Setelah beberapa saat diskusi, diputuskan bahwa Roderic akan tetap tinggal di Greycastle untuk memastikan keamanan kota dan membantu proses pemulihan. Sementara itu, Darrel, Virgo, dan pasukan pengikutnya akan kembali ke kota Morph untuk melaporkan detail kejadian ini kepada Duke Davin Van Bertrand.Saat pertemuan selesai, Darrel berdiri dan menatap Roderic. "Aku akan segera berangkat ke Morph. Duke harus tahu apa yang terjadi di sini secepat mungkin."Roderic mengangguk. "Benar. Beritahukan semuanya dengan rinci kepada ayah. Aku akan memastikan Greycastle tetap aman sampai kau kembali."Saat Darrel, Virgo, dan prajurit-prajurit mereka bersiap untuk berangkat, Darrel merasakan perasaan tak tenang dalam dirinya. Kekuatannya yang baru ditemukan mungkin telah menyelamatkan Greycastle, tetapi dia tahu bahwa ada konsekuensi yang harus dihadapi. Kekuatan Drakonis, meskipun luar biasa, tetapi resikonya terlalu besar jika digunakan berlebihan. Darrel mulai bertanya-tanya apakah dia benar-ben
"Darrel Van Bertrand," suara itu bergema dalam pikirannya, "kau telah menunjukkan bahwa kau layak mewarisi kekuatan Drakonis. Tapi perjalananmu masih panjang. Ada banyak hal yang harus kau pelajari sebelum kau bisa benar-benar menguasai kekuatanku." Darrel duduk dengan tenang, mendengarkan dengan saksama. Dia tahu bahwa suara ini berasal dari kekuatan Drakonis yang telah menjalin hubungan dan menjaga keluarga Van Bertrand berabad-abad yang lalu. Kekuatan Drakonis tidak diwariskan melalui garis darah langsung keluarga Van Bertrand, melainkan hanya mereka yang terpilih oleh Drakonis itu sendiri yang dapat memperoleh warisan dan menjadi penerusnya. Dan alasan kenapa Drakonis memilih keluarga tersebut adalah karena Van Bertrand memiliki kekuatan fisik yang setara dengan ras Naga di zaman kuno. Namun, tak semua generasi keluarga Van Bertrand memiliki hal tersebut, sehingga sulit untuk menemukan penerus warisan Drakonis. "Kali ini, aku akan mengajarkanmu teknik bertarung yang hanya
Darrel duduk di hadapan ayahnya, menatap pria yang telah mengajarkannya banyak hal selama ini. "Keluarga Van Bertrand adalah salah satu pilar kekaisaran," lanjut Duke Davin. "Kita memiliki banyak sekutu, tetapi juga banyak musuh. Orang-orang yang iri dengan kekuatan dan pengaruh kita akan selalu mencoba menjatuhkan kita. Kau harus berhati-hati dengan siapa pun yang kau temui di Akademi Ravencroft. Tidak semua orang yang tersenyum di depanmu adalah teman." Darrel mengangguk, menyadari betul makna dari kata-kata ayahnya. "Selain itu," lanjut Duke Davin memandang Darrel dengan serius, "aku tahu kau memiliki hal besar yang tersembunyi dalam dirimu. Kekuatan itu, yang ada dalam dirimu, adalah anugerah dan kehendak leluhur kita... Jaga itu dengan baik, jangan sampai kekuatan itu menjadi kutukan bagi dirimu dan orang lain. Jangan biarkan kekuatan itu menguasai dirimu. Ingat, kau yang mengendalikan kekuatan, bukan sebaliknya." Darrel sedikit tersentak, sepertinya sang Duke mengetahui w
Darrel menghela napas saat dia tiba di gerbang besar Akademi Ravencroft. Gedung akademi tampak megah dan berkilau di bawah sinar matahari, dengan menara-menara tinggi yang menjulang, menggambarkan kemegahan dan sejarah panjang yang dimilikinya. Bangunan-bangunan di sekitar akademi mencakup luas wilayah yang cukup besar, seolah menegaskan bahwa tempat ini bukan sembarang lembaga pendidikan, melainkan salah satu pusat pengembangan dan kekuatan dari seluruh kekaisaran.Di depan gerbang utama, bendera besar dengan lambang kekaisaran berkibar anggun di udara. Puluhan calon siswa berjalan di sekitar, sebagian besar tampak kagum pada kemegahan yang mereka saksikan, sementara yang lainnya tampak penuh percaya diri. Namun, Darrel tidak membiarkan dirinya terserap dalam euforia para pendatang baru. Dia tahu, akademi ini bukan sekadar tempat belajar, melainkan arena di mana kekuatan dan bakat diuji dengan keras.Setelah menanyakan beberapa petugas mengenai lokasi asramanya, Darrel segera berj
Di barisan depan, para profesor duduk di kursi khusus, mengamati para siswa baru dengan mata tajam. Para pendatang baru, seperti Darrel, berdiri berbaris dengan rapi. Ini adalah salah satu momen paling penting bagi setiap siswa yang memasuki akademi, karena hari ini akan menentukan posisi mereka sebagai siswa pendatang baru di akademi.Suasana aula yang semula ramai mulai mereda ketika seorang profesor berdiri dari kursinya. Dia adalah Profesor Jack Garland, sosok yang berwibawa dan anggun. Profesor Jack Garland, adalah salah satu guru hebat di akademi, juga merupakan seorang penyihir ternama di Akademi kekaisaran Ravencroft dan memiliki banyak prestasi tercatat yang diakui. Dengan suara berat dan karismatik, Profesor Garland mulai memberikan pengantar dan membuka upacara.“Selamat datang di Akademi Ravencroft,” ucap Profesor Garland, suaranya menggema di seluruh aula. “Kalian semua datang dari berbagai penjuru kekaisaran, membawa kebanggaan keluarga dan harapan masa depan kalian. N
Sementara itu di kerumunan para siswa, Frey Han Rollock tentu merasa sedikit terkejut. Dia benar-benar tidak menduga Darrel akan memiliki skor poin rata-rata. Padahal dia masih mengingat dengan jelas kekalahannya waktu itu. Namun, dari hal tersebut Frey diam-diam tersenyum sinis tanpa alsan yang pasti."Apakah dia sedang bermain-main? Bagaimana jika aku diam-diam ikut campur," gumam Frey sambil tersenyum dingin.Biar bagaimanapun Frey sangat senang mengetahui skor Darrel lebih rendah dari apa yang dia miliki. Ini akan menjadi kesempatan untuknya membalas setelah dipermalukan waktu itu. Diam-diam Frey tersenyum jahat....Setelah semua peserta menyelesaikan tahap pertama dan kedua, ujian terakhir dimulai: duel satu lawan satu. Ini adalah bagian yang paling dinantikan oleh semua orang—kesempatan untuk membuktikan diri dalam pertarungan nyata.Arena duel terbentang luas di depan para siswa. Setiap pasangan akan dipilih secara acak untuk bertarung, dan mereka harus menggunakan semua yang
Serangan itu mengenai pinggang kiri Sanz dengan akurat, membuatnya terpental jauh ke sisi arena. Tubuh Sanz menghantam dinding arena dengan keras, membuat retakan kecil di tembok. Suasana arena mendadak sunyi. Para penonton terkejut melihat pemandangan itu, terutama karena Darrel yang sejak awal tampak defensif, tiba-tiba mengalahkan Sanz dalam satu pukulan.Sanz terkapar di tanah, tak mampu bergerak. Darrel, yang masih berdiri dengan tenang di tengah arena, tak menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Profesor Jack akhirnya menghampiri Sanz, memeriksa kondisinya sebelum mengumumkan hasil duel. "Pemenangnya, Darrel Van Bertrand!"Sorakan dan bisikan segera memenuhi arena. Tak ada yang menyangka bahwa Darrel, yang mencetak skor rata-rata dalam dua tahap ujian sebelumnya, bisa mengalahkan Sanz dengan begitu mudah. "Apa yang terjadi?""Tak mungkin? Bukannya dia memiliki skor poin rata-rata di tahap ujian pertama dan kedua, Mengapa Sanz kalah dari orang itu dengan skor keterampilan yang jauh
Di dalam kelas, terlihat beberapa siswa yang sudah duduk. Mereka semua terlihat biasa saja, dengan aura dan postur tubuh yang tidak mencerminkan bakat khusus. Salah satu dari mereka yang tampak sedikit berbeda adalah Lean Forc, teman sekamar Darrel di asrama. Pemuda berwajah culun itu tampak aneh melihat kesana kemari sambil menulis sesuatu di buku kecilnya. “Hallo,” sapa Darrel dengan senyum ramah, "Kau di kelas ini juga ya." Lean menoleh dengan sedikit kejutan, dia hanya mengangguk pelan. "Ya, kelas paling cocok untuk orang dengan bakat rendah sepertiku. Dan apa yang kau lakukan disini?" Darrel tertawa kecil, mengabaikan kerendahan hati Lean. "Tentu saja untuk belajar, memangnya apa lagi." Lean memandang Darrel dengan mata menyipit, "Bukannya nilaimu cukup bagus di atas rata-rata, kau bahkan mampu mengalahkan pemuda berbakat seperti Sanz, lantas mengapa kamu datang ke kelas paling rendah ini? Jangan bilang kau tersesat?" ucapnya. "Mana kutahu, aku mendapatkan perintah
Keesokan harinya, Darrel dan teman-temannya berada di tempat latihan sejak pagi. Semangat dan antusiasme mereka membara, meskipun waktu latihan terasa sangat melelahkan. Mereka sadar bahwa ini adalah kesempatan untuk membuktikan diri, dan setiap detik yang terbuang adalah kehilangan kesempatan untuk berkembang. Latihan fisik yang keras diiringi dengan strategi yang matang telah menjadi bagian dari rutinitas mereka. Mereka sudah hampir melupakan dunia luar, fokus pada persiapan untuk kompetisi yang semakin dekat.Namun, ketenangan mereka tak berlangsung lama. Tiba-tiba, sekelompok siswa dari kelas menengah berjalan menghampiri mereka. Mereka mengenakan seragam akademi yang rapi dan menatap tim Darrel dengan pandangan arogan. Di depan kelompok itu, seorang siswa bertubuh kekar dan tinggi berdiri dengan tangan disilangkan di dada, tersenyum mengejek."Itu Andrew Vandirc," bisik Lean pada Darrel. "Dia keponakan Instruktur Sebastian. Salah satu siswa yang paling berpengaruh di kelas men
Dengan bimbingan dari Drakonis yang mengalir dalam dirinya, Darrel mengajarkan mereka teknik-teknik dasar yang memanfaatkan kecepatan, namun dengan penekanan pada keseimbangan dan ketepatan serangan. Setiap gerakan Dims dan Lissa diarahkan untuk mengurangi gerakan yang tidak perlu, sehingga mereka bisa bergerak lebih cepat dan efisien.Dims, yang biasanya bertarung dengan penuh antusiasme tanpa memikirkan pertahanan, kini mulai memahami pentingnya menjaga jarak dan menyesuaikan langkah kakinya. Setiap serangan yang ia lakukan sekarang lebih terukur, lebih terfokus.Lissa, yang awalnya ragu dengan setiap gerakan, mulai merasakan peningkatan kepercayaan diri. Dengan sedikit dorongan dari Darrel, dia bisa merasakan bahwa setiap langkah dan ayunan pedangnya lebih presisi."Kalian luar biasa, aku hanya mengajarkan kalian sedikit, namun kalian berkembang dengan cepat." kata Darrel setelah beberapa kali latihan intens. "Teruslah berlatih, ini baru teknik dasar, tapi kalau kalian bisa menguas
Mereka berlatih setiap hari, berusaha meningkatkan kemampuan fisik, mental, dan taktik. Darrel mengatur strategi dengan hati-hati, memanfaatkan setiap keahlian yang dimiliki oleh anggota timnya."Lean, kau akan bertanggung jawab dalam bidang informasi dan strategi. Kau tahu lebih banyak tentang hutan Crofis daripada kami semua," kata Darrel saat mereka berlatih di lapangan.Lean, meskipun tidak sekuat anggota tim lainnya, memiliki kecerdasan yang luar biasa. Ia adalah tipe orang yang dapat menganalisis situasi dengan cepat dan merencanakan strategi yang matang. Darrel tahu bahwa keahlian Lean sangat penting untuk kerjasama tim mereka."Aku akan melakukan yang terbaik," jawab Lean dengan serius. Ia memang tidak memiliki fisik dan keterampilan berpedang yang hebat, tapi ia bertekad untuk tidak menjadi beban bagi kelompoknya.Dims, meskipun tidak sekuat Jose, adalah seorang yang cepat dan gesit. Ia menjadi andalan dalam latihan kecepatan dan ketangkasan. "Kalau kita bisa bertahan dari b
Hari-hari berlalu dengan cepat, dan atmosfer di Akademi Kekaisaran Ravencroft semakin dipenuhi ketegangan. Sejak kesepakatan berisiko yang dilakukan Darrel dengan Instruktur Sebastian, suasana kelas pemula di Akademi Ravencroft berubah drastis. Para siswa, yang sebelumnya sudah terbebani oleh tugas-tugas fisik yang berat, kini merasa lebih tertekan oleh taruhan besar yang digantungkan di atas kepala mereka. Mereka kini hidup dalam ketakutan akan hasil dari kompetisi antar kelas yang akan datang.Darrel, yang kini menjadi pusat perhatian, merasakan tatapan canggung dari rekan-rekannya. Rasa gugup yang melingkupi mereka tampak jelas. Darrel tahu bahwa keputusan yang ia buat bukan hanya memengaruhi dirinya sendiri, tetapi juga masa depan seluruh siswa kelas pemula. Sebagian besar dari mereka, meski tak berani berkata secara langsung, merasa bahwa keputusan Darrel terlalu gegabah. Mereka tidak yakin apakah bisa membantu Darrel dalam memenangkan kompetisi tersebut, terutama mengingat
Beberapa hari kemudian, suasana di Akademi Ravencroft terasa lebih tegang dari biasanya, terutama bagi kelas pemula. Darrel telah menyelesaikan rutinitas pagi dan bergegas menuju lapangan tempat latihan fisik berlangsung. Hari ini adalah kelas praktek, di mana setiap murid diharuskan menjalani latihan fisik yang cukup berat. Lapangan luas yang dipenuhi debu telah siap menyambut para siswa dengan tantangan yang tak sedikit.Darrel memandang sekeliling, melihat teman-temannya, termasuk Lean, yang berdiri dengan wajah penuh kecemasan. Mereka tahu bahwa latihan fisik di bawah pengawasan Instruktur Sebastian bukanlah sesuatu yang bisa dianggap enteng. Selain latihan keras yang mereka jalani, ada satu hal lagi yang membuat mereka semakin takut: sifat kejam Sebastian.Instruktur Sebastian muncul di depan mereka dengan senyum sinisnya yang sudah dikenal oleh seluruh siswa. Dengan tangan di pinggang, ia memerintahkan murid-murid untuk mulai berlari mengelilingi lapangan sebanyak sepuluh putar
Di dalam kelas, terlihat beberapa siswa yang sudah duduk. Mereka semua terlihat biasa saja, dengan aura dan postur tubuh yang tidak mencerminkan bakat khusus. Salah satu dari mereka yang tampak sedikit berbeda adalah Lean Forc, teman sekamar Darrel di asrama. Pemuda berwajah culun itu tampak aneh melihat kesana kemari sambil menulis sesuatu di buku kecilnya. “Hallo,” sapa Darrel dengan senyum ramah, "Kau di kelas ini juga ya." Lean menoleh dengan sedikit kejutan, dia hanya mengangguk pelan. "Ya, kelas paling cocok untuk orang dengan bakat rendah sepertiku. Dan apa yang kau lakukan disini?" Darrel tertawa kecil, mengabaikan kerendahan hati Lean. "Tentu saja untuk belajar, memangnya apa lagi." Lean memandang Darrel dengan mata menyipit, "Bukannya nilaimu cukup bagus di atas rata-rata, kau bahkan mampu mengalahkan pemuda berbakat seperti Sanz, lantas mengapa kamu datang ke kelas paling rendah ini? Jangan bilang kau tersesat?" ucapnya. "Mana kutahu, aku mendapatkan perintah
Serangan itu mengenai pinggang kiri Sanz dengan akurat, membuatnya terpental jauh ke sisi arena. Tubuh Sanz menghantam dinding arena dengan keras, membuat retakan kecil di tembok. Suasana arena mendadak sunyi. Para penonton terkejut melihat pemandangan itu, terutama karena Darrel yang sejak awal tampak defensif, tiba-tiba mengalahkan Sanz dalam satu pukulan.Sanz terkapar di tanah, tak mampu bergerak. Darrel, yang masih berdiri dengan tenang di tengah arena, tak menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Profesor Jack akhirnya menghampiri Sanz, memeriksa kondisinya sebelum mengumumkan hasil duel. "Pemenangnya, Darrel Van Bertrand!"Sorakan dan bisikan segera memenuhi arena. Tak ada yang menyangka bahwa Darrel, yang mencetak skor rata-rata dalam dua tahap ujian sebelumnya, bisa mengalahkan Sanz dengan begitu mudah. "Apa yang terjadi?""Tak mungkin? Bukannya dia memiliki skor poin rata-rata di tahap ujian pertama dan kedua, Mengapa Sanz kalah dari orang itu dengan skor keterampilan yang jauh
Sementara itu di kerumunan para siswa, Frey Han Rollock tentu merasa sedikit terkejut. Dia benar-benar tidak menduga Darrel akan memiliki skor poin rata-rata. Padahal dia masih mengingat dengan jelas kekalahannya waktu itu. Namun, dari hal tersebut Frey diam-diam tersenyum sinis tanpa alsan yang pasti."Apakah dia sedang bermain-main? Bagaimana jika aku diam-diam ikut campur," gumam Frey sambil tersenyum dingin.Biar bagaimanapun Frey sangat senang mengetahui skor Darrel lebih rendah dari apa yang dia miliki. Ini akan menjadi kesempatan untuknya membalas setelah dipermalukan waktu itu. Diam-diam Frey tersenyum jahat....Setelah semua peserta menyelesaikan tahap pertama dan kedua, ujian terakhir dimulai: duel satu lawan satu. Ini adalah bagian yang paling dinantikan oleh semua orang—kesempatan untuk membuktikan diri dalam pertarungan nyata.Arena duel terbentang luas di depan para siswa. Setiap pasangan akan dipilih secara acak untuk bertarung, dan mereka harus menggunakan semua yang
Di barisan depan, para profesor duduk di kursi khusus, mengamati para siswa baru dengan mata tajam. Para pendatang baru, seperti Darrel, berdiri berbaris dengan rapi. Ini adalah salah satu momen paling penting bagi setiap siswa yang memasuki akademi, karena hari ini akan menentukan posisi mereka sebagai siswa pendatang baru di akademi.Suasana aula yang semula ramai mulai mereda ketika seorang profesor berdiri dari kursinya. Dia adalah Profesor Jack Garland, sosok yang berwibawa dan anggun. Profesor Jack Garland, adalah salah satu guru hebat di akademi, juga merupakan seorang penyihir ternama di Akademi kekaisaran Ravencroft dan memiliki banyak prestasi tercatat yang diakui. Dengan suara berat dan karismatik, Profesor Garland mulai memberikan pengantar dan membuka upacara.“Selamat datang di Akademi Ravencroft,” ucap Profesor Garland, suaranya menggema di seluruh aula. “Kalian semua datang dari berbagai penjuru kekaisaran, membawa kebanggaan keluarga dan harapan masa depan kalian. N