliki penawarnya. Aku akan memberitahumu apa yang harus kita lakukan,” Nathan mengajarkan sebuah cara kepada Erya.Erya yang mendengarnya matanya berbinar, dan segera setuju dengan cara yang disarankan Nathan.“Erya, bunuh dia, untuk apa kau bertele-tele?!” Squala melihat Erya yang bertarung jarak dekat dengan Nathan dan tidak bisa mengalahkan Nathan, berteriak marah.“Erya, karena kamu sudah kehilangan kendali atas dirimu, jangan salahkan aku tidak segan-segan!” setelah Squala berteriak, Nathan juga berteriak dan cahaya keemasan bersinar pada kepalan tinjunya, lalu tinju itu diarahkan dengan keras ke arah Erya.Sepertinya, Nathan benar-benar sudah kehabisan kesabarannya. Walau Er
"Bajingan! Persetan denganmu!" Erya menatap Squala yang tertawa terbahak-bahak, tatapannya dipenuhi kemarahan dan dia melayangkan tinjunya ke arah Squala.Squala menggeser kakinya dan menghindar tanpa panik.Sementara itu, tiga pria bertopeng itu mempercepat mantra mereka. Kekuatan Erya terlalu kuat, sehingga butuh waktu untuk bisa mengendalikan Erya.“Arrrghhhhhh!” Erya kembali meraung dengan keras, dia berusaha untuk kembali menyerang Squala, tapi rasa sakit yang menusuk di otaknya membuatnya jatuh ke tanah.Melihat Erya, sudut mulut Squala terangkat sedikit. “Budakku, sekarang aku perintahkan padamu, bunuh orang yang ada di hadapanmu!”Suara Squala terdengar seolah berasal dari neraka terdalam, membuat Erya yang menggila seketika menjadi tenang. Sepasang matanya yang merah menatap Nathan dengan erat, lalu bangkit berdiri.“Erya!” Melihat Erya seperti itu, Nathan mengernyitkan keningnya, tubuhnya mundur beberapa langkah ke belakang.“Matilah!” Erya menghantamkan tinjunya dengan kuat
"Bagaimana, apakah serbuk dari bunga Amarilis sudah menyebar ke seluruh pulau?" tanya Squala kepada tiga pria bertopeng dan berjubah hitam itu."Tuan Muda Ryodan, serbuk bunga itu sekarang sudah menyebar ke seluruh pulau, tapi demi tidak menimbulkan kecurigaan mereka, kami tidak banyak menyebar serbuk itu ke pinggiran," jawab seorang pria berjubah hitam."Bagus sekali, nanti setelah kembali aku akan memberi penghargaan besar kepada kalian," Squala mengangguk puas."Terima kasih, Tuan Muda Ryodan!"Tiga pria berjubah itu langsung berlutut dengan wajah gembira.Sekelompok pendekar samurai yang dibawa oleh Ryodan menunjukkan raut wajah yang tidak natural setelah mengetahui serbuk bunga Amarilis telah lama disebar di pulau itu. Serbuk itu sangat beracun dan dapat menyebabkan halusinasi, gangguan saraf, dan delusi. Bunga itu biasa disebut bunga kematian oleh keluarga Ryodan.Squala secara diam-diam menyebarkan serbuk ini di pulau tanpa memberitahu mereka terlebih dahulu. Sekarang mereka se
Di atas kapal, Nathan memimpin tim dan berdiskusi dengan tim Erya, sementara Squala dan timnya duduk di samping.“Ketua, sepertinya tim dari Northern dan Wilom sudah membentuk aliansi. Kalau begitu, bukankah kita akan dirugikan jika melawan dua tim itu?” Seorang pria berseragam samurai dan memegang Katana menghampiri Squala dan bertanya dengan suara pelan.Squala melirik Nathan dan Erya yang berbincang, tatapannya tidak menunjukkan rasa gugup, melainkan kilatan kelicikan. “Jika mereka ingin membentuk aliansi, biarkan saja. Pada saatnya, tidak satu pun dari mereka akan keluar dari pulau ini.”“Apakah ketua sudah menyiapkan tindakan pembalasan?” Pendekar samurai itu bertanya dengan suara pelan.Squala menatap pria itu dengan dingin. “Bodoh, apakah itu pertanyaan yang harus kamu tanyakan?”Melihat Squala marah, pendekar samurai itu ketakutan, dia segera membungkuk dan meminta maaf. “M-maaf, aku salah!”Setelah beberapa jam di atas perahu layar, perahu itu tiba di pulau kecil itu dengan c
Nathan sebenarnya juga merasa hal itu sulit, karena tempat itu ramai didatangi dan merupakan objek wisata. Hampir tidak mungkin menyembunyikannya dari publik."Kalau begitu, kita bicarakan lagi nanti. Untung saja aku sudah menyegel makam kuno itu dengan formasi sihir, jadi orang biasa tidak akan bisa mendeteksinya," kata Nathan dengan pasrah."Tuan, makam kaisar seperti itu biasanya tidak boleh dilakukan penggalian pribadi. Walaupun ditemukan, tidak banyak gunanya. Namun, kamu bisa menggunakan penemuan makam kaisar ini untuk membantumu pada saatnya tiba. Mungkin bisa membantumu mendapatkan tempat dalam pelatihan tahun ini," ujar Nelson."Pelatihan?" tanya Nathan bingung."Ini adalah kolaborasi antara pemerintahan dan Martial Shrine. Mereka memilih kawasan arkeologi untuk dijadikan tempat berlatih bagi seniman bela diri muda. Ini adalah acara yang diselenggarakan oleh pemerintahan untuk menyenangkan hati orang-orang," jelas Nelson.Setelah mendengar penjelasan Nelson, Nathan langsung t
Setelah setengah jam, Nathan dan Milan kembali ke perjamuan dan menemukan Sienna serta Yarke sudah mabuk dan tidak sadarkan diri. Nathan tersenyum tak berdaya, lalu membawa Sienna pergi.Di tempat lain, berbeda dengan kepolisian, ada sebuah hotel yang tidak jauh dari gedung kepolisian. Raut wajah Squala menjadi dingin saat melihat lampu-lampu terang dan hiruk pikuk di kepolisian."Tuan Ryodan, ada pesan dari dalam negeri yang memintaku menjelaskan masalah hari ini. Apa yang harus aku katakan?" Seorang pria berjas mendekat. Dia adalah ketua delegasi Negara Solara, tapi di hadapan Squala, dia tidak berani bersikap tidak hormat.Walau Squala sudah kalah dan mengakui kekalahannya, mereka tidak berani menertawakannya. Di Negara Solara, Squala memiliki dukungan dari seluruh keluarga Ryodan. Bahkan keluarga kerajaan pun harus bersikap sopan kepada Keluarga Ryodan."Menjelaskan apa? Menjelaskan bagaimana aku bisa kalah? Beritahu mereka, aku sengaja menunjukkan kelemahanku dan kalah. Saat komp