“Saya akan beritahukan ini pada Ayahanda,” tegas Dewi Sasanti.“Jangan sekarang Raden Ayu, Sang Prabu akan bingung dan semakin tak mempercayai kita. Biar saya saja yang akan menyelidiki ini semua, hingga saya mendapatkan bukti yang dapat dipercayai Baginda Prabu nantinya. Sekarang lebih baik Raden Ayu segera kembali ke istana, sebelum ada prajurit Kerajaan yang melihat keberadaan kita di tempat ini,” cegah Arya kemudian meminta Dewi Sasanti untuk kembali ke istana.“Tapi Arya...!” belum sempat putri bungsu Prabu Kerajaan Kediri itu melanjutkan ucapannya, Arya pun telah berkelebat pergi dari tempat itu.“Ih, benar-benar menyebalkan seenaknya saja dia pergi!” gerutu Dewi Sasanti, ia kemudian melompat ke punggung Grido lalu meneruskan perjalanannya menuju istana.****Hampir malam menjelang Danar dan Bari juga Adipati Gadra berserta beberapa orang prajuritnya tiba di Padepokan Gagak Timur, tak menunggu waktu lama lagi mereka langsung menemui Welung Pati di kediamannya.Ramuan buatan Dewa
“Maafkan saya Baginda, saya telah melakukan kesalahan besar dengan membawa secara diam-diam keris Narasinga dari istana. Saya menyesal telah melakukan semua itu, Baginda akan lebih marah lagi jika mengetahui jika keris Narasinga kini berada di tangan Welung Pati si keparat itu..!” ronta Adipati Seto Wirya dalam ruangan penjara di istana kecil itu.Beberapa penjaga di depan penjara itu hanya menoleh sejenak lalu mereka tak mengacuhkannya, padahal sebelumnya mereka merupakan prajurit dari Adipati itu sendiri. Akan tetapi sejak kepemimpinan istana kecil itu beralih ke tangan Pawala, para prajurit di sana beralih tunduk pada pimpinan yang baru begitulah ketentuannya baik di Kerajaan besar maupun Kerajaan kecil atau cabang Kerajaan Kediri itu.****Istana kecil hanyalah sebutan saja, sementara bangunan itu cukup besar dan didiami sekitar 1.500 orang prajurit. Istana itu juga memiliki halaman yang luas serta pintu gerbang dengan pengawalan yang cukup ketat dari penjaga di sana, dari kegelap
Arya bersabar menunggu saat para penjaga benar-benar mengantuk, ia kerahkan ilmu meringan tubuh hingga setiap langkahnya tak dapat di dengar menyelinap perlahan menyisi lorong kamar yang memanjang ke belakang.Murid Nyi Konde Perak itu tiba di persimpangan lorong 3 arah, salah satu lorong tampak gelap hanya beberapa buah obor terlihat di sana itu pun jaraknya sangat jauh.“Hemmm, aku yakin di ujung lorong sana ada ruangan rahasia hingga lorong ini cukup gelap dibanding yang lainnya,” gumam Arya terus melangkah hingga ke ujung lorong itu.Setibanya di ujung lorong itu Arya terkejut dan hampir saja tubuhnya terlihat oleh beberapa penjaga yang tampak mondar-mandir di depan ruangan berjeruji besi, Pendekar dari Gunung Sumbing itu pun faham jika di depannya terdapat bangunan penjara.Dari tempat gelap posisi tubuhnya berdiri saat itu, dapat melihat jelas jika di dalam ruangan berjeruji besi ada seorang pria yang tengah bersandar di dinding penjara itu. Arya memperhatikannya lekat-lekat, da
“Apa?! Welung Pati mengajak Adipati Gadra memberontak? Keparat...! Benar-benar setan alas dia, kok bisa Adipati Gadra percaya dengan si keparat itu?”“Seperti yang pernah saya katakan tadi, Welung Pati meminta salah seorang anak buahnya untuk menyamar menjadi Adipati. Tentu saja Adipati Gadra itu percaya karena dia datang bersama Adipati,” jawab Arya.“Ini tak bisa dibiarkan terjadi, yang ada nanti Adipati Gadra akan terbunuh sia-sia. Pasukannya di sana tidak sebanyak pasukan di sini, pasti akan sangat mudah dikalahkan oleh prajurit istana Kerajaan Kediri.”“Welung Pati juga telah merencanakan seluruh prajurit di istana ini akan ikut bergabung dengan prajurit istana kecil Adipati Gadra,” tambah Arya.“Oh, pantas saja keparat itu diam-diam bekerja sama dengan Pawala merebut istana kecilku dan memasuki saya ke dalam penjara.”“Lalu bagaimana Adipati, apa yang akan Adipati lakukan sekarang?”“Tenang Arya, besok pagi saya akan mengambil alih kembali istana itu dari tangan Pawala. Kemarin
Pagi hari di kawasan perbatasan Demak cuaca terlihat cerah setelah sejak tengah malam juga diguyur hujan, beberapa orang prajurit istana kecil di kawasan itu terkejut saat mendapat 5 orang penjaga penjaga berdiri kaku karena tertotok. Mereka lebih terkejut lagi saat mendapatkan Adipati Seto Wirya tak lagi berada di dalam ruangan penjara, maka serentak mereka menemui Pawala untuk melaporkan hal yang terjadi itu.“Apa?! Seto Wirya kabur dari penjara?” Pawala bukan alang kepalang terkejutnya setelah mendengar laporan beberapa orang prajurit itu.“Benar yang mulia, sepertinya ada seseorang yang berilmu tinggi yang telah membebaskannya. 5 orang penjaga saat ini mematung dalam keadaan tertotok di depan ruangan penjara itu,” tambah salah seorang prajurit, membuat Pawala makin terkejut.Otaknya langsung berfikir dan langsung mengarah pada Arya, yang merupakan tamu di istana kecil itu.“Cepat kalian periksa tamu kita semalam itu, apakah dia masih berada di kamarnya?” Pawala memerintahkan beber
“Tadi kamu mengatakan jika Pawala nanti dapat kita gunakan untuk menjebak Welung Pati, maksudnya bagaimana Arya?” tanya Adipati Seto Wirya saat mereka telah berada di ruangan yang selama ini menjadi ruangan kebesaran raja di istana kecil itu.“Begini sobatku Adipati, Welung Pati saat ini pasti tengah memulihkan luka dalam yang ia alami saat berkelahi dengan saya di kawasan di depan ruangan penjara Kerajaan Kediri sebelum saya menuju ke sini.”“Hah..! Kamu sempat berkelahi dengannya? Dan kenapa pula berkelahi di kawasan penjara Kerajaan Kediri itu?” Adipati Seto Wirya terkejut.“Saya sempat di tahan di penjara itu,” jawab Arya.“Apa?!” Adipati Seto Wirya kembali terkejut.“Ya Adipati, saat itu saya memberi laporan perihal pertemuan secara diam-diam antara Welung Pati dan Adipati Gadra di pinggiran Sungai Berantas. Akan tetapi entah kenapa Sang Prabu tak percaya dengan yang saya laporkan itu justru dia menuduh saya berbohong dan di anggap sebagai mata-mata pemberontak,” tutur Arya kesal
“Baru saja putri bungsuku saya minta menghadap perihal dia pergi secara diam-diam menuju penjara Kerajaan, dia mengatakan tidak membebaskan pemberontak itu melainkan ada seseorang yang datang hendak membunuhnya hingga ia terbebas dari sana. Menurut Pendeta benarkah apa yang di katakan putriku itu?” Sang Prabu balik bertanya.“Maafkan saya sebelumnya Baginda, menurut saya semua yang dikatakan Raden Ayu Dewi Sasanti memang benar adanya. Saya juga telah memberi saran pada Baginda untuk menyelidiki,” paras Sang Prabu kembali terlihat merah bukan karena menahan amarah melainkan merasa malu Pendeta Durpala tahu juga jika apa yang disarankan beberapa waktu yang lalu itu tidak ia kerjakan.“Baiklah saya akan mengutus mata-mata Kerajaan untuk menyelidiki kebenaran dari yang dikatakan putriku itu, apakah ada hal lain yang hendak Pendeta beritahu kepada saya?” Pendeta Durpala hanya menggelengkan kepalanya pertanda tidak ada yang hendak ia sampaikan lagi.“Baiklah jika memang tidak ada keterangan
Lebih kurang 3 jam perjalanan tibalah penunggang kuda utusan dari Padepokan Gagak Timur itu di depan istana kecil di perbatasan Demak, seorang penjaga memberi laporan dulu pada Adipati Seto Wirya tentang datangnya salah seorang utusan padepokan itu. Setelah mengetahui jika utusan itu hendak menyampaikan surat yang ditujukan pada Pawala dari Welung Pati, Adipati Seto Wirya meminta penjaga itu untuk menerima suratnya.Surat dari Welung Pati yang ditujukan untuk Pawala itu pun di terima salah seorang penjaga, setelah utusan Padepokan Gagak Timur itu mohon diri kembali ke padepokannya barulah penjaga itu kembali menemui Adipati Seto Wirya menyerahkan surat itu di ruangannya.“Isi surat dari Welung Pati ini memberi perintah pada Pawala agar besok pagi seluruh pasukan berkumpul di istana kecil kediaman Adipati Gadra, bagaimana menurutmu Arya apa yang sebaiknya kita lakukan?” tutur Adipati Seto Wirya setelah membaca surat dari Welung Pati itu.Arya tak segera menjawab, dia terlihat tengah be
“Jangan takut manis, kami berdua tidak akan menyakiti kalian,” ujar pria berpakaian merah seraya mencolek dagu salah seorang dari beberapa wanita yang sedang ketakutan itu.“Benar kami hanya ingin mengajak kalian untuk bersenang-senang, kalian mau kan? He.. he.. he..!” tambah pria berbaju coklat sembari tertawa.“Jangan Tuan..! Kami ingin pulang,” salah seorang dari para wanita itu memohon.“Tidak akan lama, hanya sebentar saja,” pria berpakaian merah membujuk, semua wanita itu menggelengkan kepala.Melihat hal itu pria berbaju coklat memberi isyarat pada temannya untuk segera berbuat sesuatu, pria berpakaian merah itu pun mengerti dan langsung menangkap salah seorang dari mereka, begitu pula dengan pria berbaju coklat menarik salah satu dari beberapa wanita itu.“Tolong...! Tolong...!” teriak dua orang wanita yang saat itu ditarik paksa oleh pria berpakaian merah dan coklat, begitu pula dengan para wanita lainnya.“Jika kalian teriak lagi akan kami bunuh mereka...!” gertak pria berpa
“Pangeran Durjana memang sosok yang kurang ajar dan selalu membuat keonaran di mana-mana, makanya kami datang ingin bertanya banyak tentangnya kepada Baginda yang tentu saja sangat mengenalnya,” tutur Arya.“Ya, saya tentu saja sangat mengenalnya karena Kerajaan ini di bawah kendalinya. Saya dan seluruh prajurit Kerajaan tak berdaya saat dia dan pasukannya menyerang secara tiba-tiba beberapa tahun yang lalu, memang dia tak mengambil alih tahta Kerajaan Mandalu ini tapi saya merasa sama saja karena saya dan seluruh rakyat Kerajaan Mandalu tersiksa dengan upeti yang sangat tinggi yang harus kami bayar setiap bulannya,” Satrio Mandalu hentikan sejenak ceritanya sambil menarik napas dalam-dalam.“Pangeran Durjana memiliki pasukan yang sangat besar saat ini mencapai 2.000 orang, dan dia juga memiliki sebuah padepokan yang besar setara dengan istana Kerajaan besar di Pulau Jawa ini. Padepokan itu bernama Padepokan Neraka yang bertempat tidak jauh dari Gunung Merapi tepat di sebelah timur le
“Maafkan saya yang mulia, saya datang menghadap karena hendak menyampaikan sesuatu,” ucap penjaga itu setelah sebelumnya memberi sembah hormat.“Oh, silahkan penjaga apa yang hendak kau sampaikan,” ujar Sang Raja yang bernama Satrio Mandalu itu.“Di depan ada tiga orang ingin bertemu dengan yang mulia, mereka mengatakan dari istana Kerajaan Demak.”“Hah? Ada utusan dari Kanjeng Sultan Demak? Kenapa tidak dipersilahkan saja masuk?”“Maaf yang mulia, kami tentunya harus memberi laporan terlebih dahulu seperti yang mulia perintahkan,” jawab penjaga itu.“Hemmm, ya sekarang kau bawa mereka masuk menghadap saya di sini.”“Baik yang mulia,” penjaga itu memberi sembah hormat lalu meninggalkan ruangan itu.Beberapa saat kemudian penjaga itu datang kembali beserta ketiga orang yang mengaku dari istana Kerajaan Demak, setelah mengantar ketiga tamu itu penjaga itupun kembali ke depan pintu gerbang.“Sebuah kehormatan atas kedatangan kalian bertiga yang merupakan utusan dari Kanjeng Sultan Demak,
“Dasar bocah bejad, masih saja tak percaya..!”Habis berkata pria berpakaian coklat itu berubah menjadi sosok bertubuh besar empat kali lipat besar dan tingginya dari tubuh ia sebelumnya, sosok itu sangat menyeramkan memiliki satu mata di tengah-tengah wajahnya dan bertanduk di bagian belakang kepalanya.“Sudah Guru..! Cepat Guru menyamar kembali, nanti ada yang melihat,” seru Pangeran Durjana yang terkejut sekaligus yakin jika sosok itu memang Gurunya.Sosok bertubuh besar bertanduk di bagian belakang kepalanya yang tidak lain adalah Setan Tanduk Neraka kembali merubah wujudnya menjadi seorang pria berpakaian coklat, beberapa kali ia menyentil-nyentil kuping Pangeran Durjana karena dari awal muridnya itu tak percaya padanya.“Luar biasa..! Saya tak menyangka Guru juga memiliki ilmu bisa merubah bentuk tubuh seperti ini, makanya saya tadi tidak percaya karena memang Guru tidak pernah mengatakan dapat berubah wujud,” puji Pangeran Durjana.“Hemmm, tapi ilmu ini tak bisa diwariskan kepa
Seorang pria berbadan kekar berparas cukup tampan mengenakan pakaian coklat berjalan santai menuju Lembah Neraka, pria itu datang dari arah selatan dan mulai memasuki kawasan yang saat ini diawasi oleh para mata-mata dan para anggota yang dipilih Padepokan Neraka yang di pimpin Pangeran Durjana itu.Baru saja menjejakan kaki masuk di kawasan itu, seorang mata-mata padepokan datang menghadang yang diikuti beberapa orang bersenjata golok dan tombak.“Berhenti..! Kau memasuki kawasan padepokan kami, kau siapa dan ada keperluan apa masuk ke sini?” tanya mata-mata padepokan.“Hemmm, saya hendak bertemu dengan Ketua kalian Pangeran Durjana,” jawab pria berpakaian coklat itu.“Katakan dulu kau siapa dan ada perlu apa menemui Ketua kami..!”“Kalau berkenaan dengan keperluan apanya saya menemui Ketua kalian itu rahasia dan tak perlu juga kalian ketahui, jika saya tidak diperbolehkan ke padepokan kalian tidak apa saya tunggu saja di sini. Yang pasti katakan pada Ketua kalian itu bahwa saya Seta
Sembari menunggu matahari agak condong ke barat, tengah hari itu mereka manfaatkan untuk beristirahat dan makan siang bersama. Dari arah barat tampak pula 3 orang yang tengah berjalan santai meniti pematang sawah menuju dangau tempat beberapa petani sedang makan siang bersama itu, mereka terdiri dari satu orang wanita dan dua orang pria.Para petani di dangau sempat arahkan pandangan ke arah ketiga orang yang tengah meniti pematang itu, mereka saling pandang seperti bertanya apakah ada di antara mereka yang mengenal tiga orang yang berjalan di pematang sawah menuju ke arah dangau mereka itu.Keseluruh para petani itu menampakan raut wajah yang bingung pertanda tak ada satupun di antara mereka yang mengenali tiga orang yang saat itu telah dekat dengan dangau tempat mereka duduk makan siang bersama, dua orang di antara petani itu hentikan makan lalu berdiri dari duduknya berjalan menghampiri ketiga orang yang telah tiba di depan dangau itu.“Maaf, jika kehadiran kami telah mengganggu is
Bayangan hitam yang sangat besar tiba-tiba saja muncul tepat di depan Setan Tanduk Neraka duduk bersila melakukan semedi, saking besarnya puncak kepalanya menyentuh langit-langit goa padahal dia juga memposisikan tubuhnya duduk di atas batu besar di depan Guru Pangeran Durjana itu.Makin lama bayangan itu semakin jelas wujudnya yang tak kalah menyeramkan dengan wujud Setan Tanduk Neraka, kehadirannya di sana membuat dinding-dinding goa bergetar hebat seakan mau runtuh.“Ha.. ha.. ha..! Ada gerangan apa kau memanggilku ke sini, Setan Tanduk Neraka..?!” kembali dinding-dinding goa itu bergetar hebat, Setan Tanduk Neraka membuka matanya.“Terimalah sembahku yang mulia Raja Setan Sejagad,” ucap Setan Tanduk Neraka memberi sembah, sosok raksasa di depannya itu hanya anggukan kepala.“Maafkan saya yang mulia jika saya lancang memanggil yang mulia Raja datang ke sini, adapun tujuannya hendak meminta bantuan menyempurnakan ilmu tanduk neraka yang mulia sematkan di kepala saya. Yang mulia berk
Para anggota atau anak buah Pangeran Durjana yang mendiami padepokan itu telah mencapai 2.000 orang, itu semua karena Padepokan Neraka memang memiliki daya tarik kuat untuk bergabung menjadi anggota sebab merasa terjamin kehidupan mereka di sana dengan berlimpah ruahnya upeti yang mereka terima dari berbagai Kerajaan dan padepokan yang telah mereka taklukan.Namun begitu Pangeran Durjana yang serakah itu masih belum puas dengan menguasai kawasan timur Pulau Jawa itu saja, ia ingin dapat menguasai seluruh Pulau Jawa dari timur hingga kawasan barat seperti yang dikehendaki Gurunya Si Setan Tanduk Neraka itu.Kedatangan Pangeran Durjana di halaman padepokan di sambut oleh Dipo Geni sebagai tangan kanannya atau di Kerajaan sebagai Panglima, melihat raut wajah junjungannya tidak terlihat gembira Dipo Geni tak berani bertanya selain mengiringi junjungannya itu hingga ke dalam ruangan kebesaran Padepokan Neraka itu.“Dipo Geni, selama saya pergi meninggalkan padepokan ini apakah ada Kerajaan
Tanpa menunggu waktu lama lagi Pangeran Durjana segera meninggalkan goa itu, ia menuju ke arah timur itu artinya di akan kembali ke padepokannya di Lembah Neraka di kawasan Gunung Merapi.Setan Tanduk Neraka sebenarnya sosok mahkluk astral sejenis jin yang sebelum dimasuki roh Sura Brambang sosok bertubuh empat kali lipat manusia biasa itu tidak pernah bisa dilihat dan dia pun tak bisa juga menunjukan dirinya setiap saat kepada manusia.Roh Sura Brambang yang selalu gentayangan berupa arwah penasaran itu, takan pernah merasa senang jika Tanah Jawa belum mengalami kehancuran karena memang semasa hidupnya dulu merupakan dedengkot tokoh golongan hitam. Melalui raga halus mahkluk astral yang mengerikan itulah, ia dapat berkomunikasi dan bisa dilihat oleh Pangeran Durjana sebagai murid sekaligus jalan mewujudkan keinginan jahatnya itu yang ingin melihat kehancuran di muka bumi terutama Pulau Jawa.Sosok Setan Tanduk Neraka bukan saja berwujud mengerikan tapi juga memiliki ilmu yang luar bia