"Makanlah. Buka mulutmu,” bujuk Yuwen untuk yang ke seribu kali.Respon Jiali tetap sama. Pelan ia mendorong balik sendok yang disodorkan Yuwen. "Aku tidak lapar.”Yuwen meletakkan mangkuk di baki. “Xiumei mengatakan kalau kau belum makan apa-apa.”Jiali tidak bisa berkelit. Pelan ia mengusap perutnya. Ya, memang Jiali belum makan dan sangat kelaparan, tetapi apa yang terjadi padanya membuat seluruh nafsu makan Jiali lenyap.“Kau mau makan yang lain?” tanya Yuwen lagi.Jiali menggeleng. “Tidak, aku ingin tidur saja.”“Aku akan minta Xiumei membawakanmu makanan yang lain.”Jiali menyentuh punggung tangan Yuwen. “Tidak perlu, sungguh.”“Kalau begitu, aku akan meminta semua orang di karesidenan untuk tidak makan sampai kau makan.” Melihat ekspresi Jiali yang melotot seperti biasanya membuat Yuwen lega. “Bagaimana? Sudah mau makan?”Terpaksa Jiali mengangguk. “Iya. Aku makan.”“Baguslah. Xiumei akan membantumu. Aku pergi.”Jiali mengangguk. “Iya.""Aku akan meminta Yu Yong berjaga di pavi
Kereta melaju cepat, Jiali semakin panik. Berkali ia menarik-narik jeruji besi. Berharap tiba-tiba diberi mukjizat bisa mematahkan besi tersebut. Namun, nihil. Tentu Jiali tidak mungkin punya kuasa semacam itu.Yuwen menyentuh jemari Jiali. "Aku akan baik-baik saja. Pergilah. Kembali ke rumah.”Jiali menggeleng-gelengkan kepala. Air matanya jatuh tanpa jeda, tangannya gemetar, mencengkeram jeruji seakan dunia akan runtuh jika ia melepaskannya. "Tidak! Aku tidak akan kembali tanpamu!" Dalam pikirannya, bayangan hidup tanpa Yuwen adalah mimpi buruk yang tak sanggup dihadapi.Pandangan Yuwen beralih menatap Yu Yong yang berjalan cepat menyeimbangi langkah Jiali. Yuwen mengerti akan sikap Yu Yong yang hanya bisa diam tanpa sanggup menghentikan Jiali. Yu Yong tahu tidak dibenarkan seorang pelayan menyentuh wanita milik majikannya."Pergilah, Jiali. Aku akan segera pulang," ujar Yuwen setengah berteriak karena kereta semakin berjalan kencang. Jaraknya dengan Jiali semakin tidak terukur.Lan
"Silakan duduk," kata Qiongshing lembut.Jiali menurut dengan keraguan yang memeluknya. Ini adalah kali pertama ia bicara secara pribadi berdua saja dengan ibu mertuanya. Jiali yakin pasti banyak kabar yang terdengar jauh ke istana dan baru kali ini Jiali memikirkan citra akan dirinya.Qiongshing menatap Jiali cukup lama, matanya lembut mengamati setiap detail anak menantu perempuan satu-satunya. Namun, ketika tatapannya jatuh pada rambut Jiali yang kini hanya tersisa sebahu, raut wajah Qiongshing berubah. “Rambutmu ….” Qiongshing tidak mau melanjutkan kalimatnya. Jiali menundukkan kepala, menyentuh ujung rambutnya dengan canggung. "Ini … tidak penting, Yang Mulia,” timpalnya bohong. Siapa yang mau Jiali tipu? Jelas tidak ada. Jiali tidak bisa menyembunyikan kesedihannya.Qiongshing menghela napas pelan. "Tentu saja penting. Seorang wanita kehilangan rambutnya bukan hal kecil.”Jiali terdiam.Qiongshing meraih tangan Jiali, pelan memeriksa telapak tangan. Ada luka yang masih baru. “M
Rasanya Jiali ingin kembali ke paviliun Qiongshing. Pikirnya Qiongshing pasti mau bercerita lebih banyak tentang mendiang sang ibu. Namun, malam semakin larut, perjalanan menuju Hangzi bukan hal mudah, rombongan istana pasti sangat kelelahan.Langkah Jiali tiba-tiba terhenti. “Ah, Yuwen,” cicit Jiali ketika sadar kalau ia belum memastikan kondisi Yuwen. Jiali berbalik hendak pergi menuju paviliun Yuwen, tetapi langkahnya terhenti saat melihat sosok yang berdiri di ujung lorong.Sun Li Wei.Jiali langsung menegakkan tubuh. Nalurinya memberitahu bahwa pertemuan ini bukan kebetulan. Cahaya lentera menerangi wajah Sun Li Wei, menampilkan senyum anggun milik putri raja.Sun Li Wei mendekat. “Putri Han Jiali.” Sun Li Wei membuka percakapan dengan nada lembut, “sungguh beruntung kita bisa bertemu di tempat yang begitu tenang seperti ini.”Jiali membalas dengan anggukan disertai senyuman kecil. “Ya.”“Aku mendengar banyak tentangmu.” Li Wei menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki sebel
“Yang Mulia, Pangeran Mahkota hampir tiba. Apa kita perlu menunda jamuan makan pagi sampai pangeran tiba di karesidenan? Apa kita perlu mengulur waktu sebentar saja?”Pertanyaan Yu Yong membuat Yuwen menghentikan langkah. Ia berdiri membelakangi jendela besar yang tirainya telah disibakkan. Angin musim semi masuk perlahan, membawa wangi dedaunan basah setelah hujan semalam. Ia mengangkat tangannya, menyibak rambut hitam panjangnya yang dibiarkan tergerai ke depan dada. Sentuhan halus jari-jarinya pada helaian rambut itu tampak lembut. Rambut hitam legam, lurus, mengilat karena minyak pinus berkualitas yang selalu digunakan para pelayan untuk merawatnya setiap pagi. Bagi kebanyakan orang, itu hanya helai rambut, tetapi bagi Yuwen dan semua lelaki terhormat di istana, rambut adalah lebih dari sekadar hiasan tubuh.Rambut adalah simbol. Kehormatan. Akar dari tradisi dan warisan leluhur.Sejak kecil, para bangsawan diajarkan bahwa tubuh, termasuk rambut, adalah pemberian orangtua, kare
“Semuanya hampir siap, apa ada yang Nyonya butuhkan lagi?” Tidak mendapatkan jawaban, Xiumei mendekati Jiali yang diam terduduk sedari tadi. Xiumei hendak menepuk pundak Jiali. Namun, urung karena Jiali tampak fokus menatap helai rambut di telapak tangannya.Apa yang terjadi pagi tadi di aula utama jelas mengguncang seluruh karesidenan. Rambut panjang bagi seorang lelaki adalah simbol maskulin, kehormatan dan kedudukan status sosial. Apa yang dilakukan Yuwen jelas sangat penting. Bahkan kaisar Tao tidak bisa berkata-kata.“Nyonya.” Sentuhan lembut Xiumei di pundak membuat Jiali hampir melonjak. “Maaf membuat kaget. Xiumei sudah selesai. Sebentar lagi Tuan Yuwen pasti datang, sebaiknya Xiumei keluar.”“Ya, baiklah. Kamu boleh keluar.”“Baik.”Setelah Xiumei meninggalkannya sendiri, Jiali bangkit lantas mendekati kotak perhiasannya. Ia menaruh helai rambut Yuwen dengan sangat hati-hati di antara cincin-cincin gioknya.“Apa yang sudah kamu lakukan Yuwen?” cicit Jiali.Suara derak pintu m
Pelayan yang sedari tadi hanya berdiri di ujung ruangan kompak keluar ketika Yunqin menendang salah satu meja hingga semua benda yang berada diatasnya jatuh berserakan. Matanya merah menatap seluruh ruangan dan dadanya pun tampak turun naik. Yunqin tidak akan pernah mempercayai apa yang sudah dikatakan Yuwen. Omong kosong! Sampai detik ini Yunqin yakin kalau Jiali hanyalah miliknya. Hanya miliknya! “Seharusnya kau bisa mengendalikan perasaanmu." Yunqin berbalik. Sang istri—Sun Li Wei dengan anggunnya telah berdiri di belakang Yunqin. “Pergilah dari sini!“ usir Yunqin. Sejujurnya sakit yang mendera hati Li Wei menolak untuk bersikap baik, tetapi sebagai istri dari sang pangeran mahkota, ia tidak bisa diam saja. Ia harus menyelamatkan harga diri suaminya. Sang penerus kerajaan. Li Wei menoleh sedikit ke belakang. “Pergilah, aku ingin bicara berdua saja dengan suamiku,” ucap Li Wei pada dua pelayan yang berdiri di belakangnya. “Baik Yang Mulia.” Begitu mendengar pi
Jiali melangkah cepat kembali ke kamarnya. Hati dan pikirannya masih penuh akan amarah. Bahkan gaunnya tampak sedikit berkibar ketika ia berjalan. Begitu pintu kamarnya ditutup Xiumei, Jiali langsung membuka tali selendang di pinggangnya dengan kasar lantas melemparkannya ke meja. “Chu Hua benar-benar keterlaluan! Menyebalkan! Memangnya dia pikir dia siapa? Selir! Dia hanya selir!” Xiumei berdiri tak jauh, tangan terlipat di depan, tak berani menyela. Pekan ia meniup api lentera lalu kembali menatap Jiali. “Seharusnya aku tidak mendekati mereka!" Jiali masih terus berbicara, berjalan mondar-mandir. “Nyonya,” ucap Xiumei pelan. "Aku tahu, aku tahu! Kau sudah memperingatkan, tapi aku tetap saja mendatangi mereka! Bahkan mereka tidak takut berbicara buruk di depanku! Chu Hua, Dong Hua, Dai Lu—hah! Mereka seperti sekumpulan burung murai yang terus berkicau tanpa henti! Sekarang Li Wei mendengar semuanya! Aku bisa bayangkan bagaimana dia akan menggunakan ini untuk keuntungannya!" X
“Yu Yong, katakanlah sesuatu,” mohon Kasim Hong Li pelan, nyaris tenggelam dalam bau lembab dinding batu dan jeruji berkarat. Kasim Hong Li menarik napas. Tidak menyangka kalau Yu Yong sama keras kepala seperti majikannya. Ia membungkuk di depan sel sempit itu, menatap pemuda kurus yang duduk diam dengan tangan terikat, wajahnya kusam dan luka-luka menghitam. Yu Yong tidak bergerak. Matanya kosong, mengarah ke lantai tanah yang becek. Ia seolah tidak mendengar, atau memilih untuk tidak mendengar. Untuk apa ia bicara? Semuanya telah selesai ketika Xiumei mengatakan kalau cincin itu adalah milik Han Jiali. Tidak ada yang perlu dijelaskan. Ia bersalah karena gagal menjaga majikannya dan mati adalah hukuman setimpal. Kasim Hong Li menelan ludah. “Kau tahu ini bukan hanya tentang dirimu. Jika kau masih seperti ini, aku tidak bisa membantumu. Kapten Gu tolonglah—” Langkah sepatu keras memotong kalimatnya. Dari ujung lorong penjara, iring-iringan langkah terdengar makin dekat. Arom
“Aku tidak percaya!Jeritan Yunqin menggema ke penjuru ruangan. Sejak pagi ia berdiri di tengah kamar. Menolak untuk mengenakan pakaian duka yang telah dipersiapkan.Di hadapannya seorang kasim muda membawa baki berisi pakaian duka. Ia menunduk dalam-dalam, bersiap mendengar amarah karena Yunqin harus berangkat ke upacara pemakaman.“Yang Mulia, upacara pemakaman akan segera dimulai. Pelayan pribadi Nyonya Han sendiri yang memastikan identitasnya dan—”“Diam!”Yunqin mengangkat tangan, hendak memukul, tetapi tangannya menggantung di udara, lalu jatuh perlahan ke sisi tubuhnya. Matanya menerawang jauh, seolah coba menyangkal kenyataan yang sejak kemarin dijelaskan padanya. “Yang Mulia, Yang Mulia Kaisar Tao sudah menunggu,” bujuknya lagi “Aku tidak peduli!”Yang Mulia.”“Apa kau sudah dengar siapa yang bertanggung jawab atas segala?”“Semua sedang dalam penyelidikan.”Yunqin diam lanta tiba-tiba wajahnya berubah tegang. “Kau mengatakan kalau Jiali ditemukan di dekat Zijian, bukan? Se
Pagi ini, langit di atas istana berwarna kelabu. Awan-awan tebal menggantung rendah, seolah turut berkabung atas kepergian putra istana. Gerbang utama istana telah terbuka lebar, menanti rombongan tandu yang membawa jasad Pangeran Kedua dan istrinya.Di sepanjang pelataran, para pelayan dan pejabat berbaris dalam keheningan. Jubah mereka berwarna biru gelap, rambut disanggul rapi, dan kepala tertunduk rendah. Sedangkan di depan gerbang, rakyat bersimpuh dengan penuh air mata.Bendera-bendera kekaisaran dikibarkan setengah tiang. Tidak ada suara selain desau angin yang merayap pelan di sela pilar-pilar batu.Tandu berhias ukiran naga dan burung fenghuang tiba di depan aula persembahan leluhur. Kain putih dan ungu yang melambai di sekelilingnya menjadi pertanda bahwa orang yang wafat bukan rakyat biasa, melainkan darah kekaisaran.Kaisar tidak keluar menyambut. Ini bukan bagian dari aturan, tetapi Selir Agung Shu Qiongshing akan menyambut ditemani kedua putrinya—Qinh Lien Hua dan Qing Q
Aroma asin laut tercampur amis darah busuk membuat para pelayan di belakangnya menutup hidung dengan lengan baju, tetapi Hong Li mengabaikan semuanya. Langkah Kasim Hong Li terhenti ketika pandangannya menangkap dua kain lusuh yang menutupi tubuh di atas tandu kayu. Ia berusaha keras untuk tegar walau sekujur tubuhnya gemetaran.Tidak kuat berlama-lama membayangkan yang ada di hadapannya adalah Yuwen, Kasim Hong Li berjalan mundur beberapa langkah hingga kemudian pandangannya beralih pada Yu Yong yang terlihat duduk di atas hamparan pasir bercampur kerikil pantai.“Kapten Yu,” panggil Kasim Hong Li.Yu Yong menoleh, tetapi masih tidak mau beranjak dari tempatnya duduk.“Apa yang terjadi? Itu … bukan mereka, kan?” tanya Kasim Hong LiYu Yong menundukkan kepala, tak menjawab.Kasim Hong Li berjongkok. Berkali ia mengguncang bahu Yu Yong “Katakan padaku, ini bukan Yang Mulia Pangeran Kedua dan Nyonya Han! Kalian … masih mencari mereka di tempat lain, bukan?”Suara tangis Yu Yong bercam
Bab 63. Ketika Langit Tidak Lagi Menjawab.Yu Yong menatap surat tanpa segel resmi di tangannya, keningnya mengerut tajam. Tulisan tangan kasim Hong Li terpampang jelas. Ia mengenalinya dalam satu kali pandangan. Surat ini membawa lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. “Apakah sekarang Tuan akan melapor ke ibu kota kalau Yang Mulia dan Nyonya hilang?” Suara Xiumei memecah hening malam. Gadis itu telah berdiri di ambang pintu, matanya mengamati wajah Yu Yong dengan kegelisahan yang serupa dengan Yu Yong.Yu Yong tidak langsung menjawab. Ia melipat surat itu perlahan, lalu memandang Xiumei. “Kau tahu betul, Xiumei. Ada banyak hal yang harus dipastikan sebelum melaporkan hal ini ke istana. Yang Mulia pasti tidak ingin membuat keributan yang tidak perlu.”“Tapi ini sudah terlalu lama, Tuan,” balas Xiumei, suaranya mulai meninggi. “aku takut kita terlambat. Tuan, mohon pertimbangan,” bujuknya lagi putus asa.Yu Yong menatap nyala lentera sejenak sebelum akhirnya berani menatap Xiumei.
“Aku menunggumu di kamar, tapi tidak juga datang,” protes Qianyi menerobos masuk setelah seorang prajurit keluar dari Shufang Zeming.Zeming bangkit, berjalanenghampirinosgrinya lantas meraih tangan lembut yang sangat indah menurutnya. “Tidurlah lebih awal. Malam ini aku akan terlambat.”“Lagi?”Zeming tersenyum, tetapi tentunya senyumannya disambut kegelisahan Qianyi. “Aku berjanji segera menyelesaikan masalah ini. Laporan dari prajurit ... membuatku tidak tenang.”“Apa ada masalah lain?”“Seorang prajurit dari rombongan kekaisaran, pergi ke Hangzi setelah menerima sesuatu dari Kasim Hong Li.”“Menerima sesuatu?”Zeming mengangguk. “Sepertinya Kasim Hong Li meminta prajurit itu mengirimkan sepucuk surat. Ada yang aneh, tapi aku yakin sepertinya Kasim Hong Li mencurigai sesuatu.”“Apa mungkin berkaitan dengan pangeran kedua dari Anming?”Sekali lagi Zeming mengangguk. “Beberapa hari lalu aku membawa Kasim Hong Li ke pasar. Di sana dia tertarik pada sebuah kuda. Aku membayar kuda itu
“Kau tidak keliru?”Li Wei menggeleng. “Aku tidak mungkin salah mengenali wajah itu.”Zeming menggeser gambar itu pada Qianyi. “Ini … sungguh pangeran kedua Anming dan istrinya?” tanya Qianyi pelan, “selir-selir pangeran itu sungguh memotong rambut istri sah pangeran? Mengerikan sekali,” lanjut Qianyi merangkul lengan Zeming seolah cemas akan mendapatkan perlakuan serupa dari selir Zeming.“Hangzi berada dekat dari Zijian, segala berita bisa didengar, tapi aku tidak menyangka ternyata berita itu benar dan pangeran kedua itu mampu memotong rambut untuk istrinya. Itu luar biasa.”Li Wei diam, memalingkan wajah, coba menyembunyikan sorot mata yang tidak suka mendengar percakapan Zeming dengan Qianyi.“Luar biasa, ya? Mereka luar biasa?” gumam Li Wei nyaris tak terdengar.Qianyi menatap Li Wei sejenak, lalu bertukar pandang dengan Zeming. Ia tidak mengatakan apa-apa, tetapi genggaman tangannya pada lengan suaminya mengencang seolah berkata kalau Qianyi dan Zeming salah bicara.Zeming berd
"Putri Sun Li Wei telah kembali!"Sorak-sorai penuh kegembiraan terdengar sedari rombongan kekaisaran memasuki gerbang utama Zijian.Li Wei menyingkap tirai jendela kereta perlahan. Ketika tangannya melambai ke arah penduduk yang berseru gembira, senyum cerah terukir sempurna.Satu senyum penuh kelegaan yang selama ini tidak bisa Li Wei lakukan.Detak roda kereta berhenti, Li Wei menutup kembali tirai dan tak lama Mei Xin membuka pintu kereta. Begitu langkah kakinya menyentuh tanah Zijian, suara langkah kaki yang cepat segera menyambutnya."Li Wei'er!"Suara nyaring dan lembut menyapu udara. Lin Roulan, ibu kandungnya, berlari kecil menuruni anak tangga, dibantu dua pelayan tua yang tampak kewalahan menjaga keseimbangan gaun panjang majikannya. Mata Roulan tampak basah, dan senyumnya merekah."Ibu.”Mata mereka bertemu sejenak. Roulan menoleh ke arah Kami Hong Li yang berdiri di samping Li Wei.“Aiya, mendengar kabarmu akan datang, ibu begitu bahagia dan lihat, ketika sungguh sudah me
“Aku akan kembali ke kamarku.”Melihat Yunqin bangkit dari sisinya, Li Wei merasa terhina. Meski sudah beberapa kali melakukan hubungan layaknya suami dan istri, Li Wei belum melihat rona bahagia dalam tatapan Yunqin.Keringat dingin masih membasahi pelipisnya, tiap sentuhan masih bisa dirasakan Li Wei di tiap jengkal tubuhnya. Namun, tidak ada kehangatan di dalamnya. Yunqin sudah duduk di sisi ranjang, membelakangi dirinya. Bahu Yunqin lebar, kukuh, dekat, tetapi rasanya begitu jauh.Li Wei duduk, menarik selimut hingga ke dada lantas mengambil sesuatu dari bawah bantal. “Aku sudah menyulamkan ini,” bisiknya menyodorkan saputangan dengan sulaman membentuk sepasang bebek mandarin. “Hadiah untukmu,” lanjutnya.Yunqin memandangnya sejenak lalu berkata tajam. “Kau sudah tahu semuanya. Tidak ada yang aku tutupi darimu. Li Wei, pernikahan ini hanya sebuah kesepakatan.”Li Wei menggigit bibir. "Kakak Yunqin, aku hanya ... ingin membuatmu merasa dihargai sebagai suamiku. Kau adalah suamiku