Share

Bab 24. Tak Ingin Melukai

Penulis: Andy Lorenza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-08 03:11:14

“Bunuh dia..! Wuuuuuuus..! Wuuuuuuuuus..!” seiring seruan salah seorang prajurit puluhan anak panah pun melesat ke atas pohon ke arah di mana Arya duduk berjuntai-juntai di salah satu dahannya.

“Hup..! Wuuuuuuus..! Taaaaaaaap..! Taaaaaaaaap..! Kraaaaaaaak..!” seperti pusaran angin tubuh Arya bergulung menangkap seluruh anak panah yang melesat itu, setelah berhasil ditangkap semua ia mematahkannya.

“He.. He.. He..! Nah, sekarang giliran aku yang melesatkan potongan anak panah ini kepada kalian..! Wuuuuuuus..! Taaaaaaak..! Taaaaaaaaaak..! Plaaaaaak..! Plaaaaaak..!” puluhan anah panah yang telah di patahkan Arya balik di lesatkan dan menghajar tubuh prajurit sebagian besar di bagian kepala mereka.

Sengaja Arya hanya melesatkan bagian tumpul dari anak panah itu, sementara potongan mata panah ia lempar ke arah lain hingga bagian tubuh prajurit yang terkena lesatan potongan anak panah itu hanya seperti kibasan ranting pohon yang membuat perih dan meninggalkan bekas merah jika terkena di bag
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 25. Para Gadis Diungsikan

    “Namaku Arya, aku hanya ingin tahu kawasan desa-desa di Pulau Dewata ini. Kalau boleh tahu aku ini berada di kawasan desa apa?” pria berpakaian putih yang ternyata sang pendekar memperkenalkan diri kemudian balik bertanya.“Persawahan ini berada di Desa Temanggung, Mas Arya berasal dari mana? Kenapa ingin tahu seluruh kawasan desa-desa di Pulau Dewata ini?”“Aku berasal dari Pulau Jawa, namun beberapa hari ini aku menginap di rumah Paman angkatku di Desa Kuta. Aku suka mengembara jadi ingin tahu banyak tentang kawasan-kawasan di pulau ini, Mbak.”“Oh, Mas seorang pengembara dan memiliki Paman angkat di Desa Kuta?”“Benar Mbak, apakah sawah ini milik bersama? Hingga sepertinya kalian terlihat beramai-ramai bercocok tanam di sini?” tanya Arya seraya arahkan pandangannya ke para petani yang beramai-ramai menanam padi di hamparan sawah depan dangau itu.“Tidak Mas, sawah ini milik Ranti dan suaminya. Kami di sini hanya membantu mereka menanam padi, seperti kebiasaan kami yang selalu bergo

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 26. Arga Komang Melapor

    “Namanya Arya, Dia berasal dari Desa Kuta. Maksudnya singgah hanya untuk bertanya tentang kawasan desa ini Kang Mas,” jawab Ranti.“Mari Mas Arya, ikut gabung makan bersama kami,” kali ini pria yang duduk di sebelah Ranti yang menawarkan.“Terima kasih Mas, silahkan dilanjut saja aku masih kenyang,” kembali Arya menolak diiringi senyum ramahnya.“Kalau begitu Mas Arya cicipi saja panganan dan secangkir teh hangat ini,” Ranti membawa secangkir teh dan bungkusan panganan ringan di daun dan meletakannya di potongan kayu di depan Arya duduk.“Wah, jadi tak enak dan merepotkan Mbak Ranti serta yang lain saja. Sebenarnya aku akan mohon diri untuk melanjutkan perjalanan,” Arya merasa sungkan.“Tidak merepotkan kok Mas, hanya panganan dan secangkir teh hangat saja,” ujar Ranti kemudian kembali duduk di samping suaminya.“Duduk saja di sini dulu sembari istirahat, Mas Arya. Jika memang akan melanjutkan perjalanan nanti saja selepas tengah hari, sekarang cuaca masih sangat panas,” ujar suami Ra

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 27. Sosok Pria Membajak Sawah

    “Aku rasa dia tidak perlu untuk turun tangan hanya untuk menangkap dan melumpuhkan seorang pengacau, makanya aku akan membuat surat memohon bantuan kepadanya untuk mengatasi permasalahan itu. Tentang siapa dan berapa orang yang akan ia utus nanti, itu semua aku serahkan kepadanya,” tutur Saka Galuh.“Baiklah yang mulia hamba akan bersiap-siap untuk berangkat ke Pulau Jawa 2 hari ke depan, apakah ada hal lain yang musti hamba laksanakan yang mulia?”“Tidak ada Brana, kau hanya aku tugaskan untuk mengantarkan suratku ke Lembah Neraka 2 hari lagi. Sekarang kau boleh meninggalkan ruangan ini,” ujar Saka Galuh.“Baik yang mulia, hamba mohon diri,” setelah memberi hormat salah seorang utusan Kerajaan yang bernama Brana meninggalkan ruangan itu.****Di dangau di tepian sawah Desa Temanggung, Arya berdiri dari duduknya setelah mencicipi beberapa potong panganan yang dibungkus daun pisang dan meneguk secangkir teh.“Terima kasih aku ucapkan untuk kisanak semuanya yang telah mengizinkan aku un

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 28. Ternyata Teman Wayan Dipa

    “Aku memang suka mengembara Paman, jadi aku sendiri kadang tak tahu tujuannya ke mana. Aku hanya mengikuti arah kata hatiku saja, Paman Wayan sekeluarga sangat berjasa karena telah menolongku saat terdampar tak sadarkan diri di tepi pantai, makanya aku ingin tahu seluruh kawasan di Pulau Dewata ini dan akan membantu mereka sebagai balas budi,” tutur Arya.“Wayan? Apa nama Paman angkatmu itu hanya Wayan saja?” pria pemilik dangau terkejut lalu bertanya dengan rasa penasarannya.“Wayan Bima, itulah nama lengkapnya.”“Apa? Jadi kamu keponakan angkat sahabatku Wayan Bima?!” seru pria itu kembali terkejut hingga terperanjat dari duduknya.“Jadi Paman sahabat Paman Wayan?” Arya juga terkejut tak menyangka.“Benar Arya, namaku Aji Gandring. Kami berdua berteman sudah lama sejak masih mengabdi di istana Kerajaan Dharma sewaktu Prabu Swarna Dipa memimpin,” tutur pria pemilik dangau yang merupakan salah seorang sahabat Wayan Bima bernama Aji Gandring.“Senang bertemu denganmu Paman Aji,” Arya m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 29. Di Rumah Aji Gandring

    “Wah, indah sekali pemandangan di sekitaran rumah Paman ini. Di lembah ada sungai yang jernih dan di seberang terdapat hutan dengan pepohonan rapat berdaun lebat menghijau,” puji Arya terkesima akan pemandangan indah yang tersaji di sekitar rumah itu.“Di bukit sana kami membuat kebun, berbagai macam buah dan sayur-sayuran,” Aji menunjuk ke arah selatan di mana di sana terdapat sebuah bukit yang tidak terlalu tinggi.“Apa hasil kebun itu sering Paman bawa untuk ke pasar untuk di jual?”“Tentu saja Arya, kadang 2 kali seminggu aku membawa buah-buahan dan sayuran segar ke pasar di kota raja.”“Aku pun sering ke pasar itu bersama Paman Wayan beberapa hari belakangan ini menjual ikan-ikan hasil kami melaut, apa Paman menyamar juga seperti yang Paman Wayan lakukan ketika hendak ke pasar di kota raja itu?”“Tentu saja Arya, kalau tidak pasti para prajurit yang bertugas di sana akan mengenaliku,” jawab Aji Gandring.“Apa di dekat sini tidak ada rumah selain rumah Paman ini?”“Tidak ada Arya,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 30. Aji Gandring Kagum

    “Mungkin karena kamu telah lama tidak pulang dan bertemu dengannya, makanya saat aku menyinggung mengenai Ibumu kamu langsung rindu padanya.”“Bukan begitu Bi, masalahnya Ibuku itu jauh berada di Pulau Andalas sementara Ayahku telah meninggal sejak aku masih berusia 5 tahun,” jelas Arya.“Jadi Ayahmu sudah meninggal sejak kamu masih kecil?” kali ini Aji yang bertanya dengan rasa terkejutnya.“Ia Paman, dia meninggal karena dibunuh oleh gerombolan penjahat yang dibayar oleh sosok raja yang belakang diketahui mempunyai dendam pada Ayahku. Aku dibawa dan diasuh oleh seorang Nenek yang sekaligus menjadi Guruku di Puncak Gunung Sumbing di Pulau Jawa,” tutur Arya.“Jadi Ayahmu dibunuh oleh orang-orang suruhan seorang raja?!” kembali Aji Gandring dan Wetri terkejut.“Benar Paman, secara tidak langsung aku pun menyimpan dendam pada mereka sejak aku diminta turun gunung oleh Guruku dan mengembara hingga ke Pulau Andalas. Sampai saat ini aku belum menemukan pembunuh Ayahku itu,” tutur Arya namp

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 31. Aji Gandring Menyarankan

    “Baik Paman, sebaiknya memang besok pagi saja aku melanjutkan perjalanan karena tak lama lagi malam akan tiba,” ujar Arya lalu mengikuti Aji Gandring menuruni lereng lembah menuju sungai yang berada di belakang rumah itu.*****Malam di Desa Kuta yang sejak sore didera hujan lebat semakin tampak gelap begitu pula hawa dinginnya kian terasa, di pendopo rumah terlihat Wayan Bima dan Seno tengah bercakap-cakap, begitu pula di dalam rumah di ruangan depan Lasmi, Sekar, Diah dan Weni berbincang-bincang setelah mereka semua makan malam bersama di rumah itu.“Arya kok belum juga kembali ya Mas Wayan?” Seno bertanya.“Mudah-mudahan dia baik-baik saja, mungkin dia masih ingin menjelajahi seluruh kawasan Pulau Dewata ini. Maklumlah dia seorang pendekar yang suka mengembara, tapi tujuan utamanya selain untuk menghindari agar mata-mata istana tidak mengetahui keberadaan kita di desa ini, Arya juga ingin menjaga para warga desa dari tindak kesewenang-wenangan prajurit Kerajaan seperti yang dialami

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 32. Bermalam Di Pendopo

    “Baik Paman, nanti aku akan katakan usulan Paman itu pada Paman Wayan.”“Dulu kami gagal melakukan pemberontakan karena tidak menyusun rencana yang matang dan tepat, hanya para sahabat dan beberapa orang pengikutnya saja dan itu tentu sangat jauh dari kata seimbang menghadapi ratusan prajurit Kerajaan.,” jelas Aji yang seperti telah diketahui Arya dari Wayan Bima jika mereka dulu pernah melakukan pemberontakan ke istana namun tak berhasil.“Apa dengan diundangnya semua kepala desa di kawasan pulau ini akan memberi dampak dengan kekuatan kita nantinya Paman?”“Tentu saja Arya, warga desa di kawasan Pulau Dewata ini jumlahnya ratusan ribu jiwa dan sebagian tentu merupakan pria yang telah dewasa yang bisa saja kita ikut sertakan dalam rencana kita, meskipun mereka tidak memiliki keahlian bela diri dan persenjataan seperti para prajurit istana akan tetapi dengan jumlah mereka yang begitu banyak dan berkali-kali lipat prajurit dan penghuni istana Kerajaan, aku rasa dapat membawa dampak yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12

Bab terbaru

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 117. Padepokan Gagak Timur

    Meskipun di langit tampak beberapa awan yang menyelimuti tapi pagi itu cukup cerah dan di perkirakan menjelang siang hujan tidak akan turun, di sebuah kawasan yang di sana terdapat sungai besar memanjang banyak terdapat pemukiman dan deretan lahan persawahaan yang luas milik warga desa.Sungai itu bernama Sungai Berantas, yang tak jauh dari kawasan itu tampak pula menjulang tinggi Gunung Kawi, di pinggiran Sungai Berantas itu lah berdiri sebuah bangunan Kerajaan yang sangat besar dan Megah.Kerajaan itu salah satunya yang sampai sekarang tak mampu ditundukan Pangeran Durjana bersama Padepokan Nerakanya di kawasan timur Pulau Jawa, termasuk pula Padepokan Gagak Timur yang di pimpin Welung Pati yang saat itu berada tidak jauh dari perbatasan wilayah kekuasaan Kerajaan besar di pinggiran Sungai Berantas.Kerajaan itu sendiri tidak lain adalah Kerajaan Kediri, yang pada masa itu di pimpin oleh Prabu Jayabaya. Pada masa itu pula Kerajaan Kediri berkembang sangat pesat hingga di kenal sampa

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 116. Dendam Terbalaskan

    “Wuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaam..! Blaaaaaaar..!” Bola berwarna hijau pekat itu pun meledak di tengah-tengah antara Lenggo Lumut dan Mantili yang berhadap-hadapan sejarak 7 tombak.“Bedebah..! Kembali Bola Lumut Beracun ku mampu ia bendung..!” geram Lenggo Lumut dalam hati, sementara Arya yang kini duduk santai berjuntai-juntai di atas atap salah satu bangunan padepokan tertawa membuat Ketua Padepokan Lumut itu makin geram.“Mantili..! Kali ini kau tidak akan lolos lagi..! Nyawamu akan melayang menyusul arwah kedua orang tuamu di neraka..! Hiyaaaaaaaaaaat..!” berawal dengan merentangkan kedua tangannya ke atas kemudian menghentakannya ke tanah, tubuh Lenggo Lumut berubah berwarna hijau keseluruhannya dan bentuk tubuhnya sedikit lebih besar dan tinggi.Tubuh Lenggo Lumut yang menghijau itu ia putar perlahan makin lama makin kencang seperti gasing menderu mengejar Mantili seiring dengan lesatan sinar-sinar hijau yang puluhan jumlahnya, Arya sempat di buat terkejut dan ingin melompat memban

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 115. Arya Sengaja Mengalah

    “Hiyaaaaaat..! ajian Cincin Bulan Menentang Angin..! Blaaaaaaam..! Blaaaaaaaar..!” puluhan benda bulat berwarna ke kuning-kuningan itu meledak sebelum tiba di tempat Mantili berdiri, hal itu di karenakan cahaya putih berupa lingkaran yang berasal dari kedua telapak tangan yang di putar oleh murid Kiai Bimo melesat dan menghantam ke semua Bola-bola kematian itu.Ratu Lentik bukan kepalang terkejutnya, ia tak menyangka jika lawannya memiliki ajian sedahsyat itu.“Jika ajian Bola-bola Kematian tidak mempan, saat aku akan beri dia pelajaran dengan ajian Gelang-gelang Setan!” gumam Ratu Lentik.Kedua tangan Ratu Lentik nampak di gerak-gerakan ke atas dan ke bawah, kemudian di kedua tangannya itu mulai dari siku hingga pergelangan memancar cahaya kuning menyilaukan, cahaya itu makin terang seiring munculnya beberapa buah gelang memenuhi dari siku hingga pengelangan tangannya itu.“Hiyaaaaaaat..! Kali ini kau pasti mampus wanita keparat..! Ziiiiiiiiiing..! Ziiiiiiiiiiing..!” beberapa buah ge

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 114. Bentrokan Sengit

    Dengan segera ia memerintahkan anak buahnya untuk siaga berbaris di depan padepokan seperti pagar, sementara Lenggo Lumut dan Ratu Lentik itu sendiri berada di belakang barisan anggota padepokan itu.Arya yang memimpin pasukan para warga desa memberi aba-aba untuk berhenti saat mereka telah berjarak sekitar 7 tombak dari barisan anggota Padepokan Lumut itu, kemudian Arya dan Mantili berjalan lebih mendekat sementara Saga yang di tunjuk untuk memimpin anggota Padepokan Lumut ikut maju ke depan menghampiri.“Hemmm, apakah kau yang bernama Lenggo Lumut itu?!” tanya Mantili.“Bukan, namaku Saga.”“Ternyata Ketua kalian sosok yang pengecut juga, berlindung di ketiak anak buahnya! Ha.. ha.. ha..!” Mantili tertawa, hal itu membuat rahang Lenggo Lumut mengembung.Lenggo Lumut terpancing emosi mendengar kata-kata yang dilontarkan Mantili terhadapnya, meskipun Ratu Lentik telah berusaha mencegah namun ia tetap bersikeras untuk maju berdiri sejajar dengan Saga.“Kau bilang aku pengecut..?!”“Ha.

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 113. Lenggo Lumut Terkejut

    “Berhenti..!” seru salah seorang dari mereka pada rekannya, mereka pun hentikan kuda masing-masing.“Kalian sabar jangan bertindak apa-apa dulu tunggu perintahku,” Arya yang mengetahui lebih awal jika puluhan orang di depan mereka itu adalah para anggota Padepokan Lumut memperingatkan pasukannya agar tidak bertindak lebih awal sebelum ia perintahkan.Sementara pasukan anggota Padepokan Lumut itu perlahan-lahan mulai mendekat, lalu kembali berhenti di jarak 5 tombak dari pasukan para warga desa yang di pimpin Arya itu.Arya dan Mantili bergerak lebih dekat lagi sejarak 2 tombak, beberapa orang dari anggota Padepokan yang mengenal wanita di samping pria berpakaian putih itu berbisik-bisik dengan rekannya yang lain.“Oh, rupanya kau wanita bedebah yang menghajar beberapa orang rekan kami itu?!” salah seorang yang diduga pemimpin pasukan anggota Padepokan Lumut itu buka suara.“Hemmmm, rekan-rekanmu itu lebih bedebah dan pantas diberi pelajaran!” Mantili balas mengumpat.“Sudah Mbak Manti

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 112. Sama-sama Bergerak

    Meskipun Arya menyarankan agar jangan terlalu menuruti rasa dendam, namun rasa itu takan mampu di usir sepenuhnya di hati Mantili. Murid Kiai Bimo itu akan bertarung sampai titik darah penghabisan, ia tidak akan pernah bisa tenang sebelum dapat membalaskan dendam kematian kedua orang tuanya itu pada Lenggo Lumut.Walaupun Mantili tidak mengeluarkan Pedang Bulan dan ajian-ajian andalan yang ia miliki, namun karena semangatnya berlatih membuat gerakan-gerakan di tunjukannya tampak gesit sekali. Arya pun kagum dan yakin jika Mantili nantinya akan dapat mengatasi Ketua Padepokan Lumut itu, sang pendekar berharap dia dan para warga desa-desa besok pagi berhasil menumpas padepokan itu.Sementara malam itu Lenggo Lumut tampak di ruang tengah di temani Ratu Lentik, kemarahannya tadi sore pada anak buahnya masih saja menyenak di hatinya. Lenggo Lumut marah bukan semata-mata karena kegagalan anaknya itu dalam menjalankan tugas yang ia berikan, namun lebih pada rasa penasaran siapa pendekar wani

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 111. Lenggo Lumut Murka

    “Ajian Topan Gunung Sumbing, ajian itu juga berguna untuk membentengi diri dari serangan lawan,” jawab Arya.“Lalu ajian dahsyat yang Mas gunakan untuk menghabisi Ketua Padepokan Gagak Hitam di Pulau Madura itu apa?”“Oh, kalau itu adalah salah satu ajian andalanku bernama Telapak Petir. Ajian itu akan aku keluarkan ketika saat menghadapi lawan yang memang sangat berbahaya dan sulit di taklukan,” tutur Arya.“Tapi aku minta nanti apabila kita akan bergerak menumpas Padepokan Lumut, Ketua padepokan yang bernama Lenggo Lumut itu biar aku saja yang menghadapinya. Aku ingin membalaskan dendam tewasnya kedua orang tuaku olehnya,” pinta Mantili.“Hemmm, tentu saja Mantili. Namun yang terpenting kita berhasil menumpas Padepokan Lumut di samping dendam yang hendak kamu balas pada ketua padepokan itu,” ujar Arya.“Tentu saja Mas, karena tujuan utama kita memang itu. Sedangkan urusanku dengan Lenggo Lumut adalah urusan pribadi,” Mantili memahami dan dapat menyisihkan antara tugas mulia dan dend

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 110. Ajian Cincin Bulan Menentang Angin

    “Ya Mas, sebaiknya memang kami mencari mereka ke desa-desa lainnya karena di sini tidak kami temui. Terima kasih Mas Pati kami mohon diri,” Pati Dewo hanya mengangguk sembari tersenyum berpura-pura ramah padahal di hatinya saat itu ingin menghajar rombongan Padepokan Lumut yang datang itu.Rombongan utusan Padepokan Lumut itu kembali naik ke atas kuda mereka masing-masing, kemudian berlalu meninggalkan halaman kepala Desa Cagar itu menuju desa-desa lainnya.Pati Dewo tentu saja lega dan puas karena rombongan utusan itu percaya saja dengan semua yang ia katakan jika Deka dan rombongan tidak pernah datang menemuinya, kepala Desa Cagar itu sudah cukup senang karena berhasil mengerjai anak buah Lenggo Lumut itu.*****Saat Arya dan Mantili tiba di rumah Sapto kepala Desa Tandur, di halamannya terlihat beberapa ekor kuda dan pria berpakaian serba hijau berbicara dengan kepala desa itu sambil berdiri. Mereka tampak bersitegang karena adu mulut, melihat hal itu Arya dan Mantili mempercepat l

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 109. Menaruh Harapan Pada Arya

    Pagi itu setelah beristirahat di rumah Sapto kepala Desa Tandur, Arya dan Mantili menuju Desa Telaga yang terletak tidak jauh dari desa itu di sebelah barat. Mereka berpapasan dengan beberapa warga di sana yang hendak menuju lahan persawahan, hingga Arya dan Mantili yang bertanya rumah kepala desa mereka di antar langsung oleh salah seorang warga Desa Telaga itu ke kediaman Pamungkas.Pamungkas yang memang selalu ramah menerima kedatangan tamu di kediamannya, kedatangan Arya dan Mantili pun di terima dengan baik dan sangat ramah.“Maaf sebelumnya, Kisanak berdua datang dari mana?” tanya Pamungkas.“Kami datang dari Desa Tandur Mas, namaku Arya dan ini Mantili.”“Oh dari Desa Tandur, desa tetangga yang paling terdekat rupanya. Namaku Pamungkas dan aku sebagai kepala desa di sini,” ujar Pamungkas yang juga memperkenalkan dirinya.“Ya Mas, kami juga tadi di beritahu salah seorang warga yang tadi mengantar kami ke sini,” ulas Arya.“Terima kasih sebelumnya aku ucapkan mewakili seluruh war

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status