"Bagaimana kalau cari rumah kontrakan baru. Biar bulan pertama, aku yang bayar. Aku masih punya tabungan sedikit." Akhirnya Lucy buka suara. Daritadi kupingnya merasa pengang mendengar ibu memarahi dan memaki Radit. Radit menatap Lucy penuh rasa bersalah. "Tapi bukannya sisa tabungan itu untuk biaya kamu terapi?"Lucy mendesah pelan. "Dokternya belum kembali dari penelitiannya di luar negeri. Gunakan saja dulu.""Kamu benar-benar menyusahkan kami. Lihat tuh, istrimu. Dia sampai mengorbankan sisa tabungannya. Kau harus membayarnya setelah gajian pertamamu. Bukan gratis!" Nyonya Winey masih saja bernada sengit."Gajian pertama? Tunggu dulu, apa Radit bekerja?" Lucy menatap ibunya dengan Radit bergantian.Nyonya Winey menyeruput teh di cangkirnya. Lalu meletakkannya kembali ke meja sebelum menjawab pertanyaan putrinya itu."Tuan Kasim memberinya pekerjaan. Kenalannya berada di dalam perusahaan Pionir Grup, sehingga mudah saja menerima Radit yang bukan lulusan sarjana masuk di sana.""Ap
Tak lama Radit keluar dari toilet, ia menuju ke lobby kembali. Karyawati dari front office langsung mendatangi tempat duduknya dan mengatakan jika Nona Keyla sudah berada di ruangannya dan sedang menunggu Radit. Raditpun bergegas menuju lantai 5 sesuai arahan karyawati tadi.Tiba di lantai 5, Radit menemui satpam yang berjaga untuk mengantarkannya ke ruangan Nona Keyla. Hanya butuh hitungan detik, kini Radit sudah berhadapan langsung dengan wanita cantik dan seksi itu.Radit menyerahkan CV sesuai permintaan Nona Keyla. "Jadi, kamu akan saya tempatkan di bagian administrasi manajemen SDM. Saya lihat dari CV-mu, kamu cocok di posisi itu. Dan saya dengar dari seseorang, kamu ingin magang di kantor ini. Saya rasa kami bisa menerimamu." Tanpa banyak basa-basi Nona Keyla langsung menerimanya di posisi yang benar. "Mengapa Anda menaruh saya di bagian itu sementara lowongan yang kosong dari bagian HRD mengatakan adalah tukang bersih-bersih toilet?"Nona Keyla mencondongkan tubuhnya ke meja
"Jadi kenapa pemuda yang bernama Raditya Cakra menjadi tukang bersih-bersih? Bukankah saya sudah mengatakan taruh dia dibagian administrasi di perusahaan ini!" Tuan Mandala menatap sengit kepada dua orang pegawai di hadapannya.Mereka adalah Nona Keyla dan juga Tuan David. Tuan Brando yang berada di samping kursi Tuan Mandala berusaha menenangkan sang presdir."Sa–saya tidak tahu, Pak. Nona Keyla yang mewawancara dan langsung menempatkan pemuda itu." Kali ini Tuan David langsung membela diri. "Pemuda itu sudah saya tawarkan, Pak. Hanya dia menolak. Dia merasa belum berpengalaman. Dia yang memilih untuk menjadi tukang bersih-bersih," jelas Nona Keyla."Dan kamu mengiyakan? Kamu atau dia yang memiliki wewenang, hah? Kenapa kamu lebih menurut kepada pemuda itu daripada perintah saya?" bentak Tuan Mandala. Ia sungguh tidak suka dengan situasi tadi. Melihat cucunya harus menjadi tukang bersih-bersih adalah penghinaan besar baginya.Nona Keyla menunduk. Ia ketakutan. Matanya berair. "Maa
"Pak Direktur, selamat siang." Tuan Brando langsung membungkukkan badannya menyapa Tuan Husen yang baru saja tiba di sana."Sepertinya antara Anda dengan ayahku sudah sangat akrab sekali dengan pemuda itu. Hm, kemana dia?" Tuan Husen melirik kesana kemari."....""Apakah ayahku memerintahkanmu kemari dan bertemu pemuda itu, Tuan Brando?""Ya. Tuan besar hanya memintaku mengawasi tuan muda saja.""Ck. Jangan panggil dia tuan muda di hadapanku. Siapa yang tahu dia keturunan Keluarga Cakranomoto atau bukan. Putraku hanya satu. Dia adalah penerus di keluarga ini. Tidak ada yang lain selain Haris," sanggah Tuan Husen dengan pedas."Maaf, Pak Direktur. Anda sendiri sepertinya sedang mencari seseorang kemari?" "Ya. Aku mencari pemuda itu. Aku hanya ingin menanyakan tujuan dia muncul di sini demgan memgaku-aku sebagai putraku." Mata Tuan Husen menatap tajam ke arah Tuan Brando. "Namun, sayang sepertinya dia sudah pergi sebelum aku tiba," lanjutnya sambil keluar dari ruangan meninggalkan Tuan
"Bisakah ayah mertua menghargai saya sedikit saja? Bisakah kalian berhenti berteriak dan memakiku? Kalian bisa mendengar tadi ditelepon jika aku tidak berbohong kan? Mereka mengharapkan aku menerima posisi lebih baik daripada seorang tukang bersih-bersih. Kenyataannya aku lah yang menolak karena suatu alasan yang tidak bisa aku jelaskan sekarang kepada kalian." Radit memberanikan diri menatap kedua mertuanya dengan tatapan tajam. "Kenapa kamu menjadi galak, hah?" Nyali Nyonya Winey menciut."Sebab ibu mertua selalu menyepelekanku. Selalu percaya dengan Tuan Kasim yang sebenarnya hanya pria tua yang doyan menikah sana-sini," sahut Radit."Radit, sudahlah. Tolong jangan diperpanjang." Lucy mencoba mengingatkan suaminya agar menahan diri."Lucy, apa kau tahu rasanya hidup diinjak-injak harga dirinya? Sekarang aku hanya membela diriku yang selama ini diam."Lucy terdiam. Ia yakin Radit sedang dalam emosi, tak ada gunanya ia berdebat."Ck. Baru diterima kerja sebagai pegawai administrasi
"Hei, Tuan Rudy. Masukkan saja menantumu ini ke rumah sakit jiwa. Aku rasa bualannya terlalu tinggi. Kasihan Nona Lucy harus menghadapi orang gila seperti dia," ucap Tuan Kasim yang semakin kesal dengan Radit."Lucy lebih akan kasihan jika bercerai denganku lalu menikahi pria tua bau tanah seperti Anda. Anda terlalu pelit dan perhitungan. Padahal katanya Anda ini kaya raya, punya toko perhiasan juga tapi sayang sepertinya Anda tidak sekaya itu.""Jaga mulutmu! Semakin berani sekali kau rupanya," geram Tuan Kasim."Anda lupa malam yang lalu siapa yang melunasi makan malam mewah? Orang kaya tidak mungkin sampai kartu kreditnya diblokir," ledek Radit.Wajah Tuan Kasim merah padam. Ia benar-benar marah kali ini."Brengsek! Kalau memang kamu bisa membayarnya, buktikan! Aku akan membawa pengacara dan memanggil polisi kalau dalam 1 x 24 jam tidak ada uang dua ratus lima puluh juta.""Ya. Pegang saja kata-kataku. Dan jika semua suda
Tuan Mandala membuka kaca matanya lalu menatap cucunya lekat-lekat. "Kau mengetahui penyakitku?""Ku rasa Tuan Mandala cukup populer di lingkungan perusahaan sehingga banyak karyawan yang bergosip tentang Anda. Aku mengetahuinya dari mereka."Tuan Mandala menghela napas. "Lalu untuk apa uang yang akan kau minta? Apa untuk membelikan ibumu rumah?" tebak Tuan Mandala.Radit memicingkan matanya. "Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan ibuku. Beliau bahkan tidak sudi menerima apapun dari Keluarga Cakranomoto. Lagi pula, ini bukan urusan Anda. Anda cukup membayar dari apa yang sudah aku berikan," ucap Radir dengan dingin."Aku tidak membutuhkan sumsum tulang belakang. Kau mendengar gosip yang salah. Sebenarnya di dalam kartu hitam yang kamu miliki, ada banyak uang dengan jumlah yang lebih dari itu. Kau bisa mempergunakannya karena itu sudah menjadi milikmu.""Kartu hitam? Ah, aku bahkan lupa jika memiliki itu," batin Radit.Radi
Bibi Clara langsung menghubungi Radit. Ia menemukan ibunya Radit jatuh pingsan. Di tangannya ada kertas berisikan tulisan ancaman dengan tinta merah menyala. Rupanya benar, bunyi yang ia dengar adalah suara jendela dapurnya yang dilempar batu oleh seseorang. Kemungkinan kertas yang di tangan Nyonya Yessi adalah pembungkusnya.Radit yang belum jauh dari lokasi rumah Bibi Clara langsung memutar balik. Ia sangat mengkhawatirkan ibunya.****"PERGI ATAU MATI"Kalimat singkat bernada ancaman membuat malam itu mencekam. Nyonya Yessi yang siuman, hanya diam tak berkata apapun. Ia melamun seperti memikirkan banyak hal. Sementara Bibi Clara menangis. Wanita paruh baya itu ketakutan. Radit langsung menghubungi polisi untuk segera memeriksa di sekitar lokasi. Sayangnya, polisi tidak menemukan petunjuk apapun di lokasi. Tidak ada polisi yang dikerahkan untuk berjaga karena mereka menduga itu hanya kerjaan orang iseng belaka.Radit pun akhirnya diam-diam menghubungi Tuan Brando untuk meminta ban