Radit buru-buru mematikan panggilan. Ia langsung bergegas pamit. "Mertuaku kecelakaan. Aku harus pergi dulu.""Tuan muda perlu saya kawal?" tawar Coco."Tidak perlu. Mereka nanti akan curiga. Aku bisa menanganinya sendiri," tolak Radit."Baiklah, kalau begitu. Namun jika ada apa-apa, Anda bisa menghubungi saya. Tuan muda bisa menggunakan mobil saya agar cepat mendatangi mertua Anda," tawar Coco. sambil menyodorkan kunci mobilnya.Awan mengangguk dan menerimanya. "Terima kasih banyak." Pria itu lantas pergi meninggalkan Coco.****Gina mencari sosok Radit yang pergi begitu saja dari reuni. Lelah mencari seseorang yang tidak ia temukan, akhinya gadis itu menunggu di depan pintu hotel berharap Radit muncul.Bukan tanpa alasan seorang gadis cantik mencari Radit. Setelah ucapan Tuan Galih yang mengatakan pengerjaan proyek akan di serahkan kembali ke ayahnya, Gina merasa berutang budi dan belum mengucapkan terima kasih kepada Radit. Bahkan mereka belum saling bertukar nomor telepon sehingga
Radit tiba di pertigaan BoevalloStreet. Ya, itu jalan di perumahan kawasan elit menuju GreenValey di kota itu. Radit melihat ada kerumunan orang-orang. Ia mencari-cari sosok Tuan Rudy dan Nyonya Winey yang tidak nampak di sana. Hanya sebuah mobil tua miliknya yang terparkir tepat di belakang mobil mewah. "Pokoknya aku tidak mau tahu, kau harus ganti rugi karena mobilku lecet!" seru seorang wanita paruh baya seusia hampir sama dengan ibu mertua Awan. "Enak saja, orang mobilmu yang rem mendadak. Tidak bisa!" sahut Nyonya Winey bersikeras tak ingin disalahkan. "Hah, dasar miskin! Kalian pasti tidak mampu kan?" sindirnya. "Kurang ajar!" cebik Nyonya Winey, dia hampir aja mengacak wajah wanita yang mengumpatnya. Beruntung Tuan Rudy menahan tubuh istrinya. "Kalau kalian merasa miskin, lebih baik jangan bergaya masuk ke kawasan ini. Sungguh memuakkan!" Mata Nyonya itu memutar, ia sangat suka merendahkan Nyonya Winey yang tersulut emosinya. "Nyonya, rumah kami memang ada di sini. K
Semua orang tertegun melihat kedatangan seorang pria."Bukankah itu adalah bagian dari Cakranomoto," Salah seorang wanita berteriak."Siapa sih?""Iya, aku seperti pernah melihatnya di televisi jika keluarga konglomerat itu diwawancarai." "Ah, benar! Dengar-dengar, perumahaan Green Valey pun milik keluarga Cakranomoto," ucap salah seorang lagi."Karena keributan ini, pasti dia diutus untuk menyelesaikan semuanya." Semua orang membicarakan Tuan Brando.Nyonya Winey dan Tuan Rudy ikut tertegun. Mereka nampak memandang Tuan Brando dengan terheran-heran. "Tu–tuan, maaf kami sudah membuat keributan!" Tuan Rudy langsung buru-buru berlutut menundukkan kepalanya di depan Tuan Brando.Tuan Brando tidak memedulikannya. Ia justru menatap ke arah Nyonya Jane. Dia cukup mengenal wanita itu karena keluarga Cakranomoto pernah memakai jasa pengacara dari suami wanita itu."Siapa kamu?" tanya Nyonya Jane dengan mengangkat alisnya satu."Anda istri dari Tuan Darwis, bukan? Perkenalkan saya Brando, u
"Apa yang kamu katakan, hah? Jangan pernah ikut campur urusan kami lagi!" tandasnya meneriaki Radit.Tuan Rudy langsung menegur istrinya. "Winey, ini kelewatan! Sudahlah ... jangan memperburuk situasi!" bisiknya."Kau tidak perlu takut, suamiku. Selama ada Tuan Brando, urusan ini akan selesai. Bukan begitu, Tuan Brando?" Tuan Brando melirik Radit. Radit menggelengkan kepalanya memberikan kode."Nyonya Winey, sejak awal Anda terlihat tempramen sekali. Jika sebenarnya kasus ini sudah clear karena Tuan Darwis mencintai perdamaian, lalu mengapa Anda meminta mereka mencium kaki Anda? Apakah Anda yakin, mereka salah seratus persen?""Tuan Brando, saya hanya mempertahankan harga diri yang sudah diinjak oleh wanita yang sok kaya ini!" tunjuk Nyonya Winey ke arah Nyonya Jane."Lalu mengapa Anda memarahi menantu dan suami Anda? Anda sendiri menginjak harga diri menantu Anda. Perlu Anda tahu, saya kemari karena dihubungi oleh Tuan Radit. Seharusnya Anda bersyukur memiliki menantu yang perhatian
Tuan Rudy dan Nyonya Winey baru saja tiba di rumah lebih dulu dari pada Radit. Lucy keluar dari kamarnya. Ia memperhatikan gelagat tak enak dari ayah dan ibunya."Ada apa dengan kalian?" tanya Lucy.Tuan Rudy lelah dan sedang malas banyak berkomentar. "Kau tanya saja ibumu. Ayah masuk ke kamar duluan," ucapnya.Lucy mengernyit. "Apa kalian bertengkar?"Nyonya Winey menggeleng. "Tidak.""Lalu?""Apakah kamu tahu sesuatu tentang keluarga Cakranomoto?"Lucy langsung menggeleng lemah dan menjawab singkat. "Tidak.""Ibu dengar, Tuan Mandala Cakranomoto memiliki cucu laki-laki. Dia adalah penerus dari Keluarga Cakranomoto.""Lalu apa ada hubungannya dengan kejadian malam ini?""Ayahmu tadi tidak sengaja menabrak di pertigaan jalan depan. Mobil butut Radit membuat mobil mewah itu penyok. Pemiliknya adalah Nyonya Jane. Ibu sempat berkelahi dengannya karena ia menuntut ganti rugi. Tidak main-main, dia minta lima ratus juta kepada ayahmu," cerita Nyonya Winey.Lucy menutup mulut dengan kedua ta
Nyonya Winey buru-buru mengintip di jendela. Ia terkejut. "Rasanya aku melihat mobil itu juga terparkir saat insiden di pertigaan jalan," gumamnya.Radit nenarik sudut bibirnya. "Aku yang membawanya.""Apa?" Nyonya Winey bersamaan dengan Tuan Rudy terkejut."Kenapa kaget? Aku sudah mengatakan, aku adalah keturunan Cakranomoto. Bukankah seorang konglomerat memang seharusnya menggunakan mobil mahal?" "Tidak mungkin! Kamu pasti berbohong!" tuduh Nyonya Winey. Ia masih tak mempercayai Radit."Dit, sudahlah. Jangan terus melawan ibuku. Ini tidak akan ada habisnya. Jujur saja, mobil siapa itu?" Kali ini Lucy ikut-ikutan tak percaya.Radit sekali lagi menghela napas. Padahal dia sengaja menggunakan mobil Coco untuk memanas-manasi ibu mertuanya itu. Tapi, melihat mata Lucy yang sendu dan wajahnya yang murung akibat Nyonya Winey. Radit tak tega meneruskan perdebatan itu."Baiklah, itu adalah mobil temanku. Aku meminjamnya karena tadi buru-buru saat ayah mertua meneleponku," ucap Radit jujur.
Tuan Wiratmaja kembali duduk. Ia merendahkan nada bicaranya kepada snag putri. "Ayolah, jangan keras kepala. Ayah tidak mau kamu salah pergaulan, Nak. Dia pasti berniat jahat kepadamu," tuduh Tuan Wiratmaja."Ayah! Ko mikirnya jahat banget sih." Wajah Gina mulai menegang penuh emosi.Tuan Wiratmaja menggertakkan gigi, rahangnya ikut mengeras. "Bisa saja dia hanya ingin tubuh dan uangmu. Berhenti bermain-main. Dia bukan pria baik," tuduh Tuan Wiratmaja lagi.Gina mendengkus kesal. Tak lama Radit muncul masih dengan sikap kikuknya. Gina melirik ayahnya. Kode agar ayahnya bersikap lebih baik kepada temannya itu.Radit merasakan keraguan ada di diri Tuan Wiratmaja karena penampilannya. Ya, Radit memang sedang menyamar sebagai seorang staff biasa. Bagaimana mungkin dia berpakaian serba wah. "Tuan, saya sungguh tahu kegelisahan hati, Anda. Saya dan Tuan Galih memang bekerja di perusahaan yang sama. Jadi, kami memang saling kenal meski tidak pernah mengobrol sebelumnya. Percayalah saya tida
Tuan Wiratmaja berdiri. Ia ingin sekali memberi pelajaran kepada anak muda yang tidak tahu sopan santun seperti Jordi. Tuan Wiratmaja tidak terima dituduh sehina itu apalagi Radit bukan lah orang yang bisa diandalkan. Dia tidak mungkin melakukan hal sebodoh itu. Jordi benar-benar menginjak harga diri keluarganya. Sayangnya, Gina menahan ayahnya dan menggeleng pelan. "Ayah tenangkan dirimu. Aku tidak ingin ayah kenapa-kenapa," lirih Gina.Gini kini melemparkan tatapan tajam ke arah Jordi."Jordi, hentikan omong kosongmu! Kau menuduh ayahku bermain curang? Ck. Ayahku bukan ayahmu," sindir Gina mulai naik pitam."Wooow, hahahaa ... kamu galak juga ya. Aku yakin uang kalian hanya sanggup menyuap orang sekelas Radit mengingat hutang kalian yang menumpuk dimana-mana. Aku bisa menilai karena kalian pun bertemu di restoran kecil seperti ini," ungkap Jordi sambil menunjukkan mengejek.Sungguh tidak tahu malu! Radir hanya bisa menggaruk-garuk keningnya sambil tersenyum. Jordi menuduh orang sek