Share

Bab 318

Penulis: Imgnmln
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-11 19:21:32

“Mereka sedang berjudi!” Ucap Beverly dengan ekspresinya yang kesal. "Lihatlah, para pria pada dasarnya memang bodoh dan suka berjudi!"

"Apa yang sedang mereka lakukan?" Nathan bertanya dengan penasaran.

"Apa kamu tuli, hah? Kubilang mereka sedan berjudi!" Dengus Beverly dengan kesal.

"Apa yang salah dengan pertanyaanku?" Nathan mengangkat alisnya. "Maksudku, mereka sedang berjudi untuk apa?"

"Batu giok!" Jawab Beverly dengan singkat dan datar.

Mendengar Beverly mengatakan mereka sedang judi batu giok, dia langsung tertarik, mungkin dia bisa memilih beberapa batu giok dari antara batu-batu itu dan membuatkan perhiasan untuk Sarah.

“Tapi, menurutku, di mata para pria ini, tumpukan batu itu sama seperti barang kosmetik kelas atas di mata kalian para wanita,” Nathan tersenyum ringan, lalu berjalan menghampiri.

Prok! Prok! Prok!

“Wah, Giok Imperial?"

"Benar itu adalah Giok Imperial!”

​Nathan dan yang lainnya bahkan belum sampai, dan sudah mendengar tepuk tangan meriah dari kerum
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 319

    “Nona Beverly, kamu harus bertanggung jawab atas apa yang kamu bicarakan, kami semua adalah pengusaha yang jujur dan memiliki aturan prinsip. Lagipula, ada begitu banyak orang di sini, aturan dalam perjudian batu giok ini adalah, ada uang ada barang! Sebelumnya, aku membiarkan dia membuka batu karena merasa dia sangat kasihan. Namun hari ini, aku tidak merasa begitu lagi, lantas tidak boleh? Apa itu melanggar aturan?” Edinson menatap Beverly dengan agresif, dan seketika membuat Beverly terdiam sesaat. “Berikan batu itu kepadanya!” Pada saat ini, Nathan dan Sarah juga keluar dari kerumunan. “Kakak ipar!” Saat melihat Nathan, mata Flint langsung berbinar. “Kakak ipar, ini adalah batu Giok Imperial, harganya paling rendah bernilai 500 juta, bagaimana boleh mengembalikanya kepada mereka?” Panggilan kakak ipar dari Flint membuat Beverly dan Nathan terkejut, bagaimana Flint boleh menyapa sembarangan di depan Sarah. Sarah tercengang, dia melihat Nathan lalu melihat Beverly dengan wajah y

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-12
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 320

    "Apa kamu tuli, hah?!" dengus Edinson sambil menunjuk telinganya. “Aku sudah bilang, uang muka tidak bisa di kembalikan, kalau kamu mau, pilih salah satu batu, kalau tidak mau, enyah sekarang juga!” timpalnya melambaikan tangan.​ “Kamu!” Flint baru ingin memarahinya, tapi Nathan menghalanginya. “Seratus juta itu bisa dipakai untuk memilih batu mana pun di toko ini?” tanya Nathan dengan datar. “Tentu saja, silahkan pilih batu kasar yang kamu mau dalam tumpukan ini!” Edinson menunjuk setumpuk batu kasar yang ada di belakangnya. Nathan melirik sekilas batu kasar itu dan menggelengkan kepalanya diam-diam, karena di dalam sini sama sekali tidak ada Giok Imperial, bahkan Giok Zamrud saja tidak ada. Namun saat Nathan melirik tumpukan batu kasar berantakan yang disimpan di dalam sebuah karung, tubuhnya sedikit bergetar. “Apa aku boleh memilih batu yang ada di sana?” Nathan menunjuk tumpukan batu yang berada di sebuah karung. “Itu semua adalah batu buangan yang sudah dibuka, kalau kamu m

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-12
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 321

    “Sialan! Jika aku tidak mau buka, kamu bisa berbuat apa padaku?!” Edinson mengangkat wajahnya dengan angkuh.​ Bugh! Nathan melayangkan satu tinjunya, dan langsung menghantam hidung Edinson hingga berdarah.Nathan tidak menggunakan kekuatan spiritualnya kali ini, kalau tidak, kepala Edinson pasti sudah meledak. “Sialan! Berani memukuliku? Hajar! Siksa mereka!” Edinson menyeka darah segar di mulutnya, dan langsung berteriak kepada belasan pria kekar di belakangnya. Belasan pria kekar itu seketika menyerbu dengan tongkat, dan saat Nathan hendak turun tangan, Beverly dengan tubuh kuatnya sudah maju terlebih dahulu. Beverly mungkin bukan lawan dari para ahli bela diri yang tergabung dalam Martial Shrine. Tapi, kalau hanya menghadapi pria-pria seperti ini, Beverly sudah lebih dari cukup. Bugh! Kraak! Bugh! Kreek! Bugh! "A-aaarggghhh!" Dalam beberapa menit, Beverly sudah berhasil membuat belasan pria kekar itu tersungkur di tanah. Kali ini, Beverly tidak berbelas kasihan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-12
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 322

    “Stefano, orangmu lah yang terlebih dahulu membohongi adikku, yang seharusnya memberi penjelasan adalah kalian!” Beverly berkata dan menatap pemuda itu dengan marah. “Cuih! Yang aku tahu, kalian membuat keributan di tempatku, melukai orangku, yang lainnya aku tidak tahu," ujar Stefano membuang puntung rokok ke tanah dengan arogan. "Minta maaf sekarang juga, ganti kerugianku, dan mungkin aku bisa membiarkan kalian tetap hidup!” ​ “Kalau aku tidak mau?” Nathan menatap Stefano dan menyeringai. “Kalau begitu, kamu tidak akan bisa pergi!” Disusul dengan suara Stefano, beberapa orang di belakangnya segera mengepung Nathan. Hanya ada seorang lelaki tua kurus yang berdiri di samping Stefano dan tidak bergerak. Nathan melirik mereka, lalu menyadari beberapa orang ini merupakan seorang kultivator dengan tingkatan Ingras, dan jauh lebih kuat dibandingkan dengan para pria kekar tadi. Sedangkan lelaki tua yang ada di samping Stefano itu penuh energi, dan auranya tidak lebih lemah daripada Al

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-12
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 323

    “Tuan Muda Maven, batu-batu kita—” Plak! ​ Sebelum Edinson selesai berkata, dia mendapatkan tamparan yang keras dari Larry. Gambaran telapak tangan terlihat dengan jelas di sisi kiri wajah Edinson. Edinson terperangah, dia hanya bisa terdiam melihat Nathan yang membawa pergi batu-batu itu.​ ​“Paman Larry, apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Stefano dengan bingung. ​ “Hmm …. Tuan Muda, ini masalah besar, kita sudah membuat masalah besar! Masalah ini harus diputuskan oleh Tuan Besar!”Larry menghela nafasnya dan kembali pulang bersama Stefano. *** Kediaman Keluarga Maven. “Dasar bajingan! Bocah sialan! Aku akan membunuhmu!” Alfred yang mendengar cerita dari Larry seketika meraung dengan keras. Plak! Alfred melayangkan tamparan ke kepala Stefano. "Kemari sialan!" Namun dia dihentikan oleh Larry. “Tuan Besar, walaupun kamu membunuh Tuan Muda sekarang, tidak ada gunanya, yang harus kita lakukan saat ini adalah membuat Tuan Nathan menghilangkan kesan buruk terhadap

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-13
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 324

    Keesokan harinya, setelah hujan yang mengguyur semalaman. Senja pagi hari terlihat sangat indah di bawah cakrawala. ​ “Ah …. Eve! Lihat, lihatlah kemari!” Sarah berteriak sembari menatap ke arah luar jendela. Awan yang menari di atas langit dengan indah dan suara kicauan burung di atas ranting pohon dapat terdengar. ​ "Ini …. Aku belum pernah melihatnya! Ini sangat indah!" Beverly berseru kegirangan, matanya berbinar-binar. Sarah dan Beverly menatap langit berwarna jingga itu dengan wajah yang terlihat begitu bahagia. Sedangkan Nathan, dia mencari udara segar di halaman, dan menggerakkan tubuhnya, seorang bawahan bergegas menghampiri dan membisikkan beberapa kata di telinga Nathan. Nathan tercengang sejenak, lalu sudut mulutnya tiba-tiba terangkat. “Ayo keluar dan lihat!” Setelah pintu villa dibuka dan Nathan berjalan keluar, dia melihat Stefano yang masih berlutut di tanah, tubuhnya basah kuyup dan dia tampak sangat malu, tatapan matanya kosong. Saat melihat Natha

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-13
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 325

    “Ah …. andai saja, kita tahu dimana klan lainnya berada, pasti bisa mengumpulkan uang itu!” Ryzen tiba-tiba menghela nafasnya. “Sudahlah, yang penting kalian juga sudah berusaha, aku akan memikirkan tentang masalah uang. Kalian, pergilah bersenang-senang!” Nathan tersenyum dan melambaikan tangannya. Wajah Nicole memerah dan berjalan keluar, sementara Ryzen melirik Nathan dengan rasa berterima kasih dan berjalan pergi. Setelah Nicole dan Ryzen pergi, Nathan mengernyitkan keningnya. 'Uang lima triliun bukanlah jumlah yang kecil, dari mana bisa mendapatkannya?' Kalau sampai tidak ada cara lagi, dia hanya bisa meminta bantuan kepada mertuanya sendiri, Kevin. Namun, meskipun Keluarga Wibowo merupakan orang terkaya di Kota Vale, mereka belum tentu memiliki dana sebesar itu. Sebagian besar kekayaan mereka pasti berupa aset dan bisnis, dan akan memakan waktu untuk mencairkannya. Pada siang harinya, Alfred mengirim mobil untuk menjemput Nathan, dan yang mengemudi adalah Stefano. Saat me

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-13
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 326

    Saat Stefano membawa Nathan sampai di kediaman Keluarga Maven, Alfred sudah membawa seseorang dan menunggu di depan pintu. Ketika melihat Nathan, Alfred membantu Nathan membukakan pintu secara pribadi dan membawanya masuk ke dalam rumah..Memasuki ruang tamu Keluarga Maven, Nathan menemukan kalau Alfred sudah menyiapkan makanan yang sangat mewah, dia mempersilahkan Nathan untuk duduk di kursi utama, dan setelah itu mereka baru berani duduk.“Tuan Maven terlalu sungkan, hanya acara makan-makan tidak perlu sampai semewah ini!” Nathan melihat meja yang penuh dengan makanan dan tersenyum ringan.“Tuan Nathan adalah tamu kehormatan, aku tidak berani tidak memberi muka!” Alfred berkata sambil berdiri dan menuangkan segelas teh untuk Nathan.“Stefano, masih tidak mau bersulang untuk Tuan Nathan? Tebus kesalahanmu pada Tuan Nathan!” Setelah Alfred menuangkan teh untuk Nathan, dia berkata pada Stefano.“Tidak perlu, bukan masalah besar, tidak perlu terus meminta maaf, nanti aku terlihat sepert

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-14

Bab terbaru

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 881

    "Apa-apaan ini?" Nathan tanpa sadar menelan ludahnya.Seekor monster raksasa setinggi beberapa meter, dengan gigi tajam dan bentuk aneh yang sulit dikenali, muncul. Monster itu mengendus darah di tanah, lalu membuka mulutnya dan langsung menelan salah satu dari tiga jenderal agung itu. Dua pria lainnya ketakutan, mereka berdiri diam tak berani bergerak. Mereka menyaksikan bagaimana mereka akan ditelan oleh monster itu, dan tanpa menunggu waktu yang lama, ketiga jenderal agung itu telah habis dilahap oleh monster mengerikan itu.Nathan baru mengerti apa yang dimaksud Squala dengan pengorbanan. Ternyata, dia menggunakan nyawa tiga orang itu untuk memunculkan monster ini."Beraninya kamu memaksaku untuk mengeluarkan Manticore ku! Hari ini, aku tidak akan mengampuni kalian," gertak Squala.Walau dia bisa membunuh Nathan dan yang lainnya, dia tahu dirinya pasti akan dihukum saat kembali. Tiga tahap awal penguasa Ingras keluarganya dikorbankan olehnya begitu saja. Walau dia adalah putra dar

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 880

    Atas perintah Squala, ketiga jenderal agung itu mulai menghunuskan senjata mereka dan menyerang anggota kepolisian serta prajurit yang dibawa oleh Erya."Erya, kamu hadapi saja ketiga cunguk itu, serahkan Squala kepadaku!" kata Nathan dengan buru-buru kepada Erya.Pasukan Erya baru saja diracuni dan kekuatannya belum pulih sepenuhnya. Jika hanya mengandalkan Anderson dan anggota kepolisian untuk melawan para pendekar samurai, Nathan khawatir mereka akan berada dalam bahaya. Oleh karena itu, dia meminta bantuan Erya.Erya menatap Nathan, berteriak marah, dan menerjang kepada tiga jenderal agung itu.Sementara itu, Nathan menatap Squala dengan dingin, raut wajahnya terlihat tampak bangga. "Sekarang, saatnya kamu merasakan kekuatanku."Setelah mengatakan itu, aura di tubuh Nathan meledak, cahaya keemasan muncul seperti matahari di langit, sinarnya begitu menyilaukan, jauh lebih kuat daripada cahaya yang dipantulkan oleh tiga jenderal agung hitam itu."Aruna Slash!" ucap Nathan tanpa basa

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 879

    “Cepat sekali, sepertinya jurus bayangan itu persis dengan yang aku harapkan,” Nathan tersenyum tipis. Beberapa hari ini, dia sudah mencoba mencari tahu tentang kekuatan bayangan yang dikuasai oleh Squala, dan mendapatkan beberapa pengetahuan.Hwoossshhh!BAAM!Sosok Squala melesat dengan cepat dan menghantamkan sebuah pukulan keras pada tubuh Nathan. Nathan tidak menghindar, langsung menerima pukulan itu. Tubuhnya bergetar, namun tidak mengalami luka apapun.Di sisi lain, Squala merasa tangannya mati rasa. Dia berdiri tidak jauh dari sana, menatap Nathan dengan dingin.“Ternyata memang benar, semakin cepat kecepatanmu, tenagamu akan semakin kecil. Kamu tidak bisa melesatkan kekuatan dan kecepatan di saat bersamaan. Yang kamu sebut jurus bayangan adalah mengorbankan kekuatan untuk kecepatan. Sekarang sepertinya tidak lebih dari sebuah mainan bagiku,” Nathan menatap Squala dan mencibir.Bayangan Squala bisa menipu mata semua orang tidak lebih karena kecepatannya yang terlalu cepat, hal

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 878

    “Lalu, apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Dengan kekuatan kita berdua, Squala sama sekali bukan tandingan kita!” Erya berencana bekerja sama dengan Nathan untuk membunuh Squala bersama. Jika keduanya bekerja sama, membunuh Squala akan semudah meniup debu.“Pasukanmu sudah terkena racun, Squala pasti memiliki penawarnya. Aku akan memberitahumu apa yang harus kita lakukan,” Nathan mengajarkan sebuah cara kepada Erya.Erya yang mendengarnya matanya berbinar, dan segera setuju dengan cara yang disarankan Nathan.“Erya, bunuh dia, untuk apa kau bertele-tele?!” Squala melihat Erya yang bertarung jarak dekat dengan Nathan dan tidak bisa mengalahkan Nathan, berteriak marah.“Erya, karena kamu sudah kehilangan kendali atas dirimu, jangan salahkan aku tidak segan-segan!” setelah Squala berteriak, Nathan juga berteriak dan cahaya keemasan bersinar pada kepalan tinjunya, lalu tinju itu diarahkan dengan keras ke arah Erya.Sepertinya, Nathan benar-benar sudah kehabisan kesabarannya. Walau Er

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 877

    "Bajingan! Persetan denganmu!" Erya menatap Squala yang tertawa terbahak-bahak, tatapannya dipenuhi kemarahan dan dia melayangkan tinjunya ke arah Squala.Squala menggeser kakinya dan menghindar tanpa panik.Sementara itu, tiga pria bertopeng itu mempercepat mantra mereka. Kekuatan Erya terlalu kuat, sehingga butuh waktu untuk bisa mengendalikan Erya.“Arrrghhhhhh!” Erya kembali meraung dengan keras, dia berusaha untuk kembali menyerang Squala, tapi rasa sakit yang menusuk di otaknya membuatnya jatuh ke tanah.Melihat Erya, sudut mulut Squala terangkat sedikit. “Budakku, sekarang aku perintahkan padamu, bunuh orang yang ada di hadapanmu!”Suara Squala terdengar seolah berasal dari neraka terdalam, membuat Erya yang menggila seketika menjadi tenang. Sepasang matanya yang merah menatap Nathan dengan erat, lalu bangkit berdiri.“Erya!” Melihat Erya seperti itu, Nathan mengernyitkan keningnya, tubuhnya mundur beberapa langkah ke belakang.“Matilah!” Erya menghantamkan tinjunya dengan kuat

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 876

    "Bagaimana, apakah serbuk dari bunga Amarilis sudah menyebar ke seluruh pulau?" tanya Squala kepada tiga pria bertopeng dan berjubah hitam itu."Tuan Muda Ryodan, serbuk bunga itu sekarang sudah menyebar ke seluruh pulau, tapi demi tidak menimbulkan kecurigaan mereka, kami tidak banyak menyebar serbuk itu ke pinggiran," jawab seorang pria berjubah hitam."Bagus sekali, nanti setelah kembali aku akan memberi penghargaan besar kepada kalian," Squala mengangguk puas."Terima kasih, Tuan Muda Ryodan!"Tiga pria berjubah itu langsung berlutut dengan wajah gembira.Sekelompok pendekar samurai yang dibawa oleh Ryodan menunjukkan raut wajah yang tidak natural setelah mengetahui serbuk bunga Amarilis telah lama disebar di pulau itu. Serbuk itu sangat beracun dan dapat menyebabkan halusinasi, gangguan saraf, dan delusi. Bunga itu biasa disebut bunga kematian oleh keluarga Ryodan.Squala secara diam-diam menyebarkan serbuk ini di pulau tanpa memberitahu mereka terlebih dahulu. Sekarang mereka se

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 875

    Di atas kapal, Nathan memimpin tim dan berdiskusi dengan tim Erya, sementara Squala dan timnya duduk di samping.“Ketua, sepertinya tim dari Northern dan Wilom sudah membentuk aliansi. Kalau begitu, bukankah kita akan dirugikan jika melawan dua tim itu?” Seorang pria berseragam samurai dan memegang Katana menghampiri Squala dan bertanya dengan suara pelan.Squala melirik Nathan dan Erya yang berbincang, tatapannya tidak menunjukkan rasa gugup, melainkan kilatan kelicikan. “Jika mereka ingin membentuk aliansi, biarkan saja. Pada saatnya, tidak satu pun dari mereka akan keluar dari pulau ini.”“Apakah ketua sudah menyiapkan tindakan pembalasan?” Pendekar samurai itu bertanya dengan suara pelan.Squala menatap pria itu dengan dingin. “Bodoh, apakah itu pertanyaan yang harus kamu tanyakan?”Melihat Squala marah, pendekar samurai itu ketakutan, dia segera membungkuk dan meminta maaf. “M-maaf, aku salah!”Setelah beberapa jam di atas perahu layar, perahu itu tiba di pulau kecil itu dengan c

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 874

    Nathan sebenarnya juga merasa hal itu sulit, karena tempat itu ramai didatangi dan merupakan objek wisata. Hampir tidak mungkin menyembunyikannya dari publik."Kalau begitu, kita bicarakan lagi nanti. Untung saja aku sudah menyegel makam kuno itu dengan formasi sihir, jadi orang biasa tidak akan bisa mendeteksinya," kata Nathan dengan pasrah."Tuan, makam kaisar seperti itu biasanya tidak boleh dilakukan penggalian pribadi. Walaupun ditemukan, tidak banyak gunanya. Namun, kamu bisa menggunakan penemuan makam kaisar ini untuk membantumu pada saatnya tiba. Mungkin bisa membantumu mendapatkan tempat dalam pelatihan tahun ini," ujar Nelson."Pelatihan?" tanya Nathan bingung."Ini adalah kolaborasi antara pemerintahan dan Martial Shrine. Mereka memilih kawasan arkeologi untuk dijadikan tempat berlatih bagi seniman bela diri muda. Ini adalah acara yang diselenggarakan oleh pemerintahan untuk menyenangkan hati orang-orang," jelas Nelson.Setelah mendengar penjelasan Nelson, Nathan langsung t

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 873

    Setelah setengah jam, Nathan dan Milan kembali ke perjamuan dan menemukan Sienna serta Yarke sudah mabuk dan tidak sadarkan diri. Nathan tersenyum tak berdaya, lalu membawa Sienna pergi.Di tempat lain, berbeda dengan kepolisian, ada sebuah hotel yang tidak jauh dari gedung kepolisian. Raut wajah Squala menjadi dingin saat melihat lampu-lampu terang dan hiruk pikuk di kepolisian."Tuan Ryodan, ada pesan dari dalam negeri yang memintaku menjelaskan masalah hari ini. Apa yang harus aku katakan?" Seorang pria berjas mendekat. Dia adalah ketua delegasi Negara Solara, tapi di hadapan Squala, dia tidak berani bersikap tidak hormat.Walau Squala sudah kalah dan mengakui kekalahannya, mereka tidak berani menertawakannya. Di Negara Solara, Squala memiliki dukungan dari seluruh keluarga Ryodan. Bahkan keluarga kerajaan pun harus bersikap sopan kepada Keluarga Ryodan."Menjelaskan apa? Menjelaskan bagaimana aku bisa kalah? Beritahu mereka, aku sengaja menunjukkan kelemahanku dan kalah. Saat komp

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status