Radit menatap Tuan Mandala. "Ibuku sangat membenci keluarga Cakranomoto. Dia melarangku menemui Anda.""Sudah seharusnya ia membenci kami." Kesekian kaliny Tuan Mandaala menghela napas dengan berat."Mengapa baru sekarang mencariku? Bukankah ayahku sudah mendapatkan anak laki-laki dari perempuan itu? Harusnya dia yang menjadi ahli waris, bukan?""Entah kau percaya atau tidak. Aku baru tahu jika ibumu bercerai saat mengandungmu. Menurutmu mengapa kau bisa masuk universitas terkenal di negara ini? Semua sudah ku atur agar aku bisa menemuimu disaat yang tepat."Radit mencoba mencerna perkataan Tuan Mandala. Kalau dipikir, benar saat itu dia merasa gagal menjawab tes beasiswa tahap akhir. Ia pun sangat terkejut, namanya lolos seleksi padahal dia sudah patah semangat saat itu. "Jadi waktu itu ....""Sebenarnya sudah lama kakek tahu soal kamu. Saat kamu kecil, beberapa kali kakek membujuk ibumu untuk kembali, tapi dia menolak. Dia selalu membawamu berpindah-pindah untuk menghindariku. Akhi
"Bagaimana kalau cari rumah kontrakan baru. Biar bulan pertama, aku yang bayar. Aku masih punya tabungan sedikit." Akhirnya Lucy buka suara. Daritadi kupingnya merasa pengang mendengar ibu memarahi dan memaki Radit. Radit menatap Lucy penuh rasa bersalah. "Tapi bukannya sisa tabungan itu untuk biaya kamu terapi?"Lucy mendesah pelan. "Dokternya belum kembali dari penelitiannya di luar negeri. Gunakan saja dulu.""Kamu benar-benar menyusahkan kami. Lihat tuh, istrimu. Dia sampai mengorbankan sisa tabungannya. Kau harus membayarnya setelah gajian pertamamu. Bukan gratis!" Nyonya Winey masih saja bernada sengit."Gajian pertama? Tunggu dulu, apa Radit bekerja?" Lucy menatap ibunya dengan Radit bergantian.Nyonya Winey menyeruput teh di cangkirnya. Lalu meletakkannya kembali ke meja sebelum menjawab pertanyaan putrinya itu."Tuan Kasim memberinya pekerjaan. Kenalannya berada di dalam perusahaan Pionir Grup, sehingga mudah saja menerima Radit yang bukan lulusan sarjana masuk di sana.""Ap
Tak lama Radit keluar dari toilet, ia menuju ke lobby kembali. Karyawati dari front office langsung mendatangi tempat duduknya dan mengatakan jika Nona Keyla sudah berada di ruangannya dan sedang menunggu Radit. Raditpun bergegas menuju lantai 5 sesuai arahan karyawati tadi.Tiba di lantai 5, Radit menemui satpam yang berjaga untuk mengantarkannya ke ruangan Nona Keyla. Hanya butuh hitungan detik, kini Radit sudah berhadapan langsung dengan wanita cantik dan seksi itu.Radit menyerahkan CV sesuai permintaan Nona Keyla. "Jadi, kamu akan saya tempatkan di bagian administrasi manajemen SDM. Saya lihat dari CV-mu, kamu cocok di posisi itu. Dan saya dengar dari seseorang, kamu ingin magang di kantor ini. Saya rasa kami bisa menerimamu." Tanpa banyak basa-basi Nona Keyla langsung menerimanya di posisi yang benar. "Mengapa Anda menaruh saya di bagian itu sementara lowongan yang kosong dari bagian HRD mengatakan adalah tukang bersih-bersih toilet?"Nona Keyla mencondongkan tubuhnya ke meja
"Jadi kenapa pemuda yang bernama Raditya Cakra menjadi tukang bersih-bersih? Bukankah saya sudah mengatakan taruh dia dibagian administrasi di perusahaan ini!" Tuan Mandala menatap sengit kepada dua orang pegawai di hadapannya.Mereka adalah Nona Keyla dan juga Tuan David. Tuan Brando yang berada di samping kursi Tuan Mandala berusaha menenangkan sang presdir."Sa–saya tidak tahu, Pak. Nona Keyla yang mewawancara dan langsung menempatkan pemuda itu." Kali ini Tuan David langsung membela diri. "Pemuda itu sudah saya tawarkan, Pak. Hanya dia menolak. Dia merasa belum berpengalaman. Dia yang memilih untuk menjadi tukang bersih-bersih," jelas Nona Keyla."Dan kamu mengiyakan? Kamu atau dia yang memiliki wewenang, hah? Kenapa kamu lebih menurut kepada pemuda itu daripada perintah saya?" bentak Tuan Mandala. Ia sungguh tidak suka dengan situasi tadi. Melihat cucunya harus menjadi tukang bersih-bersih adalah penghinaan besar baginya.Nona Keyla menunduk. Ia ketakutan. Matanya berair. "Maa
"Pak Direktur, selamat siang." Tuan Brando langsung membungkukkan badannya menyapa Tuan Husen yang baru saja tiba di sana."Sepertinya antara Anda dengan ayahku sudah sangat akrab sekali dengan pemuda itu. Hm, kemana dia?" Tuan Husen melirik kesana kemari."....""Apakah ayahku memerintahkanmu kemari dan bertemu pemuda itu, Tuan Brando?""Ya. Tuan besar hanya memintaku mengawasi tuan muda saja.""Ck. Jangan panggil dia tuan muda di hadapanku. Siapa yang tahu dia keturunan Keluarga Cakranomoto atau bukan. Putraku hanya satu. Dia adalah penerus di keluarga ini. Tidak ada yang lain selain Haris," sanggah Tuan Husen dengan pedas."Maaf, Pak Direktur. Anda sendiri sepertinya sedang mencari seseorang kemari?" "Ya. Aku mencari pemuda itu. Aku hanya ingin menanyakan tujuan dia muncul di sini demgan memgaku-aku sebagai putraku." Mata Tuan Husen menatap tajam ke arah Tuan Brando. "Namun, sayang sepertinya dia sudah pergi sebelum aku tiba," lanjutnya sambil keluar dari ruangan meninggalkan Tuan
"Bisakah ayah mertua menghargai saya sedikit saja? Bisakah kalian berhenti berteriak dan memakiku? Kalian bisa mendengar tadi ditelepon jika aku tidak berbohong kan? Mereka mengharapkan aku menerima posisi lebih baik daripada seorang tukang bersih-bersih. Kenyataannya aku lah yang menolak karena suatu alasan yang tidak bisa aku jelaskan sekarang kepada kalian." Radit memberanikan diri menatap kedua mertuanya dengan tatapan tajam. "Kenapa kamu menjadi galak, hah?" Nyali Nyonya Winey menciut."Sebab ibu mertua selalu menyepelekanku. Selalu percaya dengan Tuan Kasim yang sebenarnya hanya pria tua yang doyan menikah sana-sini," sahut Radit."Radit, sudahlah. Tolong jangan diperpanjang." Lucy mencoba mengingatkan suaminya agar menahan diri."Lucy, apa kau tahu rasanya hidup diinjak-injak harga dirinya? Sekarang aku hanya membela diriku yang selama ini diam."Lucy terdiam. Ia yakin Radit sedang dalam emosi, tak ada gunanya ia berdebat."Ck. Baru diterima kerja sebagai pegawai administrasi
"Hei, Tuan Rudy. Masukkan saja menantumu ini ke rumah sakit jiwa. Aku rasa bualannya terlalu tinggi. Kasihan Nona Lucy harus menghadapi orang gila seperti dia," ucap Tuan Kasim yang semakin kesal dengan Radit."Lucy lebih akan kasihan jika bercerai denganku lalu menikahi pria tua bau tanah seperti Anda. Anda terlalu pelit dan perhitungan. Padahal katanya Anda ini kaya raya, punya toko perhiasan juga tapi sayang sepertinya Anda tidak sekaya itu.""Jaga mulutmu! Semakin berani sekali kau rupanya," geram Tuan Kasim."Anda lupa malam yang lalu siapa yang melunasi makan malam mewah? Orang kaya tidak mungkin sampai kartu kreditnya diblokir," ledek Radit.Wajah Tuan Kasim merah padam. Ia benar-benar marah kali ini."Brengsek! Kalau memang kamu bisa membayarnya, buktikan! Aku akan membawa pengacara dan memanggil polisi kalau dalam 1 x 24 jam tidak ada uang dua ratus lima puluh juta.""Ya. Pegang saja kata-kataku. Dan jika semua suda
Tuan Mandala membuka kaca matanya lalu menatap cucunya lekat-lekat. "Kau mengetahui penyakitku?""Ku rasa Tuan Mandala cukup populer di lingkungan perusahaan sehingga banyak karyawan yang bergosip tentang Anda. Aku mengetahuinya dari mereka."Tuan Mandala menghela napas. "Lalu untuk apa uang yang akan kau minta? Apa untuk membelikan ibumu rumah?" tebak Tuan Mandala.Radit memicingkan matanya. "Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan ibuku. Beliau bahkan tidak sudi menerima apapun dari Keluarga Cakranomoto. Lagi pula, ini bukan urusan Anda. Anda cukup membayar dari apa yang sudah aku berikan," ucap Radir dengan dingin."Aku tidak membutuhkan sumsum tulang belakang. Kau mendengar gosip yang salah. Sebenarnya di dalam kartu hitam yang kamu miliki, ada banyak uang dengan jumlah yang lebih dari itu. Kau bisa mempergunakannya karena itu sudah menjadi milikmu.""Kartu hitam? Ah, aku bahkan lupa jika memiliki itu," batin Radit.Radi
"Ya. Pria tua bangka ini sudah ada di hadapan kami. Sekarang apa tugas lanjutan untuk kami?""Jangan sentuh pria itu sebelum aku datang. Aku sudah tidak sabar bertemu teman lamaku itu. Hahaha!" tawa pria itu dengan renyah.Panggilan berakhir. Rudy bisa mendengar suara yang diloudspeaker oleh ketiga pria di hadapannya itu. Ia mencoba mengenali suara pria yang mengaku teman lamanya. Sayangnya, pikiran yang kacau dan rasa khawatir berlebihan membuatnya tidak bisa mengingat."Siapa dia? Kenapa harus menculikku segala!" batin Tuan Rudy.****Radit menyerah. Setengah harian ia berkeliling mencari ayah mertuanya tapi tak juga ia temukan. Nomor ponsel Tuan Rudy pun masih tidak aktif.Radit memutuskan menghubungi Tuan Brando untuk meminta bantuan. Ia mulai mencurigai ayah kandungnya yang mungkin saja bertindak untuk mengancam Radit."Ayah mertuaku menghilang. Kami berpisah saat di kantor polisi siang tadi. Hingga petang aku tidak menemukannya di manapun. Setiap sudut kota sudah aku cari namun
"Sudah! Sudah! Ini rumah sakit. Kenapa kalian berdua harus berisik," tegur Tuan Husen."Maafkan aku, Yah. Aku hanya bingung saja kenapa di tempat yang harusnya steril justru ada kotoran di sini," hina Harris.Radit menaikkan alisnya. Ia melangkah maju mendekati Harris. "Sebenarnya ucapanmu benar-benar menyinggungku. Hanya saja, aku menghargai Kakek Mandala yang terbaring lemah di sana. Aku tidak ingin membuat keributan. Lebih baik aku pergi."Baru Radit akan berlalu, dengan cepat tangan Harris meraih lengan Radit. Pria itu menatap Radit dengan tajam."Kakek Mandala? Sejak kapan kamu berani selancang itu memanggil presdir dengan sebutan kakek?" Radit tak menjawab. Ia membungkam mulutnya. Ia hanya tersenyum mengejek. Lalu mencoba melepaskan dirinya dari genggaman tangan Harris yang sangat erat memeganginya."Harris! Biarkan dia pergi," perintah Tuan Husen."Tapi, Yah ...."Harris merasa setengah hati ingin melawan perintah ayahnya. Ia terheran-heran dengan sikap ayahnya yang terlihat m
Radit menganggukkan kepalanya lalu meminta sang ayah mertua untuk duduk sebentar menunggunya."Ayah mertua, duduk dulu di sini. Kau perlu menenangkan dirimu juga. Aku mau bicara empat mata dengan pengacara kita."Nona Jessica menggiring Radit ke pojok ruangan di kantor polisi."Ada apa, Nona Jessica? Apa ada permasalahan?"Nona Jessica mendesah pelan. "Tuan muda, saya rasa ini kasus hanya jebakan. Secara spesifik antara Tuan Rudy dengan para pelaku tidak ada keterikatan atau saling kenal. Ini hanya fitnahan saja.""Syukurlah. Berarti ayah mertua saya bisa segera bebas kan?"Nona Jessica menggeleng pelan. "Sayangnya, meski menurut Tuan Rudy dia tidak mengenal semuanya. Pelaku lainnya justru mengakui jika sudah dua kali Tuan Rudy menerima uang dari mereka ke rekeningnya. Hal ini harus segera kita telusuri lebih lanjut. Jika pengakuan itu benar. Tuan Rudy akan sulit menyangkal lagi.""Tunggu dulu, sepengetahuanku ayah mertuaku memang telah meminjam dana di bank untuk membangun perusahaa
Mendapat pesan bernada ancaman Radit mencoba mengabaikannya. Ia sudah tahu itu resiko yang harus ia ambil."Dia tahu aku akan menemui kakek, itu artinya siapapun dia, aku sedang diintai," lirih Radit. Raditpun tetap bersiap-siap. Ia sangat tertarik dengan orang dibalik pesan ancaman itu. "Mari kita lihat, kira-kira apa ini ancaman saja untuk menggertakku? Dia pikir seorang Raditya Cakranomoto akan takut? Hmmm ...."Usai bersiap, Radit turun ke ruang meja makan. Di sana sudah nampak Tuan Rudy tengah asyik berteleponan."Ayah mertua, aku pergi duluan!" kode Radit berpamitan.Tuan Rudy yang tengah asyik menelepon hanya menganggukkan kepada sembari tangannya mengusir Radit untuk pergi.Radit pun melewati waktu sarapannya bersama sang ayah mertua. Ia terlihat buru-buru karena akan dijemput oleh Tuan Brando.Benar saja, saat keluar pintu pagar rumah, sebuah mobil rolls royce datang menghampirinya."Selamat pagi, Tuan muda." Kaca jendela terbuka, Tuan Brando menyapa Radit.Mobil berhenti,
"... aku masih berharap jika Anda ada di pihakku, bukan berada di dua penjuru," lanjut Radit."Tentu saya berada di pihak Anda, Tuan muda. Saya tahu selama ini Anda mendapatkan ketidakadilan atas masalah ini. Seseorang yang bersalah, harus mendapatkan ganjarannya sekalipun dia adalah Tuan Harris."Radit memandang jauh tatapannya. "Apakah itu benar?""Anda boleh meragukan saya karena saya menyembunyikan hal ini dari Anda. Saya hanya khwatir keselamatan Anda, Tuan muda. Biarkan saya yang bekerja untuk membalas. Lagipula, salah satu pembalasannya sudah saya jalankan," aku Tuan Brando lagi.Radit menyipitkan matanya. "Apa maksudmu?""Saya diam-diam membobol data akun bank milik Tuan muda Harris. Bukan perkara sulit mencari hacker yang mau membantu saya untuk mengambil uang sebesar dua ratus juta dari rekening Tuan Harris. Saya rasa, Tuan Harris perlu bertanggung jawab atas pengobatan korbanmya, Nyonya Lucy.""Apa katamu? Jadi uang itu ...."Tuan Brando mengangguk. Radit diam sesaat. Ia m
Usai puas berkeliling Radit membawa Lucy pulang. Rupanya Lucy kelelahan sampai tertidur di mobil. Radit pun menggendong istrinya dari mobil menuju kamar tidur mereka."Bagaimana sudah bertemu ibumu?" tanya Tuan Rudy saat melihat Radit masuk membawa putrinya.Radit menggeleng. "Belum.""Kemana kira-kira ibumu pergi. Apakah masih tidak bisa dihubungi?" Radit menggeleng sekali lagi. "Ponselnya masih belum diaktifkan.""Duh, ini semua pasti sudah kelewatan batas makanya Nyonya Yessi seperti ini. Aku minta maaf atas nama istriku," ucap Tuan Rudy bersungguh-sungguh seperti orang menyesal.Radit mengangguk. "Iya. Aku akan mencari ibuku lagi setelah menaruh Lucy di kamar. Dia kelelahan, kasihan."Tuan Rudy lalu membiarkan menantunya lewat. Radit diam-diam merasa sedikit tersanjung atas sikap ayah mertuanya yang masih memedulikan ibunya.****Radit segera menuju hotel di tempat Tuan Brando mengirim ibunya. Hotel megah itu harusnya memiliki banyak tamu di saat weekend begini, nyatanya hotel it
Keesokan harinya, Lucy menyampaikan keputusannya untuk berangkat ke luar negeri kepada Tuan Rudy dan Nyonya Winey usai mereka sarapan pagi. Kedua orang tua Lucy sangat bahagia mendengar keberuntungan putri mereka. Tak lama lagi, Lucy akan berjalan dan kembali seperti semula. Karir sang putri pun terlihat mulai bersinar."Jadi, kamu akan pergi sendiri? Aku akan menemanimu di sana, bagaimana?" tawar Nyonya Winey. Ya, kapan lagi wanita tua itu bisa jalan-jalan ke luar negeri. Ini adalah kesempatan emas untuknya."Ibu mertua jangan khawatir. Aku akan ikut serta bersama Lucy." Buru-buru Radit menjawab, ia memupuskan harapan ibu mertuanya."Kamu? Loh kamu kan bekerja magang di Pionir. Mana bisa seenaknya izin," sergah Nyonya Winey."Iya, Dit. Kamu kan bukan anak dari yang punya perusahaan. Kamu pikir, bisa seenaknya berlibur?" sindir Tuan Rudy, ikut-ikutan membully Radit.Lucy menjadi tak enak melihat suaminya dipojokkan. Ia memegang punggung tangan Radit. "Aku tahu kamu juga mengkhawatirk
Radit memperhatikan Lucy yang kelihatan bersemangat kembali usai perbincangan mereka. Radit bersyukur, akhirnya sang istri mau melakukan operasi dan pengobatan kakinya. Radit kemudian pergi ke kamar ibunya, Nyonya Yessi. Ia cukup terkejut melihat kamar ibunya sepi tak berpenghuni. Tak biasanya sang ibu pergi tanpa memberitahu apapun kepadanya. Firasat Radit tak enak. Buru-buru dia membuka lemari, dan benar saja, tak ada satu pakaianpun tersisa di sana. Semua kosong."Kemana perginya ibuku?" batin Radit. Dengan gusar, ia mencoba berulang kali menghubungi sang ibunda. Tapi hasilnya nihil. Nomor Nyonya Yessi tidak aktif. Radit langsung bergegas mencari jawaban atas pertanyaannya kepada Nyonya Winey. Wanita itu harusnya tau kemana ibunya sebab mereka tinggal berdua di rumah itu saat semua orang sibuk bekerja."Ada apa?" tanya Nyonya Winey dengan wajah malas saat membuka pintu kamarnya yang diketuk Radit."Ibu, maaf aku mengganggu waktu istirahatmu. Aku hanya ingin bertanya, apakah ibu t
"Maaf, aku di sini tidak memiliki jabatan apapun. Jadi percuma saja Anda bersujud di hadapanku," ucap Radit.Tuan Jacob menyadari kebodohannya. Ia berhenti bersujud."Sudahlah, Jacob. Berhenti berakting seolah kau menyesali perbuatanmu. Kali ini kamu akan ku loloskan. Aku tidak akan memecatmu," ucap Tuan Husen.Jacob merasa senang."Be-benarkah itu, kakak ipar?""Berhenti memanggilku begitu di kantor. Bersikaplah profesional. Panggil aku Pak Direktur!" tegur Tuan Husen kembali.Tuan Jacob menundukkan kepalanya sambil mengucap kata maaf untuk kesekian kalinya lagi."Aku dan tuan presdir bersepakat tidak akan memecatmu. Hanya kami akan memutasimu untuk pindah ke anak perusahaan.""Tapi ....""Ini surat keputasan pindah tugasnya. Kamu bisa tanda tangani dokumen ini," ucap Tuan Husen kembali.Tuan Jacob tidak bisa menentang. Dipindahkan lebih baik daripada dipecat. Ia tidak mau karirnya berhenti begitu saja. Dia menatap Radit penuh kebencian. Kemunculan anak tiri kakaknya itu membuat diri