Share

Bab 343

Author: Imgnmln
last update Last Updated: 2024-07-19 20:37:13

“Tuan Muda kedua!” Steve segera berdiri dan membungkuk kepada pemuda itu.

Orang yang bisa membuat Steve begitu sungkan pasti bukan orang biasa, pria ini adalah Tuan Muda kedua dari Keluarga Alvaro, Albaro Reus. Meskipun Reus masih berusia dua puluhan—28—kekuatannya sudah mencapai tingkat kekuatan Ingras, dan dia sudah menginjak tingkat legenda, jauh lebih kuat dibandingkan dengan William.

Alasan kenapa Reus bisa memiliki kekuatan seperti ini di usia muda, tidak terlepas dari Unique Care. Setiap tahunnya Unique Care akan mengirimkan beberapa obat untuk Keluarga Alvaro, yang membantu anak-anak dari Keluarga Alvaro dalam berlatih.

“Tuan Pardew, tidak perlu sungkan, ayo duduk!” Meskipun Reus adalah Tuan Muda kedua dari Keluarga Alvaro di Kota Moniyan, dan kekuatannya begitu kuat, tapi dia sangat tertutup.

“Tuan Muda kedua, pertemuan antar seni bela diri tahun ini, Anda akan hadir langsung, apakah ada sesuatu?” Setelah duduk, Steve bertanya dengan hati-hati pada Reus.

“Iya!” Reus
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 344

    “Tuan Nathan, Nicole sudah membawa semua bahan obatnya,” Ryzen menghampiri dan berkata pada Nathan. Nathan mengangguk lalu mengikuti Ryzen ke dalam ruangan, ini adalah ruangan terpisah yang diminta dibersihkan oleh Nathan, dia berencana menggunakannya untuk membuat obat-obatan. Nicole melihat Nathan datang dan segera menghampiri. “Tuan Nathan, semua bahan obat dari Unique Care sudah diterima, bahkan mereka memberi lebih banyak lagi, sepertinya mereka tidak tahu kalau William sudah mati!” Nathan melirik bahan obat yang ada di lantai, semuanya adalah bahan obat berkualitas tinggi dengan usia diatas 100 tahun, energi spiritual nya juga kaya dan murni. “Tidak, mereka pasti sudah tahu sejak awal!” Nathan melihat bahan obat itu dan tersenyum ringan. Kalau saat William baru terbunuh, Unique Care mungkin tidak mendapatkan kabar secepat itu. Tapi sekarang, sudah belasan hari berlalu, Unique Care tidak mungkin tidak tahu. Jika kejadian sebesar ini tidak diketahui oleh Unique Care, mak

    Last Updated : 2024-07-19
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 345

    “Mobil siapa ini?! Kenapa parkir di sini, ini plat mobil Kota Moniyan!” Beverly menggerutu. Nathan dan Sarah membawa hadiah dan ikut di belakang Beverly. Karena ini pertama kalinya mereka datang ke rumah Beverly, mereka tidak boleh pergi dengan tangan kosong. Dan saat Beverly membuka pintu, dia menemukan ada dua orang lagi di dalam rumahnya, dan membuat suasana di rumah itu sedikit tertekan. Nathan dan Sarah ikut masuk, dan seketika merasa suasananya menjad kacau. Nathan menatap seorang pemuda yang sedang duduk di sofa, fluktuasi energi pada pemuda ini telah mencapai ranah kekuatan Ingras, bahkan melampaui William. Dan di belakang pemuda itu ada seorang pria paruh baya yang tinggi dengan wajah yang serius, pria paruh baya itu memiliki aura yang lebih kuat lagi, melebihi pemuda itu. Kalau mereka berdua diposisikan di Kota Boulmer, maka mereka bisa dikatakan san penguasa dan sang wakil penguasa. Sekarang, Nathan akhirnya mengerti, kenapa Alfred mengirim putranya untuk belajar di

    Last Updated : 2024-07-20
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 346

    “Ayah, Aston memintamu untuk mencari siapa? Apa keluarga kita tidak cukup dipermalukan? Kamu masih mau membantunya?” Setelah Aston pergi, Beverly berteriak pada kedua orang tuanya. Ayah Beverly mengeluarkan selembar foto seorang anak perempuan. “Dia memintaku mencari gadis ini, katanya mungkin dia datang ke Kota Boulmer, dia ingin aku menggunakan seluruh koneksiku di Kota Boulmer untuk menemukannya, ini juga bukan masalah besar!” "Kamu seharusnya langsung menolaknya, untuk apa mempertimbangkannya? aku rasa, kamu hanya ingin pergi ke Kota Moniyan untuk menjadi pejabat!” Beverly berteriak marah dan langsung berlari keluar dari rumah. Nathan dan Sarah menjadi canggung, mereka hanya bisa meletakkan barang-barangnya dan mengejar Beverly. Setelah keluar dari dalam rumah, Beverly naik ke mobil, wajahnya dibasahi oleh air mata, dia terlihat sangat sedih. Kemudian, Sarah datang menghampiri dan menghiburnya dengan lembut. “Eve, siapa sebenarnya pria itu? kenapa dia mengatakan kalian membat

    Last Updated : 2024-07-20
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 347

    Nathan memasuki hotel dengan Wenford, dan melirik sekeliling dengan santai, dia menemukan di tengah aula utama hotel, ada banyak orang-orang dengan kekuatan kultivator, dan termasuk beberapa kekuatan Ingras. Ketika Wenford melewati aula utama, banyak orang yang menyapanya, dan menunjukkan Wenford punya kenalan yang cukup banyak. Sampai di lantai tiga, Wenford membawa Nathan ke kamar yang paling dekat dengan koridor dan berkata. “Tuan Nathan, ini adalah kamar terbaik di hotel ini, aku harap kamu menyukainya!” Nathan masuk ke dalam kamar, kamar itu tidak besar, hanya belasan meter persegi, dengan sebuah tempat tidur, dan kamar mandi. Meskipun tidak luas, tapi kebersihannya sangat bersih, lingkungannya juga bagus. Saat melihat keluar jendela, jalan satu-satunya di Kota Melbourne terlihat dengan jelas. “Adik seperguruan Wenford, apa kamarnya sudah selesai dipesan?” Saat itu, beberapa orang berjalan menuju arah Nathan dan Wenford. Yang berjalan di depan adalah seorang lelaki tua yang

    Last Updated : 2024-07-20
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 348

    "Adik seperguruan, jangan gugup, kamu tahu watak Guru, berusahalah sebisamu, dengan kemampuanmu saat ini, kamu memiliki harapan untuk menjadi pemenang!” Setelah menepuk pundak Wenford, pemuda tinggi besar itu juga menyusul mereka. “Baik!” Wenford yang melihat gurunya berjalan menuju kamar yang ada di ujung koridor seketika terkejut, dan bergegas ingin mengejar mereka karena kamar itu dia siapkan untuk Nathan. Nathan mengulurkan tangannya dan menahan Wenford, lalu menggelengkan kkepalanya Dia mengerti maksud baik Wenford, tapi dia juga tidak mau Wenford dimarahi oleh Gurunya karena dirinya. Lagipula, dia tidak punya permintaan terhadap tempat tinggalnya. “Tuan Nathan, aku benar-benar minta maaf!” Wenford berkata dengan canggung. Wenford hanya bisa memesan ulang kamar untuk Nathan di sebelahnya, lalu menjelaskan situasi beberapa orang kepada Nathan Melalui penjelasan dari Wenford, Nathan baru tahu kalau lelaki tua itu bernama John, dia merupakan pemimpin dari dari Sekte Spir

    Last Updated : 2024-07-20
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 349

    “Apa kalian sudah dengar? Di Northern tiba-tiba muncul seorang ahli bela diri yang masih sangat muda, aku dengar, dia baru berusia dua puluh tahunan. Dan sudah bisa membunuh kepala Keluarga Zatulini di depan umum!” “Aku sudah mendengarnya sejak lama, tetapi William sudah bertarung dua kali sebelumnya, dan saat dia kelelahan, baru dibunuh oleh pemuda itu. Ya, bisa dibilang dia hanya mengambil kesempatan dalam kesempitan!” “Bagaimana pun, aku benar-benar tidak ingin bertemu dengannya di acara pertemuan tahun ini, kalau tidak, pasti akan bertambah satu saingan!” Diskusi semua orang terdengar hingga ke telinga Nathan, tapi Nathan seolah tidak mendengarnya. “Wenford, keluargamu menetap di Kota Boulmer, apa kamu pernah mendengar tentang hal ini?” John bertanya pada Wenford. Wenford tentu saja tahu tentang hal ini, dan orang yang mereka maksud ada di depan mata mereka. Tapi, saat Wenford ingin menjawab, dia melihat Nathan yang mengedipkan mata padanya, jadi Wenford berkata. “Em, aku mem

    Last Updated : 2024-07-21
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 350

    “Oh …. Pantas saja kau begitu sombong, ternyata, kamu yang membunuh William?" tatapan mata John menjadi tajam. "Apa kamu mengira bahwa dirimu adalah yang paling hebat dan tidak terkalahkan di dunia ini, hah?!" dengus John yang melihat ketenangan dari Nathan. "Karena telah membunuh William, lalu kamu bisa meremehkan semua orang? Tapi, apa kamu tidak pernah dengar, semakin hebat kekuatan bela dirimu, semakin kamu harus menjaga dirimu!” “Bahkan, walau dia bisa membunuh William, hari ini aku juga harus mencobanya! Apakah aku pantas bertarung dengannya atau tidak!” Draken yang mendengar perkataan Gurunya seketika menjadi marah lagi. Wenford masih ingin melerai, tapi ditegur oleh John. “Wenford, kalau kamu menghalangi lagi, jangan salahkan aku Gurumu ini tidak mau mengenalmu lagi!” Wenford yang mendengarnya hanya bisa menghela nafas dan berdiri di samping.​ “Bocah, ayo!” Draken berteriak pada Nathan tanpa halangan dari Wenford. “Apa kamu tuli, hah? Sudah kukatakan sebelumnya, kamu tida

    Last Updated : 2024-07-21
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 351

    Wenford berulang kali mengucapkan terima kasih, dan memapah Draken kembali ke sisi John lalu berkata pada John. “Guru, kamu jangan marah, Tuan Nathan, dia—” "Diam!” dengus John, dia mana mau mendengarkan kata-kata Wenford. "Pergi!" dia meneriaki dan mengusir Wenford dan menatap Nathan dengan dingin. “Kamu melukai satu tangan muridku, dan aku akan membuat kedua tanganmu lumpuh!” “Kalau kamu punya kemampuan, kamu boleh mencobanya!” Nathan menatap John dengan acuh tak acuh. Saat John menatap Nathan, dia tidak bisa menahan dirinya saat melihat matanya yang dingin itu. Tatapan acuh tak acuh itu seolah menganggap orang yang ada di depannya seperti sampah, seolah sangat jijik. “Bagus! Bagus sekali!” John merasa kesal mendengar ucapan Nathan, lalu auranya tiba-tiba meledak. "Siap-siap menemui ajalmu, bocah sialan!" Seluruh ruangan dipenuhi dengan angin yang kencang dan menyapu barang-barang yang ada di sekitarnya. Dan tepat saat aura John meledak, tiba-tiba ada hembusan angin sepert

    Last Updated : 2024-07-21

Latest chapter

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 946

    Kaidar tercengang, alisnya mengangkat dengan dingin. “Kenapa? Apakah kau pikir Ging dan yang lainnya tak berani membunuhmu?”“Bukan karena mereka tak berani, tapi mereka memang tak akan mampu membunuhku. Perhitunganmu sudah keliru!” balas Nathan dengan senyum sinis.Dengan lambaian tangannya, seberkas cahaya keemasan pun menyelimuti dirinya, menandakan bahwa kekuatan dan keberanian yang dimilikinya jauh melebihi bayangan yang pernah terpikirkan oleh lawan-lawannya.Nathan melompat ke dalam sungai bawah tanah tanpa ragu, tubuhnya menyatu dengan kegelapan aliran yang deras. Saat dia menjulurkan kepalanya, suara tegasnya menggema. "Sungai bawah tanah ini pasti mengalir ke luar. Aku tak perlu keluar lewat pintu masuk makam kuno. Meski mereka berusaha membunuhku, jalanku sudah kuatur!" Begitu kata-kata itu terucap, Nathan menyelam lebih dan hingga menghilang dari pandangan.Melihat sosoknya lenyap, mata Kaidar menyala dengan keserakahan. Tak disangka, Nathan telah merencanakan jalan keluar

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 945

    “Nathan, semua ini merupakan benda-benda berharga!” kata Bachira, suaranya penuh kekaguman.“Kalau Tuan Bachira menyukainya, aku akan menghadiahkan satu padamu,” balas Nathan sambil memilih sebuah artefak batu giok dan menyerahkannya kepada Bachira.Bachira tercengang, kemudian tertawa lepas. “Hahaha …. Nathan, luar biasa! Aku akan menjalin pertemanan dengan orang sepertimu!”Tanpa ragu, Nathan juga memilih satu artefak lagi untuk diberikan kepada Abel. Di sela-sela pemberian itu, Kaidar, yang berdiri tak jauh, menatap dengan mata panas penuh perhitungan, namun memilih untuk diam.“Kak Nathan, apakah di dalam peti itu hanya ada artefak batu giok? Adakah harta karun lainnya?” tanya Abel dengan penuh rasa penasaran.Nathan kemudian mengeluarkan sebuah cincin berwarna gelap dan berkata. “Masih ada cincin ini. Aku tak tahu apa kegunaannya?”Meskipun tanpa energi spiritual, cincin itu terasa sangat aneh, mengingat seorang kaisar biasanya mengenakan cincin giok yang mewah, bukan cincin hita

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 944

    Sementara itu, di dalam gua, semua orang telah pergi kecuali Kaidar. Dia tetap berdiri di sana, tenang bagai patung, menanti sesuatu yang belum terungkap."Tuan Kaidar, semua telah berlalu, mengapa kau masih di sini?" tanya Bachira dengan nada heran. "Aku hanya penasaran dengan isi peti mati perunggu itu, ingin menyaksikan keajaiban yang tersembunyi di dalamnya," jawab Kaidar dengan santai.Bachira tampak bingung. "Kini energi kita telah ditekan, tak seorang pun berani mendekati peti mati perunggu itu. Bagaimana kau bisa melihat isinya?" "Bukankah masih ada dia di sini?" seru Kaidar sambil menunjuk Nathan. "Dia pasti memiliki cara untuk membuka peti mati perunggu itu."Bachira mengarahkan pandangannya kepada Nathan dan bertanya. "Nathan, apakah kau berniat membuka peti mati perunggu itu?"Tanpa ragu, Nathan mengangguk, dia telah datang untuk mencari harta karun yang tersembunyi di dalam peti mati perunggu tersebut."Tetapi kau harus berhati-hati. Terlalu banyak perangkap mengintai d

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 943

    Di depan mata, Ryuki menyaksikan kekejaman itu dan tatapan matanya berubah drastis. Dulu, dia hampir melepaskan kata-kata tajam, namun kini bibirnya terkatup rapat, menyembunyikan ketakutan yang mendalam dan tak berani menantang Nathan.Meski Ryuki terdiam, Nathan tak berniat membiarkan keadaan begitu saja. Langkahnya yang berat menggema di goa dengan situasi yang mencekam, mendekati Ryuki dengan aura ancaman yang kian menyengat. Tanpa ragu, Nathan mecengkram rambut Ryuki dan menariknya ke samping.Dengan suara gemetar dan penuh kepasrahan, Ryuki berusaha berkata. "Nathan, a-aku …. telah menyerahkan lukisan itu kepadamu. Aku takkan lagi berebut untuknya. Kenapa kau—"Namun Nathan tak segan menyela. "Sialan, aku tidak tahan melihatmu! Kau tahu kenapa?" Bugh!Sebelum Ryuki sempat bersuara lagi, Nathan mengayunkan tendangan keras ke dada Ryuki. Tendangan itu kembali memecahkan keheningan, lalu dengan kekuatan penuh, dia menancapkan kepala Ryuki ke dinding.BAAM!Dalam sekejap, darah men

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 942

    “Benarkah? Kalau begitu, buktikan saja!” serunya penuh tantangan. Dalam hitungan detik, Nathan maju lebih dekat dan dengan cekatan meraih lukisan yang selama ini menjadi simbol kekuatan dan misteri. Gerakannya cepat dan terukur, seolah lukisan itu telah menantikan saat ini selama-lamanya.BAAM!Tanpa pikir panjang, Ryuki meluncurkan serangan fisik murni. Tinju yang dilontarkan menebar kekuatan seperti palu baja, menghantam dada Nathan dengan keras dan suara benturan menggema, namun tubuh Nathan tetap tak tergoyahkan, seakan diselimuti perisai yang tak terlihat. Alih-alih, serangan itu menghantam Ryuki sendiri. Rasanya seperti menabrak lempengan besi yang keras, menyebabkan rasa sakit yang merembet ke seluruh tubuhnya.BRAK!“Aahhh!”Teriak Ryuki ketika tinjunya terlepas, dan tubuhnya pun terlempar bak layang-layang putus, menghantam dinding dengan kekuatan dahsyat.Dalam sekejap, perubahan mendadak itu membuat setiap mata terpaku pada Nathan, seakan kekuatannya menyambar ruang hening

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 941

    Ging mengernyit, menggenggam tinjunya dengan erat. Meski begitu, dia merasakan kekuatan dalam dirinya terkekang, tak mampu bersuara seperti biasanya.“Ini pasti formasi gravitasi intimidasi,sesuatu yang menyedot semua energi kita!” seru Leorio, suaranya menggema dengan kekhawatiran dan kepastian.Ging menatap tajam ke arah Leorio dan bertanya. “Kepala keluarga Farhon, apakah kau punya cara untuk mematahkan formasi sihir ini?”Energi mereka terkungkung sedemikian rupa sehingga peti mati perunggu di depan mata mereka tetap terkunci, menyimpan rahasia yang tak terjamah.Leorio menggeleng pelan, wajahnya serius. “Formasi sihir sebesar ini bukan sesuatu yang bisa kupatahkan dengan mudah. Fondasinya berpijak pada kekuatan gunung, dan titik pusatnya dipicu oleh elemen air, sebuah mahakarya yang hanya bisa diurai oleh seorang kultivator tingkat atas! Jika aku tidak salah, ini adalah energi spiritual gua yang selama ini dibicarakan.”“Energi spiritual gua?” Ging terdiam, tercengang oleh perkat

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 940

    "Kak Nathan!" Abel segera berlari dan memapah Nathan agar berdiri.Nathan menatap Ging dengan sorot mata penuh kemarahan. "Dasar pengecut! Menyerang dari belakang?!" geramnya dam napasnya tersengal, darah mengalir dari sudut bibirnya.Ryuki melangkah cepat ke sisi Ging, menyerahkan gulungan itu kepadanya. Ging perlahan membuka gulungan lukisan itu dengan penuh rasa penasaran. Begitu terbuka, energi spiritual yang begitu murni mengalir keluar, menyelimuti tubuhnya. Sensasi segar menjalar di setiap pori-porinya, membuatnya seolah menyatu dengan kekuatan yang tak terbayangkan.Di dalam lukisan, pemandangan telah berubah. Sebuah kolam teratai terbentang luas, bunga-bunga teratai mekar dengan keanggunan surgawi. Setetes embun jernih menggantung di kelopaknya, memantulkan cahaya yang begitu nyata seakan dia adalah bagian dari dunia ini.Ging terkekeh, matanya berbinar penuh kesenangan. "Lukisan yang indah, luar biasa!"Namun, suara Nathan yang penuh amarah kembali memecah kesunyian. "Kau ma

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 939

    “Hahaha!” Mendengar makian Nathan, semua orang terkejut. Hanya Bachira yang tertawa terbahak-bahak. “Nathan, kau cukup berani! Tidak perlu mendengarkan orang-orang yang sok suci ini.”Raut wajah Ging menjadi sangat jelek, tinjunya mengepal, dan matanya berkedip. “Tuan Muda Ryuki, rebut gulungan itu, dan itu akan menjadi milik Keluarga Zellon.”Ryuki merasakan gelombang kesalahan yang menyelimutinya. “Tuan Ging, Bachira ….”“Tenang saja,” Ging menjawab dengan suara dingin. “Siapa pun yang berani membantu Nathan hari ini, aku akan pastikan dia hancur berkeping-keping!”Begitu kata-kata itu terucap, aura menakutkan mengalir dari tubuh Ging, menyelimuti semua yang ada di sana dengan kegelapan yang mencekam. Raut wajah Bachira berubah, ketakutan menyergapnya. Ledakan aura Ging membuatnya merasa tak berdaya. Dengan kekuatannya saat ini, bahkan ditambah dengan dua puncak penguasa Ingras yang dia bawa, dia tahu bahwa melawan Ging adalah sebuah bunuh diri.Mendengar ancaman Ging, Ryuki merasak

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 938

    Nathan menarik Bachira. “Tuan Bachira, sebaiknya kita berhati-hati. Aku merasa ada sesuatu yang tidak beres di dalam gua ini!”“Nathan, apakah kamu terlalu waspada? Di dalam gua ini tidak ada apa-apa selain peti mati perunggu itu!” Bachira mengamati sekeliling, tidak melihat apapun yang mencurigakan.Namun, saat Nathan ingin menjawab, tiba-tiba muncul beberapa orang dari belakang ruang makam. Mereka adalah Ryuki dan bawahannya yang sudah pergi sebelumnya.Melihat peti mati perunggu di atas, raut wajah Ryuki menunjukkan kegembiraan. “Ternyata di balik ruangan makam ini memang ada sesuatu. Untung saja kita tidak pergi!”Melihat Ryuki kembali, raut wajah Bachira penuh penghinaan. “Kalau bukan karena Nathan, apakah kalian bisa menemukan tempat ini? Dasar tidak berguna!”Kata-kata Bachira membuat raut wajah Ryuki berubah, tetapi dia tidak membalas. Tatapannya langsung melekat pada peti mati perunggu itu. Karena Nathan dan Bachira ada di sini, Ryuki tidak berani mendekati peti mati.Trak! T

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status