Althon dan Kevin tiba di sebuah hotel di pusat kota. “Bawa barang-barangku ke kamarku sekarang, Althon.” Kevin menunjukkan mobil yang baru tiba. “Aku ingin barang-barangku tiba di kamarku dalam lima menit. Jika kau tidak melakukannya, aku akan melaporkanmu pada Jay agar dia memecatmu.”Kevin tertawa, berjalan memasuki hotel lebih dahulu. “Aku akan mengirim foto-foto Althon pada yang lain. Ini akan jadi hiburan yang sangat menarik.”Kevin memasuki elevator. “Alvin akan menyukai hiburan ini. Sayangnya, dia tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Aku sangat mengkhawatirkannya. Aku harap dia baik-baik saja.”Althon berdecak. “Baiklah, aku akan memberikan hiburan untukmu sebelum kau menyesali perbuatanmu, Kevin.”Althon membuka bagasi mobil, terdiam ketika melihat tiga koper besar. “Aku akan menganggap ini sebagai latihan.”“Apa yang ada dalam koper-koper ini?” Althon membawa koper-koper itu ke dalam hotel, tersenyum. “Aku tahu apa yang harus aku lakukan begitu sampai di kamarmu, Kevin.”Althon
“Alvin pasti tertawa terbahak-bahak ketika melihatku sekarang. Dia adalah orang yang paling dendam padaku setelah aku mempermalukannya selama di Pulau Mande.” Althon menahan tawa. Kevin mendengkus kesal, mengamati Althon sinis. “Alvin sangat sibuk sekarang. Dia pasti akan tertawa ketika melihat foto dan videomu, Althon.”“Entah mengapa aku merasa Alvin menghilang.” Althon menghadap Kevin. “Dia pasti mendapatkan masalah besar setelah Tuan Sean tahu dia pergi ke Emerald Place bersama Alicia. Gosip itu beredar sangat cepat. ”“Tutup mulutmu, Althon! Kau tidak berhak untuk membicarakan Alvin.” Kevin mengepalkan tangan erat-erat. “Meski Alvin sangat jahat adaku, aku menganggapnya sebagai temanku. Aku berhak membicarakannya. Aku sejujurnya sedikit merindukan dan mengkhawatirkannya sekarang. Tuan Sean memberi hukuman tegas pada Paradise Store. Aku penasaran hukuman apa yang dia berikan pada Alvin dan keluarganya.”“Kau bekerja sangat lelet, Althon. Aku menyesal sempat memujimu di dalam hat
“Ayah sudah tahu mengenai rencana kita sehingga dia memerintahkan orang itu pergi dari rumah ini sebelum kedatangan kita,” ujar Aaron. “Aku takut jika orang itu adalah Arthur. Dia pasti akan menyeret kita ke penjara dan mengambil kembali seluruh harta kekayaannya.” Andy mengembus napas panjang. “Kita semua akan hancur.”“Jangan membuatku panik, brengsek!” bentak Arnold dengan suara tertahan. “Kita hanya perlu mencari petunjuk lebih teliti. Aku yakin kita akan menemukannya.”Arnold mengawasi sekeliling sesaat, berbisik, “Aku sudah menyimpan kamera pengawas di kamar ayah saat kita memasukinya tadi. Aku juga sudah menyusupkan beberapa mata-mata ke seluruh pulau di Emerald Place. Aku yakin kita akan mendapatkan petunjuk secepatnya.”Sementara itu, Albert tengah berjalan-jalan di halaman, mengamati danau, duduk di kursi. Ia buru-buru mengecek ponselnya, tersenyum ketika melihat sebuah video. “Si Dewa Kematian kembali muncul di Lovatown.”“Sial!” Albert mengepalkan tangan erat-erat. “Aku s
“Dasar brengsek!” Kevin sontak terjatuh, berguling-guling di lantai, menjauh dari ular mainan yang bergerak mengejarnya. “Kenapa seekor ular tiba-tiba muncul di lemariku?”Althon tertawa ketika mendengar teriakan Kevin. Ia bergeser ke samping, mengamati para pengawal yang bergegas memasuki ruangan.“Apa yang terjadi, Tuan?” tanya salah satu pengawal. Kevin berlindung di atas lemari, menunjuk ular di lantai. “Singkirkan ular sialan itu dari ruangan ini sekarang juga!”Para pengawal menoleh pada ular yang berhenti bergerak. “Apa yang kalian lakukan, brengsek? Singkirkan ular itu sekarang juga!” Kevin melemparkan sandal ke arah ular. “Apa kalian tidak mendengarku?”Seorang pengawal mengambil ular, dan Kevin merinding ketika melihatnya. “Ular ini hanya mainan, Tuan.” Pengawal itu membuang ular ke dalam tong sampah. “Apa?” Kevin sontak terkejut, menggertakkan gigi. “Dasar brengsek! Kau pasti menyimpan ular sialan itu di tumpukan bajuku, Althon!”Kevin melompat dari lemari, meringis kes
“Aku belajar bela diri secara otodidak sejak sekolah. Aku sempat mengikuti pelatihan pengawal beberapa bulan. Sayangnya, aku harus berhenti karena aku tidak memiliki uang. Aku mengasah kemampuanku melalui pertarungan dengan para berandal sesekali.” Althon mengabaikan pengawal yang mengawasinya. “Kau menguasai teknik bela diri dengan baik. Aku mungkin bisa merekomendasikanmu pada Tuan Kevin agar kau menjadi pengawalnya.”“Aku menjadi pengawal Kevin?” Althon tersenyum. “Aku tidak pernah membayangkan hal itu sebelumnya. Kevin pasti mengerjaiku setiap hari.”“Kau bisa memikirkan tawaran itu baik-baik.”“Aku akan memikirkannya nanti.”Kevin melihat deretan pesannya pada Alvin. “Alvin masih tidak membalas pesanku sampai hari ini. Ke mana dia sebenarnya pergi?”Kevin bergegas memasuki mobil setelah sarapan. “Di mana Althon?”“Dia masih berada di kamar, Tuan.”Kevin tersenyum. “Bawa aku pergi dari hotel sekarang juga. Aku tidak ingin Althon mengotori mobilku. Dia harus pergi ke kantor sendir
Keluarga Leander tengah makan siang di tepi danau. Mereka berbincang banyak hal. “Aku sangat senang kalian sudah menjadi orang-orang yang sangat luar biasa. Aku berharap aku bisa melihat cucu-cucuku menikah dan berbahagia bersama putra-putri mereka,” ujar Anthony. “Kau tentu akan tetap bersama kami sampai waktu itu tiba, Ayah. Kau harus melihat cucu-cucumu menikah.” Arnold tersenyum, mengelus tangan Anthony. Ia masih belum menemukan petunjuk apa pun di rumah ini, padahal ia sudah membatalkan beberapa pertemuan dengan beberapa orang.Arnold melirik Aaron dan Andy sekilas. “Ayah, aku berharap kita bisa berkumpul saat Alex dan Alexa mengenalkan pasangan mereka.”“Ayah.” Alexa mengembus napas panjang. “Aku benar-benar malu.”“Kau sudah pantas menikah di usiamu sekarang, Alexa. Kau sempurna dari berbagai sisi. Kau akan menjadi pengantin yang sangat cantik.”Anthony menoleh pada Alex dan Alexa. “Apakah pernikahan kalian akan diselenggarakan di hari yang sama?”“Aku pikir itu ide yang bagu
“Kau mengajakku makan malam di restoran?” tanya Althon memastikan, menatap Kevin saksama. “Apa aku tidak salah mendengar?”“Dasar brengsek! Aku bukan orang berhati iblis. Kau sudah bekerja sangat keras, dan aku akan menghadiahimu makanan lezat di restoran pilihanku. Kau jarang sekali menikamati makanan lezat, bukan?” Kevin tersenyum sinis. “Aku tahu kau hanya ingin menjahiliku, Kevin. Kau akan memesan makanan mahal, lalu meninggalkanku di restoran agar aku membayar semua pesanannya. Ketika aku tidak bisa membayarnya, kau akan tertawa dan mengirimkan foto dan videoku ke teman-temanmu. Beberapa orang tidak akan berubah, dan perubahan tidak akan terjadi dalam waktu cepat.”“Sialan! Kau pikir siapa dirimu sampai kau menceramahiku, Althon?”“Baiklah, aku datang ke restoran malam nanti.”Kevin memasuki mobil, menutup pintu dengan keras, membuka kaca mobil. “Aku akan menghukummu jika kau tidak datang, Althon.”“Apakah Jay dan pegawai kantor akan hadir?” tanya Althon. “Tidak.” Kevin menutup
“Kau pasti bergurau, Kevin. Kau adalah sahabat dekat Alvin. Kau seharusnya lebih tahu di mana keberadaan Alvin sekarang dibandingkan aku.” Althon tertawa. “Dasar brengsek! Kau sudah menghina Alvin!” ketus Kevin. Kevin, Randy, Ronald, dan Max tidak tahu di mana Alvin hingga saat ini. Mereka sudah mengirimkan ratusan pesan hingga menghubungi puluhan kali, tetapi mereka tidak mendapatkan respons apa pun. Setiap kali mengunjungi rumah Alvin, James dan anggota keluarga Julian akan mengusir mereka. “Ayolah, Kevin. Kau, Alvin, dan kalian semua selalu merundungku sejak sekolah. Kalian bahkan tidak segan menghinaku dan menjahiliku tanpa rasa bersalah sedikit pun.” Althon mengamati makanan di meja. “Kenapa kau mengatakan Alvin sedang membersihkan toilet sekarang, Althon?” tanya Randy dengan tatapan tajam. “Aku menduga-duga saja. Aku mendengar Tuan Sean mencabut hukuman untuk Keluarga Julian. Aku yakin Tuan Sean memberikan syarat-syarat yang sulit pada keluarga Julian, terutama pada Alvin d
Semua kandidat menyiapkan semua hal dengan sebaik mungkin. Para pembeli mulai berdatangan. Beberapa kandidat masih cukup canggung saat berhadapan dengan pembeli maupun menyiapkan hidangan. Meski demikian, mereka bekerja sebaik mungkin untuk bisa lolos ke tahap berikutnya. Kesempatan menjadi CEO Star Company adalah sesuatu yang tidak akan datang dengan mudahWaktu terus berlalu. Beberapa kandidat mulai sibuk dengan kedatangan pembeli, sebagian yang lain harus berupaya agar pembeli terus berdatangan. “Sial!” Philip melirik seorang partner yang terus membuat kesalahan. “Aku benar-benar keliru memilih sampah itu! Itu pasti akan menjadi poin minus bagiku dalam ujian ini. Star Company menguji sejauh mana kemampuanku untuk memilih partner yang tepat dalam sebuah tugas. Selain itu, para pembeli tidak mengunjungi truk makananku, dan itu akan menjadi masalah.”Philip mengawasi keadaan sekeliling. “Aku yakin tim pengawas terus mengawasiku sejak tadi. Aku tidak boleh melakukan kesalahan.”Phili
Rombongan mobil mulai meninggalkan gerbang, melaju cukup kencang di hutan. Ryan mengamati kepergian pasukannya di teras, melirik sekeliling sesaat. “Aku tidak melihat orang-orang bertopeng itu hari ini.”Ryan mendengkus kesal, memasuki mobil. Ia membuka jendela, menghubungi Ronny. “Kau dan yang lain harus memastikan jika semua anggota tiba dengan selamat, Ronny. Kau dan yang lain juga harus melaporkan keanehan sekecil apa pun.”“Aku mengerti, Ayah,” sahut Ronny seraya mengamati gedung yang mulai mengecil. Ia menggertakkan gigi saat melihat seorang pria bertopeng berdiri di dahan pohon. “Sial! Aku masih kesal dengan orang bertopeng yang bertarung dengan ayah. Dia sengaja mengalah sehingga ayah sangat marah.”Ronny melirik Gon yang tampak serius dengan ponselnya. “Kenapa kau sangat serius hanya karena melihat ponsel bodohmu, Gon?”“Salah satu bawahanku mengirimkan pesan jika orang-orang sialan itu sudah sepenuhnya meninggalkan berbagai kota. Bos mereka yang bernama Draco kemungkinan su
Semua kandidat tampak bersiap untuk mendengarkan arahan ujian hari ketiga. Beberapa pegawai memberikan sebuah jam tangan pada setiap kandidat. Paul dan beberapa pegawai Star Company berdiri di hadapan semua kandidat, tersenyum. “Selamat pagi, Nona-nona dan Tuan-tuan. Aku sangat senang melihat kalian hari ini. Kalian tampil dengan sangat semangat. Kalian membuktikan jika kalian adalah orang-orang yang layar menjadi kandidat CEO Star Company.”“Aku yakin kalian sudah menyadari tujuan dari dua ujian yang sudah kalian lalui.” Paul tersenyum. “Ujian ketiga akan sangat berbeda dibandingkan dengan ujian pertama dan kedua.”Paul bertepuk tangan. Rombongan truk seketika memasuki gerbang, berbaris rapi di belakang semua kandidat. Philip, Lily, Randy, dan kandidat lain sontak terkejut, mulai menerka-nerka. Tak lama setelahnya lima puluh orang berseragam turun dari mobil, berbaris di samping kendaraan. Philip tersenyum, mengepalkan tangan erat-erat. “Apa yang sebenarnya Tuan Paul rencanakan? A
Malam semakin larut, dan suasana pusat kota semakin ramai dengan para berandal yang bermunculan di beberapa titik. Di beberapa gang, beberapa pria tengah menghajar para berandal hingga tumbang di tanah. Sebagian berandal melarikan diri hingga beberapa kali nyaris tertabrak mobil. Kerusuhan terjadi di beberapa titik pusat kota. Beberapa pria terus mendatangi kerumunan berandal, bertanya soal keberadaan para pemimpin pasukan berandal yang menghilang beberapa hari lalu. Jika tidak mampu menjawab, mereka berakhir menjadi samsak dan harus tidur di dinginnya malam dan jalan yang becek. Sonny, Ling, Lung, dan Lex bersembunyi di sebuah gudang. Beberapa bungkuk roti terlihat berserakan di lantai. Mereka terbaring di atas kotak kayu dan tumpukan jerami, larut dalam lamunan masing-masing. Kehidupan mereka berubah drastis setelah kemunculan kelompok itu. Sonny beranjak dari kursi, mendekati jendela, mengamati keadaan luar yang remang-remang. Ia bergegas sembunyi saat beberapa berandal berlaria
Arnold masih sibuk memeriksa beberapa dokumen. Ia menoleh ke arah pintu saat seseorang berbicara. “Masuklah.”Seorang pria memasuki ruangan, membungkuk singkat. “Aku datang sesuai dengan perintah Anda, Tuan.”Arnold mengembus napas panjang, merapikan beberapa dokumen. “Aku ingin mendengar kabar baik sekarang.”“Aku sungguh minta maaf karena aku justru membawa kabar buruk, Tuan. Aku masih belum bisa membujuk Tuan Sean agar mau menjadi bawahan Anda. Dia justru menamparku dan memberi teguran yang sangat keras padaku.”Arnold mendengkus kesal, menggebrak meja, berdiri dari kursi. “Aku tampaknya harus berbicara langsung padanya. Sayangnya, aku masih cukup sibuk sekarang.”Arnold tersenyum bengis. “Dasar sampah sialan! Hanya karena ayahku sedikit memanjakannya, dia bertingkah seolah bisa melakukan apa pun, padahal aku adalah penerus ayah. Jika dia tidak mau menjadi bawahanku dalam waktu dekat, dia akan menjadi orang pertama yang akan aku habisi.”Arnold berjalan menuju jendela, mengamati pe
Paul menekan sebuah tombol. Layar menampilkan nama-nama kandidat yang bergerak secara acak. Sebuah angka berukuran besar seketika tampil di tengah layar. “Nilai minimum untuk ujian tahap kedua adalah sembilan ratus. Kandidat yang memiliki nilai kurang dari sembilan ratus otomatis gagal.”Nama-nama kandidat terus bergerak acak sampai akhirnya tertulis berurutan sesuai nilai masing-masing. Philip, Lily, Randy, dan para kandidat lain menatap layar tidak berkedip selama beberapa waktu.Philip tersenyum saat ia berada di urutan pertama. Lily berada di posisi kedua dengan selisih poin yang sangat tipis dengan Philip, sedangkan Randy berada di posisi keempat.Semua kandidat seketika menoleh pada Althon. Pria itu mendapatkan nilai sembilan ratus tiga puluh dua, dan berada di posisi terakhir, selisih satu poin dengan seorang pria.“Sial! Si idiot itu kembali lolos ke tahap selanjutnya. Meski dia berada di posisi terakhir, tetapi nilainya hampir menyamai salah satu peserta.” Philip mengepalkan
Althon mengamati penampilan setiap kandidat di ruangannya. “Mereka masih menampilkan penampilan yang luar biasa. Mereka sangat tenang meski berada di bawah tekanan. Ya, mereka pasti sudah terbiasa dengan keadaan itu.”Althon mengepalkan tangan erat-erat, menonton penampilan seluruh kandidat hingga selesai. “Aku harus kembali menyamar.”Althon memberi tanda pada Paul.Paul membungkuk, berbicara dengan seluruh kandidat melalui layar. “Nona-nona dan tuan-tuan, semua kandidat harus kembali ke ruangan untuk beristirahat. Tes berikutnya akan diselenggarakan setelah makan siang. Terima kasih.”Satu per satu kandidat kembali ke ruangan. Mereka berbincang-bincang mengenai tes kedua. Para pelayan mulai berdatangan sembari makanan dan minuman.Lily mengembus napas panjang, mengambil segelas minuman. “Aku melakukan yang terbaik hingga sejauh ini. Tes kedua juga tidak sesulit yang aku bayangkan. Akan tetapi, aku merasa kedua tes ini bukan tes sungguhan.”“Kau sungguh berpikir demikian, Lily?” tany
“Kalian memiliki waktu setengah jam untuk mempersiapkan diri kalian,” ujar Paul.Paul dan beberapa pegawai meninggalkan ruangan. Para kandidat tampak bersiaps-siap. Mereka mulai menduga-duga tugas apa yang harus mereka selesaikan.Althon mengemati semua kandidat melalui layar hologram di saat ia berpura-pura mempersiapkan diri. “Mereka langsung mempersiapkan diri tak lama setelah kepergian Paul dan para pegawai Star Company. Aku harus memuji sikap mereka. Randy juga terlihat fokus pada persiapannya. Dia seolah menjadi sosok yang berbeda.”Philip melirik Althon, tersenyum sinis. “Aku benci saat melihatnya sangat serius. Sekeras apa pun dia mencoba, dia tidak akan bisa mengubah apa pun. Dia akan tetap tersingkir di ujian kedua. Aku yakin itu.”Setengah jam kemudian, Paul dan para pegawai memasuki ruangan kembali. Semua kandidat kembali bersiap, berdiri di kursi masing-masing.“Semua kandidat akan memasuki ruangan berbeda dalam waktu bersamaan. Kalian harus bisa melalui ujian ini dengan
Philip membungkuk hormat, tersenyum. “Aku terkejut karena kau berkunjung, Ayah. Aku minta maaf karena aku tidak menyambutmu saat kau datang.”“Aku sudah mendengar kabar jika kau lolos seleksi pertama posisi CEO Star Company dan mendapatkan nilai terbaik dari seluruh peserta. Akan tetapi, kau tidak boleh terlalu bangga dengan pencapaian itu, Philip. Poinmu hanya berbeda lima poin dari Lily Donteno. Aku tidak ingin kau lengah hingga posisi tergeser.”Pedro berdiri dari kursi, menarik dagu Philip. “Di antara putra-putraku yang lain, kau adalah putraku yang paling lemah. Saat kakak pertamamu seusiamu, dia sudah mendapatkan posisi yang luar biasa. Jika kau tidak meniru kakak-kakakmu, setidaknya kau tidak boleh membuatku malu.”Philip merasakan dadanya sangat sesak. Ayahnya selalu saja membanding-bandingkannya dengan kakak-kakaknya yang lain tanpa pernah memberikan apresiasi apa pun padanya atas semua keberhasilannya. Ia akan mendapatkan hukuman jika gagal, dan tidak akan pernah dianggap ad