Beranda / Fantasi / Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas / Bab 14. Keistimewaan Pedang Rajawali Putih

Share

Bab 14. Keistimewaan Pedang Rajawali Putih

Penulis: Andy Lorenza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-03 01:20:21

“Kamu mau menyimpannya di mana, Arya?” tanya Lasmi.

“Di pendopo ini saja, Bi. Sekarang Bi Lasmi ambil seberapa perlunya untuk lauk makan malam nanti, aku akan coba untuk membuat agar ikan-ikan ini tetap segar di dalam peti,” jawab Arya seiring ia berdiri dari duduknya kemudian membuka ke seluruh tutup peti ikan itu.

Setelah Lasmi dan Sekar memilih beberapa ekor ikan untuk keperluan makan malam nanti, Arya meminta mereka untuk menjauh dari peti-peti ikan itu beberapa langkah, sementara Wayan Bima hanya duduk di pendopo menyaksikan apa yang hendak dilakukan Pendekar Rajawali Dari Andalas itu selanjutnya.

Arya memposisikan tubuhnya di depan empat buah peti yang berisi penuh ikan dicampur air laut seperempat bagian dari peti-peti itu, kemudian sang pendekar mencabut pedang yang selalu tersandang di punggungnya.

Pedang itu tidak lain adalah Pedang Rajawali Putih yang memiliki dua mata berbeda warna, bagian mata pedang sebelah kanan berwarna kuning ke emasan yang dapat menghanguskan benda a
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 15. Prajurit Membawa Paksa Gadis

    Seperti biasa setelah bercinta dengan permaisurinya di dalam kamar, Saka Galuh menuju ruangan di mana di sana tersedia berbagai macam makanan serta buah-buahan segar serta tuak memabukan. Di sana juga terdapat beberapa orang wanita cantik yang bertugas sebagai pelayan, baik menuang tuak ke dalam cangkir, mengambilkan buah-buahan dan makanan yang diinginkan serta memijit-mijit sang raja.Saka Galuh bersenang-senang di ruangan itu biasanya hingga mabuk baru ia akan berhenti meneguk tuak, kemudian beberapa pelayan memapahnya ke dalam kamar. Tak cukup sampai di situ saja, dalam keadaan mabuk Saka Galuh masih sempat-sempatnya menggerinyangi tubuh pelayan-pelayan istana itu bahkan sampai di setubuhi.*****Siang itu beberapa orang berpakaian prajurit memasuki sebuah desa dengan menunggang kuda, desa itu tidak jauh dari Desa Kuta hanya berbatas anak sungai saja. Cukup lama para prajurit itu mengitari kawasan desa itu, hingga mereka berhenti di depan sebuah rumah yang di pendapanya tampak dud

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 16. Mengejar Penculik Gadis

    “Weni tak salah apa-apa, dia hanya tidak menerima tawaran pihak istana untuk memperkerjakan dia di sana. Lalu para prajurit itu memaksa dan membawa Weni pergi,” kali ini Seno yang menjawab sambil mendekap perutnya yang masih terasa nyeri akibat ditendang salah seorang dari prajurit istana Kerajaan Dharma tadi.“Kurang ajar mereka! Tak henti-hentinya pihak istana Kerajaan itu membuat keonaran dan menyiksa para warga desa. Makanya dulu kami sarankan agar Mas Seno dan Mbak Diah mengasingkan Weni di tempat yang tersembunyi, agar terhindar dari incaran Saka Galuh yang gemar membawa wanita-wanita muda ke istananya,” tutur salah seorang warga desa itu yang memang mengetahui kebiasaan buruk dari Saka Galuh yang kerap membuat gaduh rakyatnya sendiri.“Kamu benar Siwo, harusnya dulu aku mendengar saranmu itu. Sekarang apa yang musti aku lakukan untuk membebaskan Weni dari istana itu?” Seno menyesal dan tak tahu harus berbuat apa.“Aku sendiri juga tak tahu Mas musti bagaimana, kalau pun kita ku

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 17. Membebaskan Gadis Itu

    Empat orang prajurit melompat turun dari kuda tunggangannya dan berlari menghampiri Arya, dan tampa basa-basi mereka langsung mengirimkan pukulan tangan kosong.“Huuup..! Wuuuuuuus..! Wuuuuuuuus..!” dengan santainya Arya meliuk-liukan tubuhnya menghindari pukulan dan terjangan empat orang prajurit itu.Karena serangan mereka hanya menerpa udara kosong, empat prajurit itu makin geram dan kembali menyerang lebih gesit lagi.“Wuuuuuuus..! Deeeeees..! Deeeees..! Bruuuuuuuuk..!” kali ini Arya tak hanya menghindar, dia juga membalas dan akibatnya keempat prajurit itu terpental oleh pukulan tangan kosong Arya yang cepat menghajar dada mereka, keempat prajurit itu pun jatuh terjengkang di tanah.Melihat keempat rekannya terjengkang belasan prajurit lainnya melompat turun dari kuda dan menyerang dengan menghunus pedang, Arya yang telah menduga akan serangan itu segera posisikan dirinya dan bersiap mengeluarkan ajian Topan Gunung Sumbing.“Hiyaaaaaaaat..! Wuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..! Bruuuu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 18. Mengungsi

    “Bukan Paman, aku hanya berasal dari keluarga biasa seperti keluarga Paman ini. Aku seorang pendekar yang memang selalu mengembara,” jawab Arya.“Jadi saudara Arya tadinya menghadapi rombongan prajurit istana itu sendirian?” Seno terkejut dan merasa tak percaya karena prajurit istana Kerajaan Dharma yang membawa putrinya itu belasan jumlahnya.“Benar Ayah, Mas Arya mengalahkan semua prajurit itu hingga mereka jatuh terjengkang di tanah. Dan pada saat mereka bersusah payah untuk berdiri, aku dibawa Mas Arya kembali ke rumah ini,” Weni yang menjawab sekaligus menjelaskan kejadian bagaimana Arya menghajar para prajurit istana dan membawanya kembali ke rumah itu.“Luar biasa sekali!” seru Seno geleng-geleng kepala, sementara para warga yang juga mendengar percakapan mereka di ruang tamu itu ikut terkejut dan kagum.“Terima kasih, Mas Arya telah membebaskanku. Jika tadi Mas tidak datang menolong, aku tak tahu apa yang bakal terjadi setelah dibawa ke istana Kerajaan Dharma,” ucap Weni.“Hem

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-05
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 19. Tiba Di Rumah Wayan Dipa

    “Hormatku yang mulia, ada gerangan apa yang mulia memanggil hamba menghadap?” tanya Arga Komang Panglima Kerajaan itu.“Prajurit-prajurit kita ini telah dibuat malu oleh seorang pemuda yang berhasil menggagalkan mereka membawa seorang gadis desa ke istana ini, untuk itu aku perintahkan kamu untuk menangkap pengacau itu yang tentunya masih berada di rumah gadis yang tadi sempat dibawa oleh para prajurit!” Saka Galuh memberi perintah.“Baik yang mulia, perintah yang mulia akan segera hamba laksanakan.”“Bawa lebih banyak prajurit, sepertinya pengacau itu memiliki kesaktian yang tidak mudah untuk ditaklukan. Ingat tangkap dia hidup-hidup biar aku akan memberi hukuman kepadanya!” seru Saka Galuh.“Baik yang mulia, hamba mohon diri,” ujar Arga Komang sembari memberi hormat kembali lalu dia dan belasan prajurit meninggalkan ruangan istana itu.Seperti yang diperintahkan Saka Galuh, Arga Komang membawa serta puluhan prajurit istana menuju rumah kediaman gadis yang sempat dibawa paksa oleh be

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-05
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 20. Wayan Dipa Rendah Hati

    “Tentu saja tidak Mas, kami malah senang sekali menerima Mas Seno sekeluarga di sini. Rumah ini hanya memiliki 2 buah kamar, nanti Weni bisa tidur dengan Sekar di kamarnya, Mbak Diah dengan Lasmi dan kita di ruangan depan ini saja,” tutur Wayan Bima.“Oh tidak usah begitu Mas, biar Weni saja yang nanti tidur di kamar Sekar. Aku dan Diah di ruangan ini saja, Mas Wayan tetap seperti biasanya saja menemani Mbak Lasmi,” ujar Seno.“Iya Mas Wayan, kami sudah sangat senang diterima di rumah ini. Mengenai tempat beristirahat ruangan ini sangat luas dan nyaman sekali bagi kami,” tambah Diah, seiring dengan itu Sekar pun datang membawakan beberapa cangkir teh hangat dan panganan ringan.“Ya sudah kalau begitu, mari diminum dan dicicipi Mbak, Mas dan Weni,” Lasmi mempersilahkan Seno sekeluarga untuk menikmati suguhan yang dibawa Sekar dan ditaruh di tengah-tengah mereka duduk.“Terima kasih,” ucap Seno sekeluarga, mereka pun menikmati suguhan dari Sekar itu berikut juga dengan Arya dan Wayan Bi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-06
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 21. Diperintahkan Mencari Arya

    “Besok pagi aku akan ke Desa Waru mengembalikan gerobak yang aku pinjam pada salah seorang warga di sana membawa Paman Seno sekeluarga dan barang-barang mereka ke sini, setelah itu aku akan memasuki desa-desa lainnya agar para prajurit itu tidak bisa menebak keberadaanku di satu desa saja seperti di rumah ini,” tutur Arya.“Ya, itu siasat yang bagus. Tapi kamu harus berhati-hati jangan sampai tertangkap, karena Saka Galuh sangat kejam dan pastinya tidak akan memberi ampun pada siapa saja yang menentangnya,” saran Wayan Bima.“Tentu saja Paman, aku akan berhati-hati. Di samping aku akan mengelabui mereka dengan memasuki desa-desa di Pulau Dewata ini, aku juga akan selalu menganggalkan setiap kali mereka akan berbuat yang sama seperti memaksa para wanita muda seperti Weni untuk dibawa ke istana,” jelas Arya.“Moga Sang Dewata selalu melindungimu dalam membela kebenaran dan membantu para warga yang diperlakukan semena-mena,” harap Wayan Bima.“Amin,” ucap Arya.****Senja menjelang malam

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-06
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 22. Rencana Lain Arya

    “Baik Tuan Putri, Eh Sekar,” ujar Diah yang merasa tidak nyaman dengan memanggil keponakan angkat Lasmi itu hanya namanya saja.“Para prajurit Kerajaan Dharma dulunya tak pernah berbuat kasar pada warga desa, mereka justru diperintahkan Ayahanda untuk melindungi para warga dari kejahatan dan dari para pengacau. Akan tetapi semuanya kini berubah sejak tahta Kerajaan di tangan Saka Galuh, justru pihak istanalah yang kerap membuat keonaran di desa-desa,” Sekar menjelaskan perihal perubahan yang terjadi sejak istana dipimpin Saka Galuh.“Moga saja Mas Arya dengan dibantu Paman Wayan beserta sahabatnya mampu menggulingkan Saka Galuh itu, hingga kehidupan para warga di desa-desa bisa makmur kembali seperti masa kepemimpinan Ayahanda Mbak Sekar,” ujar Weni berharap.“Ya moga saja, Weni. Aku juga sudah tidak tega melihat rakyat Kerajaan menderita hari demi hari,” semua di ruangan itu menaruh harapan pada Arya untuk dapat merebut tahta Kerajaan Dharma.****Sejak fajar menyingsing cuaca di kaw

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07

Bab terbaru

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 123. Perintah Menangkap

    Di atas perutnya dia memegang buah cempedak dan mulutnya saat itu sudah mengunyah buah itu kembali, tentu saja semua orang terkejut melihat hal itu. Bagaimana tubuh seseorang bisa jatuh ke atas perahu tanpa mengeluarkan suara, bahkan kelihatannya perahu itu hampir tidak bergoyang.Air Sungai Berantas pun tidak tampak beriak, di atas pohon Welung Pati marah bukan main. Dia benar-benar merasa dipermainkan di hadapan orang banyak, segera dia melompat ke bawah ke arah perahu.Sambil melayang turun kaki kanannya ditendangkan ke kepala pemuda yang duduk di dalam perahu itu. Kali ini pria berpakaian putih rupanya jadi merasa jengkel juga diserang terus-terusan begitu rupa, kaki kanannya diinjakkan ke kayu pendayung di lantai perahu, pendayung itu melesat ke atas, melayang ke arah Welung Pati.Welung Pati menggeram marah, tendangannya yang seharusnya mengenai kepala pemuda itu, kini terhalang oleh kayu pendayung.“Praakk!” Kayu pendayung patah dua, mencelat ke udara lalu jatuh ke dalam Sunga

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 122. Dipermainkan

    "Aku meragukan hal itu Kangmas, lihat caranya duduk berjuntai di batang pohon. Makan cempedak sambil menggoyang-goyangkan kaki, seorang mata-mata tidak akan melakukan hal itu." ujar Adipati Seto Wirya alias Danar."Siapapun dia kita harus menyelidiki, aku akan memberi tahu para pengawal. Tempat ini harus segera dikurung, jangan sampai orang itu melarikan diri. Kau tunggu di sini, awasi dia.”"Cepatlah!" kata Adipati Seto Wirya."Suruh Gandita kemari!" sambungnya.Orang yang duduk di batang pohon sambil memangku buah cempedak matang dan harum sepertinya tidak tahu kalau dirinya di awasi, dia terus saja menyantap buah itu sambil duduk berjuntai goyang-goyangkan kedua kakinya.Kulit cempedak dan juga biji buah itu dibuang seenaknya ke bawah, beberapa potongan kulit dan biji malah ada yang jatuh ke dalam perahu milik Welung Pati yang ditambatkan di tepi Sungai Berantas itu.Kulit cempedak dan juga biji buah itu dibuang seenaknya ke bawah, beberapa potongan kulit dan biji malah ada yang ja

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 121. Menghasut

    "Lihat saja dengan diriku, pengabdian dan jasa apa yang tidak aku lakukan untuk Kerajaan, aku tidak mengharapkan dianggap sebagai pahlawan besar. Jalan pikiranku dicurigai, perlakuan terhadap diriku sungguh menyakitkan. Aku dipaksa menerima nasib ditendang dari Kotaraja,” tutur Adipati Gadra."Siapa yang bisa hidup tenang dan leluasa saat ini Kangmas Adi," kata Adipati Seto Wirya pula."Lihat saja dengan diriku, pengabdian dan jasa apa yang tidak aku lakukan untuk Kerajaan, aku tidak mengharapkan dianggap sebagai pahlawan besar. Jalan pikiranku dicurigai, perlakuan terhadap diriku sungguh menyakitkan. Aku dipaksa menerima nasib ditendang dari Kotaraja,” tutur Adipati Gadra."Dimas, siapakah pemuda yang tampan ini?" sambung Adipati Gadra."Namanya Welung Pati, Dia Ketua Padepokan Gagak Timur. Dia orang kepercayaan ku yang bakal banyak memberikan bantuan dalam rencana kita. Dan dia pula lah yang aku minta tolong untuk berkirim pesan berupa surat kepada Kangmas Adi," jawab Adipati Seto W

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 120. Penyamaran Welung Pati

    Arus Sungai Berantas mengalun tenang di pagi yang cerah itu, sebuah perahu kecil meluncur perlahan melawan arus dari arah seberang. Di atasnya ada dua orang penumpang berpakaian seperti petani, yang satu berusia hampir setengah abad. Rambutnya yang disanggul di sebelah atas sebagian nampak putih. Raut wajahnya yang terlindung oleh caping lebar jauh lebih tua dari usia sebenarnya, kumis dan janggutnya lebat.Tetapi jika orang berada dekat­-dekat padanya dan memperhatikan wajahnya dengan seksama akan ketahuan bahwa kumis dan janggut lebat itu adalah palsu, orang bercaping itu duduk di sebelah depan perahu. Kedua matanya memandang lurus-­lurus ke muka, sesekali tangan kanannya meraba sebilah keris yang terselip di pinggang, tersembunyi di balik pakaian hitamnya.Orang kedua adalah pemuda berbadan kekar, pakaiannya lecek dan basah oleh keringat. Sehelai kain kuning terikat di keningnya, rambutnya yang panjang tidak disanggul di atas kepala, tapi dibiarkan terlepas menjela pundak."Ketua,

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 119. Rencana Perampokan

    “Lihat di depan sana tak ada satupun bangunan padepokan yang berdiri selain reruntuhan yang kini telah menjadi arang, apa kamu yakin letak Padepokan Lumut itu di kawasan ini?”“Yakin Kang, dulu aku dan beberapa orang anggota Padepokan Gagak Timur pernah ke sini menemui Ketua Padepokan Lumut itu,” jawab Danar.Tak beberapa lama beberapa orang warga Desa Tandur yang tadi juga mengikuti rombongan berkuda itu menghampiri mereka, sementara Arya hanya mengawasi dari kejauhan saja.“Maaf Kisanak, kalian ini dari mana dan ada tujuan apa datang ke kawasan desa kami?” tanya salah seorang warga yang menghampiri Bari dan rekan-rekannya, Bari pun turun dari kuda begitu pula dengan rekan-rekannya.“Kami datang dari Padepokan Gagak Timur, tujuan kami hendak menemui Ketua Padepokan Lumut. Apakah benar di kawasan ini tempat berdirinya Padepokan Lumut itu, Kisanak?” jawab Bari lalu balik bertanya.“Ya benar, akan tetapi Padepokan Lumut itu sudah runtuh dan Ketua padepokan itu pun telah tewas.”“Apa? Pa

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 118. Beberapa Penunggang Kuda

    “Ya Ketua, aku akan sampaikan itu jika dia bertanya.”“Nah, sekarang kalian berangkatlah ke sana. Jangan lupa bawa serta beberapa orang dan kereta kuda untuk membawa bahan makanan bantuan dari Padepokan Lumut itu nantinya,” Welung Pati memberi perintah.“Baik Ketua, kami mohon diri untuk berangkat ke sana,” ujar Bari yang di percaya sebagai pemimpin rombongan yang akan berangkat ke Padepokan Lumut itu.****Selepas tengah hari Arya yang 2 hari ini masih berada di Desa Tandur menginap di rumah Sapto sebagai kepala desa di sana bermaksud hendak mohon diri melanjukan perjalanannya, pada saat itu pula wanita berpakaian ungu tampak murung karena musti berpisah dengan pendekar tampan yang dalam beberapa hari ini mendampinginya.“Jadi hari ini kamu hendak melanjutkan perjalanan ke arah barat sana, Arya?” tanya Sapto di ruangan depan rumahnya.“Jadi Paman, aku rasa tujuanku membantu Mantili dan seluruh warga desa di kawasan ini telah selesai.”“Baiklah, tak ada yang dapat kami berikan sebagai

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 117. Padepokan Gagak Timur

    Meskipun di langit tampak beberapa awan yang menyelimuti tapi pagi itu cukup cerah dan di perkirakan menjelang siang hujan tidak akan turun, di sebuah kawasan yang di sana terdapat sungai besar memanjang banyak terdapat pemukiman dan deretan lahan persawahaan yang luas milik warga desa.Sungai itu bernama Sungai Berantas, yang tak jauh dari kawasan itu tampak pula menjulang tinggi Gunung Kawi, di pinggiran Sungai Berantas itu lah berdiri sebuah bangunan Kerajaan yang sangat besar dan Megah.Kerajaan itu salah satunya yang sampai sekarang tak mampu ditundukan Pangeran Durjana bersama Padepokan Nerakanya di kawasan timur Pulau Jawa, termasuk pula Padepokan Gagak Timur yang di pimpin Welung Pati yang saat itu berada tidak jauh dari perbatasan wilayah kekuasaan Kerajaan besar di pinggiran Sungai Berantas.Kerajaan itu sendiri tidak lain adalah Kerajaan Kediri, yang pada masa itu di pimpin oleh Prabu Jayabaya. Pada masa itu pula Kerajaan Kediri berkembang sangat pesat hingga di kenal sampa

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 116. Dendam Terbalaskan

    “Wuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaam..! Blaaaaaaar..!” Bola berwarna hijau pekat itu pun meledak di tengah-tengah antara Lenggo Lumut dan Mantili yang berhadap-hadapan sejarak 7 tombak.“Bedebah..! Kembali Bola Lumut Beracun ku mampu ia bendung..!” geram Lenggo Lumut dalam hati, sementara Arya yang kini duduk santai berjuntai-juntai di atas atap salah satu bangunan padepokan tertawa membuat Ketua Padepokan Lumut itu makin geram.“Mantili..! Kali ini kau tidak akan lolos lagi..! Nyawamu akan melayang menyusul arwah kedua orang tuamu di neraka..! Hiyaaaaaaaaaaat..!” berawal dengan merentangkan kedua tangannya ke atas kemudian menghentakannya ke tanah, tubuh Lenggo Lumut berubah berwarna hijau keseluruhannya dan bentuk tubuhnya sedikit lebih besar dan tinggi.Tubuh Lenggo Lumut yang menghijau itu ia putar perlahan makin lama makin kencang seperti gasing menderu mengejar Mantili seiring dengan lesatan sinar-sinar hijau yang puluhan jumlahnya, Arya sempat di buat terkejut dan ingin melompat memban

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 115. Arya Sengaja Mengalah

    “Hiyaaaaaat..! ajian Cincin Bulan Menentang Angin..! Blaaaaaaam..! Blaaaaaaaar..!” puluhan benda bulat berwarna ke kuning-kuningan itu meledak sebelum tiba di tempat Mantili berdiri, hal itu di karenakan cahaya putih berupa lingkaran yang berasal dari kedua telapak tangan yang di putar oleh murid Kiai Bimo melesat dan menghantam ke semua Bola-bola kematian itu.Ratu Lentik bukan kepalang terkejutnya, ia tak menyangka jika lawannya memiliki ajian sedahsyat itu.“Jika ajian Bola-bola Kematian tidak mempan, saat aku akan beri dia pelajaran dengan ajian Gelang-gelang Setan!” gumam Ratu Lentik.Kedua tangan Ratu Lentik nampak di gerak-gerakan ke atas dan ke bawah, kemudian di kedua tangannya itu mulai dari siku hingga pergelangan memancar cahaya kuning menyilaukan, cahaya itu makin terang seiring munculnya beberapa buah gelang memenuhi dari siku hingga pengelangan tangannya itu.“Hiyaaaaaaat..! Kali ini kau pasti mampus wanita keparat..! Ziiiiiiiiiing..! Ziiiiiiiiiiing..!” beberapa buah ge

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status