Nathan masih berdiri di tempat yang sama, tapi kedua belah pipi Thomas sudah merah membara, jejak lima jari tangan berwarna merah terang terlihat jelas. Mata Thomas berkedip, lalu kembali normal, dan menatap intens pada Nathan, sorot matanya memancarkan kemarahan. “Nathan, apakah kamu baik-baik saja?” Jane bertanya panik pada Nathan. “Kamu lihat, apakah aku terluka? Seharusnya yang terluka adalah tua bangka itu, sepertinya, giginya tidak tersisa satu pun!” Nathan berkata dengan senyum ringan. Hagen mengawasi wajah Thomas sambil bertanya dengan nada hati-hati. “Tuan Tom, apakah kamu baik-baik saja?” "Aku .…” Tuk! Tuk! Tuk! Tuk! Tuk ….. Ketika Thomas membuka mulut, semua gigi di dalam mulutnya berjatuhan ke atas tanah. “Hahaha!” Melihat ini, Jane tidak dapat menahan tawa. Sebastian dan Franky juga tidak dapat menahan tawa mereka. Bahkan, Hagen juga hampir tidak dapat menahan tawa melihat kondisi Thomas, tapi dia berusaha menahan diri. Tatapan mata Thomas memancarkan a
"Hahaha …." "Hebat! Hebat sekali!" "Hahaha!" Suara tawa yang begitu mengerikan dapat terdengar dengan jelas dan bergema di dalam gua, diikuti oleh kalimat dingin sedingin gletser yang keluar dari mulut Nathan. Sosok pria itu tertawa sembari memegangi matanya yang terlihat merah membara. Saat mendengar suara tawa yang menggelegar itu, Jane menoleh dengan gelisah, dan melihat Nathan yang masih berdiri di tempat semula. Sosok pria itu sama sekali tidak terluka, bahkan pakaiannya sama sekali tidak terkena api itu sedikitpun. “N-Nathan?!” Jane tidak berani mempercayai matanya sendiri, matanya terbelalak penuh keterkejutan. Yang lainnya juga tercengang, semua orang tidak berani mempercayainya, kobaran api yang begitu besar tidak bisa melukai Nathan sama sekali. “A-apa?! Ini …." Thomas terbelalak, dia bahkan mundur beberapa langkah dengan gemetar. "T-tidak mungkin ….” “Hahaha …." Kembali, tawa Nathan terdengar begitu mengerikan. "Apa yang tidak mungkin, apakah gurumu tidak pe
Golem yang luar biasa besar berjalan menuju ke arah Nathan, kembali, setiap langkahnya menggetarkan bumi. “Sudahlah, aku tidak tertarik untuk main-main denganmu lagi,” Melihat Golem raksasa itu, wajah Nathan terlihat agak frustasi. Hwooosssshhhh! BAAM! Selesai berkata, Nathan langsung meloncat setinggi Golem tersebut, lalu sebuah pukulan melayang ke arah kepala Golem. Suara gemuruh dapat terdengar dengan keras, Golem itu hancur berkeping-keping seperti abu. “Uhuk!” Melihat ini, Thomas muntah darah, lalu terjatuh lemas di atas tanah. Nathan meloncat turun dan tiba di depan Thomas, melihat ini, Hagen melangkah mundur ketakutan. "T-tidak!" Dengan ekspresi redup, Thomas menatap Nathan yang berada di depannya, seolah-olah tersadar, lalu tertawa pahit. “K-kamu …. Kamu bukan ahli bela diri, juga bukan seorang alkemis! Kamu seo—” Sebelum Thomas selesai berkata, kepalanya tertunduk lalu mati. Pada akhirnya, dia menyadari Nathan adalah seorang kultivator. Nathan mengawasi
Sebastian menatap Samson dengan dingin dan berkata. “Hagen sudah dibunuh oleh Tuan Nathan, kedepannya, di Kota Antarka, tidak ada lagi Keluarga Caspian!” “A-pa?” Samson menatap Nathan dengan kaget. “Bagaimana dengan Thomas?” “Hm! Tua bangka itu, dia juga sudah dibunuh oleh Tuan Nathan!” Sebastian mendengus dingin. “B-bagaimana mungkin? Thomas adalah—” “Tidak mungkin bagimu, karena kemampuanmu tidak sebanding, Tuan Nathan membunuh Thomas dengan mudah. Lain kali, kalau tidak punya kemampuan, tidak usah bersikap sombong dan mempermalukan dirimu!” Sebastian berkata lalu bergegas menghampiri Nathan. “Tuan Nathan, hati-hati!” Melihat punggung Sebastian dan yang lainnya, Samson menjadi canggung. Tapi, dia tetap mengikuti dari belakang, dan turun dari bukit. Setelah sampai di Kota Antarka, Sebastian langsung mengundang Nathan ke rumahnya, dia tidak membiarkan Nathan tinggal di penginapan. Nathan tidak menolak, dan meminta Sebastian untuk mencari sebuah villa terpisah untuk dirinya sendi
“Sarah, jangan bicara sembarangan! A-aku tidak menyukainya!” Beverly mendengus, wajahnya memerah karena malu. “Haha, masih bilang kamu tidak menyukainya? Wajahmu saja memerah, kalau kamu memang menyukai nya, aku akan memberikannya kepadamu!” Sarah tertawa keras karena candaannya. Melihat Sarah seperti itu, raut wajah Beverly menjadi dingin. “Sarah, lain kali jangan bercanda seperti itu, kamu bisa mendapatkan pacar seperti Nathan, kamu harus menghargainya! Orang yang berbakat seperti Nathan, tentu saja akan disukai oleh semua wanita, aku juga ingin mencari seorang pria sepertinya. Tapi sayangnya, aku tidak seberuntung kamu! Oleh karena itu, kamu harus menghargai apa yang kamu miliki, jangan bicara sembarangan!” Mendengar itu, senyuman di wajah Sarah juga sirna, dia meraih tangan Beverly. “Eve, kamu tenang saja, aku percaya kamu pasti akan menemukan pria yang kamu sukai, mungkin saja jauh lebih hebat daripada Nathan!” Beverly tersenyum. “Tidak perlu menghiburku, hatiku sudah lama ma
“Tuan Nathan tidak disini, kalian menerobos ke dalam rumah orang dan membunuh bawahan kami?! Hari ini kalian jangan berharap bisa pergi dari sini!” Wajah Ryzen menjadi muram, dan satu tangannya menggenggam sebuah belati dengan erat. Sedangkan raut wajah Nicole menjadi jelek, dia mengernyitkan keningnya, dan bisa merasakan kalau kekuatan beberapa orang di hadapannya ini sangat kuat. Terutama, pria yang terlihat acak-acakan itu, kekuatannya tidak terduga. “Pergi? Apa kami mengatakan kami akan pergi? Tidak peduli Nathan ada disini atau tidak, aku tidak akan pergi!” Sudut bibir Aston berkedut. Pada saat ini, Ryzen tidak mengatakan apa-apa, dia memutar-mutar belati yang ada di tangannya dan bersiap menyerang. Tapi tidak disangka, Nicole menahan Ryzen, lalu mengedipkan matanya kepada Ryzen, lalu berkata pada Aston. “Tuan, aku tidak tahu bagaimana Tuan Nathan menyinggung Anda, tapi sekarang Tuan Nathan sedang tidak ada disini," suara Nicole begitu tenang, namun hatinya sedikit gugup.
“Aston?” Saat Beverly melihat Aston yang tersenyum dingin, dia tidak bisa menahan keterkejutannya. Dan pada saat Sarah melihat Aston, ekspresinya juga menegang. “Eve …. tidak disangka, kamu juga disini, pantas saja Paman Peter bisa merasakan dua orang wanita di dalam. Ternyata, kamu juga sudah menjadi mainan Nathan!” Aston berkata sambil memandang Beverly dengan jijik. Beverly yang mendengarnya seketika wajahnya memerah dan berkata dengan marah. "Aston! Kamu memang bajingan brengsek! Jangan bicara sembarangan! Kalau tahu akan begini, aku akan membiarkan Nathan menginjakmu sampai mati!” Perkataan Beverly seketika membuat Aston mengamuk, sebagai Tuan Muda keluarga Holcy, ini adalah hal yang paling memalukan seumur hidupnya. Sekarang, Beverly langsung membuka aib dan lukanya di depan umum. “Hmm …. suruh Nathan keluar! Hari ini aku akan mencabik-cabik mayatnya!” Aston berteriak marah. “Aston, hanya mengandalkan dua pukulanmu, kamu ingin membunuh Nathan? Kamu sudah lupa, bagaimana ka
“Reus, kenapa kamu menyerang bawahan Keluarga Holcy?” Aston melihat orang yang datang dan berteriak dengan marah. Reus yang tiba-tiba datang berkata dengan dingin dan arogan. “Aston, orang-orang disini berada dalam perlindunganku. Kalau tidak ingin menjadi musuh Keluarga Alvaro, sebaiknya kamu pergi!” “Berada dalam perlindunganmu?” Aston mengernyitkan keningnya lalu menyeringai dan mencibir. “Bukankah kamu ingin mendapatkan kalung itu? Jangan berpura-pura di depanku, kamu melindungi mereka begitu saja? Kalau tidak ingin mati, enyah dari sini!” “Aston, kamu benar-benar berani menjadi musuh Keluarga Alvaro?” Reus berkata dengan dingin. “Cuih! Kenapa memangnya kalau menjadi musuh dari Keluarga Alvaro? Ayahku akan segera keluar! Hahaha …. Dan pada sampai saatnya, Keluarga Alvaro tidak akan ada apa-apanya!” Aston meludah dengan dingin. “Cari mati!” Reus melotot dengan marah dan langsung melayangkan pukulannya kepada Aston. Peter yang berada di samping Aston ingin turun tangan, tapi
"Aku datang untuk membicarakan bisnis," suara yang dingin dan tajam itu mengalun, mengiris ketegangan yang ada. Sosok itu muncul perlahan di balik kabut yang mengalir, seolah-olah ia adalah bayangan yang datang dari masa depan."Tuan .… Nathan?" Sentinel berbisik, matanya terbelalak. Wajahnya yang penuh kekesalan berubah menjadi penuh harapan. "Kamu .... datang pada waktu yang tepat," katanya terbata-bata. Seolah-olah nyawanya baru saja digenggam oleh malaikat maut, dan sekarang ada yang datang untuk menyelamatkannya.Nathan melangkah maju, langkahnya penuh ketenangan yang aneh di tengah huru-hara. "Aku hanya datang untuk urusan yang sedikit lebih mendesak," dia menatap Vinsen dan pengikutnya tanpa rasa takut. "Kalian harus menunda niat buruk kalian untuk sementara.""Siapa kau?" tanya Vinsen, nada suaranya bergetar sedikit, meskipun ia berusaha keras menahan ketegangan.Nathan mengangkat bahu sedikit, senyum tipis menghiasi wajahnya. "Aku hanya orang yang kebetulan datang di saat yan
“Adik kedua?” Sentinel tercengang. “Rivaldo?! Kenapa kau kembali?”Tapi Rivaldo tak menjawab, dia langsung berdiri di depan Vinsen dan membungkuk hormat. “Tuan Muda Vinsen.”Vinsen meliriknya. “Kalau aku serahkan posisi kepala keluarga padamu, apa yang akan kau lakukan?”“Dengan senang hati,” kata Rivaldo sambil tersenyum licik. “Aku akan serahkan seluruh kekayaan Keluarga Hufai kepada Keluarga Montrogami. Bahkan kami bersedia menjadi keluarga afiliasi.”Sentinel terpaku, dunia seakan runtuh di sekelilingnya. “Rivaldo …. kau—”Rivaldo menatapnya dengan dendam yang dipendam lama. “Kau sudah hidup bergelimang kekayaan selama bertahun-tahun! Aku? Aku hanya manajer biasa, hidup pas-pasan!” teriaknya. “Aku juga ingin jadi kepala keluarga! Aku juga ingin punya istri banyak, pesta tiap malam!”"Dasar bajingan!" teriak Sentinel, suaranya penuh amarah. "Aku bangun semuanya dari kegelapan ini, takkan pernah aku menyerahkannya padamu!"Setelah berkata demikian, amarah yang sudah lama dipendam ol
“Bagaimana kalau kita undang Kelompok bayangan?” tanya Rogue cepat-cepat.“Tak berguna!” dengus Sentinel. “Mereka bukan tandingan para puncak penguasa Ingras!”Rogue mulai panik. “Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan? Banyak orang mulai melarikan diri! Mereka takut, Tuan Besar!”Namun tiba-tiba, wajah Sentinel berubah. Alisnya mengendur, seolah teringat sesuatu. “Benar juga… Bukankah ada sepasang pria dan wanita yang pernah datang bersama Tuan Zayn? Aku ingat, mereka sangat kuat. Mereka bawahan Tuan Nathan, dan aku rasa mereka juga seorang puncak penguasa Ingras!”Maksud Sentinel tentu saja adalah Ryzen dan Nicole, yang pernah beberapa kali datang bersama barang antik dari Kota Vale. “Tapi, mereka hanya berdua, Tuan,” kata Rogue ragu. “Apa mereka cukup kuat melawan tiga puncak penguasa Ingras sekaligus?”“Masalah nanti urusan nanti!” tegas Sentinel. “Kita undang mereka dulu. Kalau perlu, panggil juga Tuan Nathan!”Sentinel segera mengeluarkan ponselnya untuk menelepon.Namun tepa
Nathan berdiri membeku sejenak, memandang kerumunan di sekelilingnya. Mereka mengira dia pulang sebagai pahlawan, padahal dia datang untuk bersembunyi.Wajahnya mengeras. “Ryzen, bubarkan semuanya sekarang juga!”Tanpa menunggu reaksi, Nathan melangkah cepat ke arah mobil. Ryzen langsung memberi aba-aba pada anak buahnya, dan kerumunan pun mulai mundur.Zayn dan Kevin ikut masuk ke dalam mobil. Di dalam keheningan itu, mereka hanya menatap Nathan, tak mengucapkan sepatah kata pun, namun sorot mata mereka berkata banyak.Nathan mendesah pelan. "Aku tahu kalian ingin tahu tentang Sarah dan Beverly."Maka Nathan pun menjelaskan semuanya tentang pengejaran, tentang Sarah yang ditahan Martial Shrine, dan tentang betapa rumit situasinya kini.Raut wajah Kevin berubah drastis. “Nathan, kenapa semua ini bisa terjadi?”Nathan menunduk. “Paman Kevin, ada hal-hal yang memang harus aku lakukan, walau risikonya besar.”Dia tidak ingin semuanya menjadi seperti ini. Tapi ibu kandungnya masih berada
“Aku tidak hanya menginginkan menara itu,” suara Gill menukik tajam, tatapannya menyala penuh keserakahan. “Aku tahu kau menyimpan banyak harta karun. Serahkan semuanya, mungkin aku akan mempertimbangkan untuk membiarkanmu hidup.”Nathan menyipitkan mata. “Begitu rupanya .…”Gill tak sekadar mengincar kekuatan, dia menginginkan segalanya.Matanya menyapu sekeliling. Jalan keluar tak mungkin dia tempuh secara frontal. Tapi, dia menoleh ke belakang, menara itu kini hanya bangunan kosong. Segel telah hilang dan itu bisa jadi jalan keluar. Tanpa berkata sepatah kata pun, Nathan membalikkan badan dan melesat masuk ke dalam menara.“Jangan biarkan dia kabur!” teriak Gill.BRAK! BRAK! BRAK!Nathan tak peduli. Dengan kekuatan penuh, dia menghantam dinding sisi timur menara.Batu-batu beterbangan. Dinding hancur, menciptakan celah besar. Dalam sekejap, Nathan menerobos keluar dan meledak ke udara, memusatkan kekuatan spiritual di kakinya dan melarikan diri dengan kecepatan penuh.Gill memaki k
Kata-kata itu menusuk benak Nathan seperti panah yang melesat dari masa lalu. Dia memandangi naga emas yang mengelilinginya, meliuk seperti nyala api dari langit, namun tak satu pun gerakannya bisa dia kendalikan. Dia bahkan tak tahu kapan naga itu muncul.‘Apakah .... ayahku seekor naga?’ pikirnya, setengah cemas, setengah terpukau.Ingatannya terlempar ke Pulau Draken, saat naga Yin yang terkenal ganas justru menyerah tanpa perlawanan, memberikan batu mata naganya seolah tunduk. Saat itu, Nathan mengira dia hanya beruntung. Tapi sekarang ….“Mungkinkah darah mereka mengalir dalam tubuhku?” dia memandang pria tua itu, matanya dipenuhi gejolak. “Senior, apa maksudmu dengan Putra Naga? Siapa aku sebenarnya? Apakah aku anak dari seekor naga?”Untuk sesaat, kesunyian menggantung di antara mereka seperti kabut tebal.Pria tua itu menatapnya dan hanya tersenyum tipis, seakan tahu betapa hancurnya fondasi hidup Nathan saat ini diguncang oleh satu pertanyaan. “Kamu akan tahu,” katanya lembut
Tinju dilayangkan, dentuman maha dahsyat mengguncang dinding batu. Retakan halus menjalar seperti jaring laba-laba di sekeliling pintu. Ledakan suara menampar lorong, bergema seperti auman raksasa purba yang terbangun.Di luar menara, Gill berdiri di antara reruntuhan dan kabut gelap dengan wajah terperangah."Apa yang dia lakukan di dalam?! Seperti sedang merobohkan seluruh fondasi!""Tuanku," Hago menimpali, wajahnya pucat diterpa kilatan petir dari langit kelam. "Sepertinya Nathan ingin menghancurkan menara ini. Dia tidak bisa memilikinya, jadi takkan membiarkan kita menyentuhnya."Gill mengepalkan pedangnya, aura hitam mulai berputar di sekeliling tubuhnya. "Kalau begitu, kita masuk sekarang sebelum dia menghancurkan semuanya!"Di dalam menara, Nathan sudah melayangkan pukulan kedelapan. Nafasnya berat, telapak tangannya mulai berdarah. Namun pintu perunggu tetap berdiri abadi dan dingin seperti batu nisan zaman kuno."Apa ini semacam kunci jiwa?" gumamnya sambil menatap tinjunya
Sementara itu, di dalam.Klik~Bunyi halus terdengar dari dalam pintu perunggu. Simbol-simbol di permukaannya mulai menyala, satu per satu, seperti barisan bintang yang diaktifkan.Nathan membuka mata, apasnya tercekat. “Pintu itu .… merespon!”Bzzzzhh!Perlahan, pintu perunggu terbuka, bukan ke dalam atau ke luar, melainkan menghilang ke dalam cahaya seperti menguap ke dimensi lain. Di balik pintu itu, terdapat tangga spiral yang turun jauh ke dalam perut menara. Udara dari bawah terasa dingin, seperti embusan napas dari dunia lain.Nathan menggigit bibirnya, dia tahu ini satu-satunya harapannya untuk menyelamatkan menara atau memperoleh kekuatan baru untuk menghadapi Gill dan orang-orang keluarga Wilford. Tanpa ragu, Nathan melangkah masuk dan mulai menuruni tangga. Pandangan Nathan menyapu sekeliling ruang menara.“Menara ini bukan tempat biasa.”Bentuk dan ukurannya, pancaran energi spiritual yang terus mengalir terlalu misterius.“Mungkinkah ini sebenarnya senjata sihir? Atau, wa
Nathan tersenyum tipis. Tapi senyuman itu tidak membawa kehangatan, itu adalah senyuman milik seseorang yang telah membuat keputusan. “Bukan gertakan,” bisiknya dingin. “Itu adalah nisan yang baru saja kau gali sendiri.”Gill menatap Nathan dengan pandangan tajam, senyum sinis masih menempel di wajahnya. “Kau terlalu percaya diri.”Swosshh~Dalam sekejap, tubuh Gill menghilang dari tempatnya, melesat seperti bayangan! Nathan tak bergerak, matanya hanya menyipit sepersekian detik sebelum serangan.Slashh!Sebuah pukulan meluncur dari arah kiri, cepat dan berat seperti meteor. Tapi Nathan memiringkan tubuhnya hanya setipis helai rambut, menghindari serangan itu tanpa panik. Bugh!Siku Nathan melesat balas ke arah dada Gill dengan kecepatan tak kasat mata. Gill mengebloknya dengan lengan kiri, suara benturan tulang beradu terdengar nyaring di udara malam.Bugh! Bugh! Bugh!Serangan demi serangan saling beradu, tinju, siku, tendangan, sapuan kaki. Setiap benturan menghasilkan gelombang u