"Insya Allah bisa. Lebih baik aku bekerja keras, tenagaku masih kuat dan cukup mampu melakukan serta otakku masih bisa berpikir dan menyerap hal-hal yang baru. Daripada aku harus meminta-minta. Bukankah itu juga tidak baik. Apa Kata orang di desa ini, kalau aku hanya mengandalkan kekayaan orang-orang saja," jelas Ben.Baik Elmo dan Lee paham akan jalan pikiran Ben. Tidak ada istilah meminta-minta apalagi memanfaatkan orang lain demi keuntungannya sendiri."Jika dirasa itu baik untukmu, maka lanjutkanlah. Tapi, jika kau sudah lelah … istirahat sejenaklah hyung," nasihat Lee."Terima kasih banyak Lee. Baiklah sebelum larut malam, Kami bertiga pamit. Aku takut ayah khawatir," pamit Ben.Keinginan terpendamTiba dirumah, ketiga putra Alexi langsung membersihkan diri, dan bersiap untuk makan malam. Kali ini sedikit berbeda dari makan malam sebelumnya, dimana anggota keluarga yang hadir lengkap.Tuan Alexi duduk menghadap ke arah empat anaknya, menyantap makan malam buatan putri kesayangann
“Stoopp. Kalian salah. Bukan dia yang sudah mengambil laptop salah satu pengunjung kami. Tapi pemuda yang tergeletak di bawah itulah pencurinya,” ucap seorang pria dengan rambut di kepang.Wajah Ben sudah babak belur akibat serangan bogem mentah yang bertubi-tubi dari para pejalan kaki. Belum sembuh dengan luka lebam di wajah akibat bogem mentah dari para lintah darat. Kini ia harus merasakan sakit yang begitu dahsyat.Beberapa pejalan kaki yang menyerang Ben langsung mmeminta maaf, dan beberapa orang lagi langsung mengurus pencuri untuk di bawa ke kantor pihak berwajib. Dan beberapa orang lagi membawa Ben menuju rumah sakit kecil, guna mendapatkan pertolongan, termasuk diantaranya adalah pegawai gerai.Dua jam setelah mendapatkan perawatan kecil dari dokter, Ben pun pulang bersama pegawai gerai. Pegawai gerai sengaja meminta Ben untuk mengikutinya kembali ke gerai.“Maaf kak, bisakah kakak ikut dengan saya ke gerai,” pinta pria berambut kepang.“Untuk apa? Bukankah masalahnya sudah s
“Ben … jika kamu berkenan, maukah kamu bekerja di gerai souvenir ini? Kebetulan musim panen juga masih lama. Anggap saja sebagai hadiah rasa terima kasih paman padamu,” ucap Tuan Kim setelah ia memberikan hadiah dari orang asing.Bagai tanaman kering yang disiram oleh air hujan, doa Ben untuk mencari uang tambahan dengan bekerja di tempat lain terjawab sudah. Bibirnya tersenyum merekah lebar saat pria paruh baya itu menawarkannya sebuah pekerjaan.Tanpa berpikir panjang, Ben langsung mengangguk tanda setuju. Allah seolah merestui dan melimpahkan berkat untuknya hari ini.“Baguslah, kalau kau setuju. Nah, ini adalah usaha paman yang baru. Tapi, Hmmm … kira-kira paman lihat dulu ya, kira-kira posisi yang masih belum terisi itu apa,” ucap Tuan Kim sambil mengangkat gagang telefon.Pria paruh baya itu menekan tombol nomor tujuh. Tak banyak bicara, Tuan Kim hanya meminta pegawai yang mengangkat telefonnya untuk membawakan sebuah arsip, formulir dan semua kebutuhan untuk merekrut karyawan b
“Ampun Benedict. Aku berjanji tidak akan mengganggu keluargamu kembali,” raung pria lintah darat.“Bagus. Kau pegang janjimu. Kalau sampai ada ku dengar kau mengancam keluargaku melalui anak buahmu, maka aku tak akan segan lagi melakukan yang lebih keji dari ini,” ancam Ben.Pria lintah darat itu mengangguk ketakutan. Wajahnya sudah babak belur, berikut dengan seluruh tubuhnya lebam. Ia tak mengira bahwa putra sulung dari Alexi begitu kuat serta galak.Untung saja, hutang Alxi sudah lunas, sehingga ia tak perlu berurusan dengan putranya. Malam ini merupakan hari yang buruk dan mungkin bisa jadi satu pertanda bagi pria ini untuk mengakhiri pekerjaannya sebagai lintah darat. Dengan perasaan lega, karena satu masalah ayahnya bisa teratasi. Meski masih ada sembilan masalah hutang lainnya yang belum diselesaikan. Namun, ben hanya percaya pada kekuatan doa dan kemampuan dirinya untuk bisa bekerja sebaiknya.Malam semakin larut, Ben semakin lelah untuk pulang ke rumah. Ia pun memutuskan unt
“Hallo Ben. Sudah lama menunggu ya?” sapa Zora dengan sombongnya.Ben yang sedang meneguk air mineral dalam botol kemasan, langsung menyembur sedikit air berwarna bening yang baru saja masuk ke dalam saluran tenggorokkan. Kemeja flannel berwarna merah berikut dengan kaos dalam berwarna putih basah. Ben berusaha untuk menyeka air minum yang masuk ke dalam mulut dan hidungnya yang mancung.“Zo … Zora. Akhirnya kau tiba juga. Aku pikir kau tak jadi dating untuk malam ini,” ucap Ben.“Tentu saja aku akan datang. Mana mungkin aku melupakan janji kita,” balas Zora sambil tersenyum Smirk.Senyuman lebar menyeringai dari bibir tebal Zora. Dalam benaknya begitu bahagia lantaran bisa menginjakkan kakinya di tempat sekelas internasional, dimana banyak orang asing yang kaya raya menyempatkan waktu mereka untuk sekedar menikmati hiburan film kolosal atau film drama local mereka.Ben menganggap senyuman Zora sebagai tanda bahwa Zora menerima dirinya, dan mulai membuka hati untuknya. Gadis bermata
“Aku tidak tahu persis waktunya. Yang aku ingat saat itu adalah, Zora menghubungiku dan mungkin beberapa teman-teman lainnya untuk datang ke tempat ini. Dan Zora juga mengatakan bahwa ‘Malam ini kita akan menikmati pertunjukkan film di kelas internasional. Tenang saja akan ada yang mentraktir kita, tak perlu khawatir akan harga karcis mahal serta makanan pendamping saat menonton’,” jelas Zora.Tubuh Ben terasa lemas, kedua kakinya seakan tak memiliki tulang untuk berdiri. Hatinya masih menolak penjelasan dari gadis yang duduk disampingnya. Ben merasa bahwa gadis itu berkata dusta dan mungkin saja bahwa gadis itu merasa iri dengan Zora, bahwa ia akan mentraktirnya. Oleh karena itu gadis yang bernama Xael dan kawan-kawannya sengaja datang Kingsley.Ben tersenyum smirk meskipun di dalam hatinya sangat teriris. Dengan lantang, pemuda berwajah eropa ini mengatakan pada Xael, “Aku tidak percaya dengan kata-katamu. Aku tahu, pasti kalian iri dengan Zora karena berkencan di tempat yang begitu
“Apa? Tega sekali dia berbuat seperti itu padamu, Ben?” kesal Nyonya Jang Geum.Tidak ada yang dapat dilakukan oleh Ben selain meluapkan rasa kekesalan dan kekecewaannya dengan menumpahkan semua air matanya. Memang sempat pria berdarah Inggris ini memiliki keinginan untuk mengakhiri hidupnya. Hanya saja, dalam perjalanan pulang menuju rumah Elmo, ia sempat bertemu dengan bossnya, Nyonya Jang Geum.“Lalu untuk apa kau datang ke jembatan ini? Jangan katakan padaku, kalau kau ingin mengakhiri kehidupanmu, hanya karena gadis matre itu!” seru Nyonya Jang Geum.Ben terus saja menangis seperti anak kecil yang sedang mengadu pada ibunya. Sambil menatap penuh kesedihan, Ben hanya menjawabnya dengan anggukan bahwa memang ada pikiran ingin mengakhiri kehidupan. “Dengarkan aku, anak muda. Gadis itu tak pantas untuk kau tangisi, air matamu begitu berharga. Dia sama sekali tak pernah menghargaimu. Kau sama sekali tidak dianggap olehnya. Sudahlah, kau cari saja wanita yang lebih bisa menghargaimu,”
Sadar bahwa dirinya sudah bertindak terlalu jauh, Ben pun segera menyudahi pertengkarannya dengan adik perempuannya. Ia pun meminta agar Brie segera keluar dari kamarnya. Dalam benaknya Ben ingin sekali mengikuti kata-kata dari ketiga orang dekatnya, tapi apa daya ketika perasaan cinta mengalahkan akal sehatnya.Delapan bulanDelapan bulan berlalu, Ben masih saja menyimpan perasaan sayang dan cinta pada Zora. Meskipun dirinya harus menentang sahabatnya Elmo, bossnya, serta adik perempuannya. Ben yakin kalau Zora satu saat nanti akan jatuh hati padanya. Selama delapan bulan itu juga, Ben terus saja memperhatikan gerak-gerik Zora, mempelajari sikap dan sifat Zora, apa yang diinginkan melalui statusnya di social media.Selama delapan bulan, Ben tak pernah jemu untuk bertemu dengan Zora meskipun penolakan dengan cara kasar selalu terjadi. Lama kelamaan Zora pun semakin melunjak dengan perhatian-perhatian yang diberikan oleh Ben. Zora pun meminta Ben untuk menemuinya malam ini di pusat des