Share

Bab 12. Arya Ikut Melaut

Penulis: Andy Lorenza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Ya, beliau juga sosok yang arif dan bijaksana. Meskipun agama beliau berbeda dengan kami, namun beliau sangat menghormati dan menghargai kami.”

“Benar Paman, sosok ulama sejati di dalam agama Islam memang memiliki hati yang luhur serta bijaksana dalam bersikap. Hal itu pulalah salah satu yang diajarkan pada murid-murid beliau, agar kelak para santri di samping memiliki ilmu bela diri juga berperilaku baik,” jelas Arya.

“Makanya Prabu Swarna Dipa juga sangat menghormati beliau sebagai sahabatnya, beliau juga sering membantu Kerajaan Dharma jika ada pihak luar yang hendak membuat kekacauan.”

“Apa Kiyai Bimo tahu tentang tewasnya Prabu Swarna Dipa?”

“Beliau hanya tahu Prabu Swarna Dipa tewas diserang secara tiba-tiba saat pergi berburu, tentang siapa para pendekar bayaran itu kami sendiri sampai saat ini tidak mengetahuinya. Yang pasti mereka berasal dari Pulau Jawa,” tutur Wayan Bima.

“Saka Galuh benar-benar licik, dia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya itu,” Arya kembali terli
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 13. Cara Arya Menangkap Ikan

    Arya tak menghiraukan seruan dari Wayan Bima, dengan lincah kedua kakinya menjejak di permukaan laut sambil terus merentangkan jaring sejajar dengan ujung jaring yang ia ikat di buritan perahu.Hal yang tak terduga pun terlihat puluhan ekor ikan terjaring dan dengan cepat pula Arya melesat kembali ke atas perahu sambil menggulung jaring itu, Wayan Bima semakin heran dan kagum akan ilmu meringankan tubuh yang di pertontonkan Arya dengan menjejakan kaki di atas permukaan laut jangankan tenggelam mata kakinya pun tak basah terkena air.Setelah ikan-ikan yang terjaring dilepas dari jaring dan ditaruh di dalam perahu, kembali Arya melakukan yang sama seperti yang ia lakukan tadi secara berulang kali, hingga sebelum tengah hari tempat ikan berupa peti yang terbuat dari papan tipis yang dilapisi plastik berisi air sejumlah 4 buah penuh dengan ikan-ikan hasil tangkapan sang pendekar.“Wah, belum juga tengah hari peti-peti ini sudah penuh!” seru Wayan Bima yang masih dalam rasa heran dan takju

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 14. Keistimewaan Pedang Rajawali Putih

    “Kamu mau menyimpannya di mana, Arya?” tanya Lasmi.“Di pendopo ini saja, Bi. Sekarang Bi Lasmi ambil seberapa perlunya untuk lauk makan malam nanti, aku akan coba untuk membuat agar ikan-ikan ini tetap segar di dalam peti,” jawab Arya seiring ia berdiri dari duduknya kemudian membuka ke seluruh tutup peti ikan itu.Setelah Lasmi dan Sekar memilih beberapa ekor ikan untuk keperluan makan malam nanti, Arya meminta mereka untuk menjauh dari peti-peti ikan itu beberapa langkah, sementara Wayan Bima hanya duduk di pendopo menyaksikan apa yang hendak dilakukan Pendekar Rajawali Dari Andalas itu selanjutnya.Arya memposisikan tubuhnya di depan empat buah peti yang berisi penuh ikan dicampur air laut seperempat bagian dari peti-peti itu, kemudian sang pendekar mencabut pedang yang selalu tersandang di punggungnya.Pedang itu tidak lain adalah Pedang Rajawali Putih yang memiliki dua mata berbeda warna, bagian mata pedang sebelah kanan berwarna kuning ke emasan yang dapat menghanguskan benda a

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 15. Prajurit Membawa Paksa Gadis

    Seperti biasa setelah bercinta dengan permaisurinya di dalam kamar, Saka Galuh menuju ruangan di mana di sana tersedia berbagai macam makanan serta buah-buahan segar serta tuak memabukan. Di sana juga terdapat beberapa orang wanita cantik yang bertugas sebagai pelayan, baik menuang tuak ke dalam cangkir, mengambilkan buah-buahan dan makanan yang diinginkan serta memijit-mijit sang raja.Saka Galuh bersenang-senang di ruangan itu biasanya hingga mabuk baru ia akan berhenti meneguk tuak, kemudian beberapa pelayan memapahnya ke dalam kamar. Tak cukup sampai di situ saja, dalam keadaan mabuk Saka Galuh masih sempat-sempatnya menggerinyangi tubuh pelayan-pelayan istana itu bahkan sampai di setubuhi.*****Siang itu beberapa orang berpakaian prajurit memasuki sebuah desa dengan menunggang kuda, desa itu tidak jauh dari Desa Kuta hanya berbatas anak sungai saja. Cukup lama para prajurit itu mengitari kawasan desa itu, hingga mereka berhenti di depan sebuah rumah yang di pendapanya tampak dud

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 16. Mengejar Penculik Gadis

    “Weni tak salah apa-apa, dia hanya tidak menerima tawaran pihak istana untuk memperkerjakan dia di sana. Lalu para prajurit itu memaksa dan membawa Weni pergi,” kali ini Seno yang menjawab sambil mendekap perutnya yang masih terasa nyeri akibat ditendang salah seorang dari prajurit istana Kerajaan Dharma tadi.“Kurang ajar mereka! Tak henti-hentinya pihak istana Kerajaan itu membuat keonaran dan menyiksa para warga desa. Makanya dulu kami sarankan agar Mas Seno dan Mbak Diah mengasingkan Weni di tempat yang tersembunyi, agar terhindar dari incaran Saka Galuh yang gemar membawa wanita-wanita muda ke istananya,” tutur salah seorang warga desa itu yang memang mengetahui kebiasaan buruk dari Saka Galuh yang kerap membuat gaduh rakyatnya sendiri.“Kamu benar Siwo, harusnya dulu aku mendengar saranmu itu. Sekarang apa yang musti aku lakukan untuk membebaskan Weni dari istana itu?” Seno menyesal dan tak tahu harus berbuat apa.“Aku sendiri juga tak tahu Mas musti bagaimana, kalau pun kita ku

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 17. Membebaskan Gadis Itu

    Empat orang prajurit melompat turun dari kuda tunggangannya dan berlari menghampiri Arya, dan tampa basa-basi mereka langsung mengirimkan pukulan tangan kosong.“Huuup..! Wuuuuuuus..! Wuuuuuuuus..!” dengan santainya Arya meliuk-liukan tubuhnya menghindari pukulan dan terjangan empat orang prajurit itu.Karena serangan mereka hanya menerpa udara kosong, empat prajurit itu makin geram dan kembali menyerang lebih gesit lagi.“Wuuuuuuus..! Deeeeees..! Deeeees..! Bruuuuuuuuk..!” kali ini Arya tak hanya menghindar, dia juga membalas dan akibatnya keempat prajurit itu terpental oleh pukulan tangan kosong Arya yang cepat menghajar dada mereka, keempat prajurit itu pun jatuh terjengkang di tanah.Melihat keempat rekannya terjengkang belasan prajurit lainnya melompat turun dari kuda dan menyerang dengan menghunus pedang, Arya yang telah menduga akan serangan itu segera posisikan dirinya dan bersiap mengeluarkan ajian Topan Gunung Sumbing.“Hiyaaaaaaaat..! Wuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..! Bruuuu

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 18. Mengungsi

    “Bukan Paman, aku hanya berasal dari keluarga biasa seperti keluarga Paman ini. Aku seorang pendekar yang memang selalu mengembara,” jawab Arya.“Jadi saudara Arya tadinya menghadapi rombongan prajurit istana itu sendirian?” Seno terkejut dan merasa tak percaya karena prajurit istana Kerajaan Dharma yang membawa putrinya itu belasan jumlahnya.“Benar Ayah, Mas Arya mengalahkan semua prajurit itu hingga mereka jatuh terjengkang di tanah. Dan pada saat mereka bersusah payah untuk berdiri, aku dibawa Mas Arya kembali ke rumah ini,” Weni yang menjawab sekaligus menjelaskan kejadian bagaimana Arya menghajar para prajurit istana dan membawanya kembali ke rumah itu.“Luar biasa sekali!” seru Seno geleng-geleng kepala, sementara para warga yang juga mendengar percakapan mereka di ruang tamu itu ikut terkejut dan kagum.“Terima kasih, Mas Arya telah membebaskanku. Jika tadi Mas tidak datang menolong, aku tak tahu apa yang bakal terjadi setelah dibawa ke istana Kerajaan Dharma,” ucap Weni.“Hem

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 19. Tiba Di Rumah Wayan Dipa

    “Hormatku yang mulia, ada gerangan apa yang mulia memanggil hamba menghadap?” tanya Arga Komang Panglima Kerajaan itu.“Prajurit-prajurit kita ini telah dibuat malu oleh seorang pemuda yang berhasil menggagalkan mereka membawa seorang gadis desa ke istana ini, untuk itu aku perintahkan kamu untuk menangkap pengacau itu yang tentunya masih berada di rumah gadis yang tadi sempat dibawa oleh para prajurit!” Saka Galuh memberi perintah.“Baik yang mulia, perintah yang mulia akan segera hamba laksanakan.”“Bawa lebih banyak prajurit, sepertinya pengacau itu memiliki kesaktian yang tidak mudah untuk ditaklukan. Ingat tangkap dia hidup-hidup biar aku akan memberi hukuman kepadanya!” seru Saka Galuh.“Baik yang mulia, hamba mohon diri,” ujar Arga Komang sembari memberi hormat kembali lalu dia dan belasan prajurit meninggalkan ruangan istana itu.Seperti yang diperintahkan Saka Galuh, Arga Komang membawa serta puluhan prajurit istana menuju rumah kediaman gadis yang sempat dibawa paksa oleh be

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 20. Wayan Dipa Rendah Hati

    “Tentu saja tidak Mas, kami malah senang sekali menerima Mas Seno sekeluarga di sini. Rumah ini hanya memiliki 2 buah kamar, nanti Weni bisa tidur dengan Sekar di kamarnya, Mbak Diah dengan Lasmi dan kita di ruangan depan ini saja,” tutur Wayan Bima.“Oh tidak usah begitu Mas, biar Weni saja yang nanti tidur di kamar Sekar. Aku dan Diah di ruangan ini saja, Mas Wayan tetap seperti biasanya saja menemani Mbak Lasmi,” ujar Seno.“Iya Mas Wayan, kami sudah sangat senang diterima di rumah ini. Mengenai tempat beristirahat ruangan ini sangat luas dan nyaman sekali bagi kami,” tambah Diah, seiring dengan itu Sekar pun datang membawakan beberapa cangkir teh hangat dan panganan ringan.“Ya sudah kalau begitu, mari diminum dan dicicipi Mbak, Mas dan Weni,” Lasmi mempersilahkan Seno sekeluarga untuk menikmati suguhan yang dibawa Sekar dan ditaruh di tengah-tengah mereka duduk.“Terima kasih,” ucap Seno sekeluarga, mereka pun menikmati suguhan dari Sekar itu berikut juga dengan Arya dan Wayan Bi

Bab terbaru

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 73. Pendekar Sejati

    “Ya Eyang, tapi dia dikabarkan telah tewas saat berada di Pulau Andalas beberapa tahun yang lalu.”“Hemmm, aku juga mendengar kabar begitu. Akan tetapi kabar itu tidak benar, karena pendekar itu sekarang ada bersama kita di ruangan ini,” tutur Kiai Bimo, seketika Mantili terkejut dan langsung memberi hormat pada Arya.“Maaf Mas, jika aku tadi bersikap lancang,” ucap Mantili merasa malu dan segan.“Hemmm, Kiai Bimo terlalu berlebihan memuji. Aku pendekar biasa saja dan julukan itu terlalu dibesar-besar,” ujar Arya kembali diiringi senyumannya.“Kamu mendengar dan melihat sendiri kan Mantili? Pendekar sejati itu tidak akan pernah menyombongkan dirinya, meskipun nama dan julukannya disegani dan di agung-agungkan karena telah banyak berbuat kebaikan membela kebenaran.”“Apalah artinya sebuah nama dan julukan Kiai, kalaupun aku telah banyak berbuat baik membela kebenaran itu semua datangnya dari Gusti Allah, kita hanya sebagai perantara-Nya saja,” ulas Arya yang kembali membuat Kiai tersen

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 72. Mantili

    “Hemmm, ya benar Arya. Akan tetapi putra Prabu Swarna Dipa itu tidak pernah datang ke sini,” ujar Kiai Bimo tersenyum.“Saka Galuh memang tidak pernah menurut dan kerap membohongi Prabu Swarna Dipa sejak usianya masih remaja, dan begitu dewasa ia menjadi anak yang durhaka demi tahta ia rela membunuh Ayahnya sendiri.”“Itulah ujian hidup Arya, ambisi dan keserakahan kerap membuat orang gelap mata. Makanya dibutuhkan ilmu agama yang mendalam untuk mendidik manusia menjadi manusia yang memiliki akhlak yang baik,” tutur Kiai Bimo.“Benar Kiai, keserakahan memang kerap membuat orang berbuat kejahatan dan tak segan-segan membunuh.”“Manusia yang hidup di dunia ini tidak pernah puas dengan apa yang ia dapati dan miliki, bahkan kebanyakan dari mereka tidak pandai bersyukur atas semua yang telah dilimpahkan Gusti Allah. Harta yang dimiliki takan bisa menolong mereka jika tiba waktunya kembali menghadap yang kuasa, hanya amal dan perbuatan baiklah yang menjadi bekal penting saat kita akan mengh

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 71. Pangeran Durjana Waspada

    Tak biasanya Pangeran Durjana keluar dari ruangannya menuju teras depan bangunan padepokan dan duduk sendirian di salah satu deretan kursi yang terdapat di teras itu, deretan kursi yang ia duduki menghadap ke halaman dan pintu gerbang padepokan.Tak beberapa lama Dipo Geni datang menghampiri, ia berjalan dari arah depan padepokan melakukan tugas rutinnya memantau dan mengawasi para murid dan seluruh anggota Padepokan Neraka dalam segala urusan termasuk mengetahui jumlah jatah bulanan yang dikirim Kerajaan-kerajaan.Jika Padepokan Neraka itu berupa sebuah Kerajaan boleh dikatakan Dipo Geni sebagai Panglimanya dan Pangeran Durjana adalah Raja, itu melihat kepercayaan yang diberikan Pangeran Durjana kepadanya.“Tumben Ketua keluar ruangan dan duduk seorang diri di sini?” tanya Dipo Geni.“Terlalu lama di ruangan menimbulkan rasa bosan juga, kiriman dari Kerajaan-kerajaan tetap lancarkan Dipo?” Pangeran Durjana balik bertanya akan tetapi sikapnya tidak bersemangat.“Lancar-lancar saja Ket

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 70. Nyali Pangeran Durjana Ciut

    “Baik Kiai, terima kasih,” ucap Arya, Kiai Bimo hanya mengangguk sembari tersenyum lalu ia melangkah keluar dari ruangan itu melihat para santrinya yang tengah melakukan kegiatan kemandirian.Selama berhari-hari 2 orang murid Padepokan Neraka yang berhasil melarikan diri dari amukan para warga sewaktu berkecamuknya pemberontakan ke istana Kerajaan Dharma berdiam diri di hutan di kawasan Pulau Dewata, akhirnya berhasil menyeberang kembali ke Pulau Jawa.Mereka berdua melakukan penyamaran dan bekerja di pelabuhan mengangkat dan menurunkan barang para penumpang kapal, setelah mendapatkan uang yang cukup untuk ongkos kapal mereka pun berhenti bekerja di pelabuhan itu dan menyeberang ke Pulau Jawa dengan penumpang yang lainnya.Tiba di pelabuhan di ujung timur Pulau Jawa terasa terbebas dari penjara bagi kedua murid Padepokan Neraka itu, karena dalam beberapa hari belakangan ini seperti dihantui ketakukan akan tertangkapnya mereka oleh prajurit atau warga desa yang mengenalinya di pelabuha

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 69. Arya Disarankan Menginap

    “Ada apa Kiai? Ada yang salah dengan yang aku ucapkan?” Arya ikut terkejut melihat reaksi Kiai Bimo saat ia mengatakan nama Gurunya.“Tidak, tidak. Tidak ada yang salah dengan jawabanmu itu Arya, aku hanya terkejut saja karena aku tahu betul akan sosok Gurumu itu semasa mudaku dulu. Nyi Konde Perak sangat sakti mandraguna dan juga memiliki ilmu agama yang tinggi, saat itu beliau sangat di segani baik dari sesama pendekar golongan putih terlebih lagi pendekar golongan hitam.”“Berarti Kiai kenal dan sering bertemu dengan Guruku itu?”“Ya, tentu saja aku mengenali dan sering bertemu dengannya semasa kami masih muda dulu. Beliau sering memberiku nasehat serta mengajariku tentang ilmu agama Islam, waktu itu aku tinggal dan mengabdi di Kesultanan Demak,” ujar Kiai Bimo.“Eyang Guru memang memiliki banyak sahabat sewaktu beliau masih muda, hanya saja dia jarang mau menceritakan masa mudanya itu sejak aku masih diasuhnya dari bayi hingga digembleng menjadi seorang pendekar di puncak Gunung S

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 68. Kiai Bimo Terkejut

    “Itu Kiai, Mas Arya katanya dia datang dari Pulau Dewata,” Arif mundur selangkah lalu membalikan tubuhnya menyamping diiringi menunjuk dengan jempol tangannya ke arah Arya.Dari jarak beberapa langkah dari pintu ruangan itu Arya terlihat memberi hormat dengan adab sopan santun seperti yang kerap dilakukan para santri di sana pada Kiai Bimo saat bertemu, Kiai Bimo pun membalas dengan senyum dan sikap yang ramah dan sopan pula.“Assalamu alaikum,” ucap Arya memberi salam.“Waalaikum Salam, mari kisanak silahkan masuk,” balas Kiai Bimo lalu mengajak Arya masuk ke dalam ruangan itu.“Terima kasih Kiai,” ucap Arya sambil melangkah masuk, seiring dengan itu ia pun berterima kasih pada Arif yang telah mengantarnya bertemu dengan pemilik pemondokan itu.Arif tidak langsung pergi meninggalkan mereka, melainkan ikut masuk ke dalam ruangan setelah Kiai Bimo memberi isyarat padanya untuk membuatkan minum untuk Arya. Setelah meletakan 2 cangkir teh hangat di atas tikar pandan di depan Kiai Bimo d

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 67. Tiba Di Pulau Madura

    “Ya, agar para warga juga mengetahui di samping tugas giliran ronda tiap malam juga akan diadakan tugas giliran memantau orang luar yang akan masuk ke Desa Karapan terutama dari arah Desa Sampang, dari seberang hutan di ujung kawasan desa ini,” seluruh pria yang ada di pendopo mengangguk faham mendengar penjelasan dari Mahfud.Pesta minuman keras yang berlangsung di depan Padepokan Gagak Hitam kian menjadi-jadi, Sandaka dan seluruh anak buahnya benar-benar telah mabuk. Beberapa orang di antara mereka ada yang tumbang tergeletak di tanah, karena tak mampu lagi menahan keseimbangan tubuhnya yang oleng akibat pengaruh arak dan tuak yang terlalu banyak mereka minum.Sandaka sendiri sekarang dibantu Sabo dan 2 orang anak buahnya memapah ke kamarnya, setelah sebelumnya muntah dan sempoyongan di depan padepokan itu. Anehnya mereka justru ketagihan dan sangat senang melakukan pesta minuman keras hingga mabuk sedemikian rupa, meskipun mereka terkadang tak sadarkan diri dan tidur di sembarang t

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 66. Di Tengah Lautan

    “Benar Ketua, tidak sia-sia kita datang dan mendirikan padepokan di pulau ini,” ujar Sabo yang juga sudah setengah mabuk.“Sayang sekali Ketua, di sini tidak ada wanita yang dapat kita jadikan pelengkap pesta kita malam ini. Ha.. Ha.. Ha..!” seru salah seorang dari anggota padepokan itu.“Ha.. Ha.. Ha..! Kau benar, tapi jangan kuatir di pesta-pesta kita berikutnya kita akan bawa para wanita dari desa-desa kawasan pulau ini untuk bersenang-senang di sini..! Kau mau yang kurus atau yang gembrot, Sabo?” kelakar Sandaka dengan tawanya semakin menggelegar.“Ha.. Ha.. Ha..!” suara tawa makin riuh terdengar saat berpadunya tawa dari puluhan anggota Padepokan Gagak Hitam itu.*****Sebuah perahu yang tadi melaju cukup kencang sebelum hari gelap, kini dibiarkan saja mengapung tenang di tengah-tengah lautan oleh sosok berpakaian putih di atasnya. Ia duduk santai sambil mengarahkan pandangan ke sekeliling lautan, sesekali dia tampak mengaruk-garuk lehernya. “Malam ini tak ada bulan dan bintang

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 65. Pesta Tuak

    Sore itu para anak buah Sandaka selesai membangun gudang di samping kanan bangunan Padepokan Gagak Hitam itu, mereka bukan saja puluhan orang jumlahnya namun juga cekatan hingga gudang itu cepat selesai.“Ketua, mereka telah selesai membangun gudang di sisi kanan padepokan ini,” Sabo datang menghampiri Sandaka yang tengah berada di kamarnya sembari memberi laporan.“Bagus, sekarang perintahkan mereka untuk memindahkan seluruh bahan makanan baik dari rumah para warga maupun yang ada di ruangan padepokan ini ke gudang.”“Baik Ketua,” Sabo pun mohon diri untuk kembali menemui para anak buah yang baru saja menyelesaikan pembangunan gudang yang cukup besar.“Karena gudang ini telah selesai, Ketua memerintah kalian untuk memindahkan semua bahan makanan di rumah-rumah warga ke sini, begitu pula dengan yang ada di salah satu ruangan padepokan,” tutur Sabo memberi perintah.“Baik Kang Sabo,” seru mereka lalu melaksanakan apa yang diperintahkan itu.Selesai memindahkan semua bahan makanan itu k

DMCA.com Protection Status