Althon tersenyum. “Itu acara yang menarik.”Althon menoleh pada Alvin dan teman-temannya. “Aku penasaran apa yang mereka rencanakan dalam acara ini. Mereka sangat ketakutan ketika Alan dan para pengawal mengerjai mereka soal hantu.”“Kita akan membagi beberapa kelompok. Setiap kelompok akan menaiki mobil dan mengumpulkan lima bendera yang berada di beberapa titik hutan. Kelompok yang pertama kali sampai garis finish dengan membawa lima bendara akan menjadi pemenangnya,” ujar Ryan seraya menekan sebuah tombol. Layar menampilkan deretan anggota setiap kelompok. “Aku berada di kelompok yang tepat.” Althon mendekati Alvin dan teman-temannya. “Aku senang karena bisa menghabiskan waktu malam ini dengan kalian. Aku harap kita bisa bekerja sama.” “Menjauh dariku, brengsek!” ketus Alvin.“Aku tidak akan meninggalkanmu jika kau tidak sadarkan diri lagi, Alvin.”“Tutup mulutmu, Althon!” Alvin menunjuk Althon. “Kau harus bertanggung jawab karena membuatku dan yang lain terjebak di area berbatu
“Dasar brengsek! Apa kau tidak melihat batang kayu besar menghalangi jalan kita?” teriak Alvin seraya menoleh ke belakang. Ia sontak terkejut ketika melihat Althon sudah duduk di atas mobil. “Althon.”Semua orang menoleh pada Althon. “Aku yakin kalian tidak bermaksud meninggalkanku tadi, bukan?” tanya Althon. “Kau seharusnya tidak melompat dari mobil jika kau tidak ingin kami meninggalkanmu, Althon,” ketus Kevin. Alicia memutar bola mata. “Kau seharusnya tetap berada di hutan seperti hewan-hewan, Althon. Kau membuat suasana menjadi sangat kacau.”“Hei, kita harus segera pergi dari hutan sekarang juga. Aku tidak ingin berada di hutan menyeramkan ini lebih lama.” Melissa memeluk Alicia erat-erat, memejamkan mata. “Aku tahu kau melemparkan batang pohon itu, Althon. Kau harus mengambilnya kembali,” ujar Alvin.“Bagaimana jika aku menolak? Apa yang akan kau lakukan? Kau akan meninggalkanku sendirian di hutan ini lagi?” Althon tertawa. “Aku bisa kembali ke hotel dengan mudah karena aku
Kevin dan Randy menoleh pada Alvin. Mereka tidak mengenal orang-orang itu sekaligus tidak mendengar rencana baru Alvin. “Ki-kita harus segera pergi dari tempat ini,” ujar Alvin. “Kita harus memanggil penjaga!” Melissa berteriak. “Aku tidak ingin berada di tempat ini lagi, apalagi bertemu dengan orang-orang jahat!”Alicia tampak panik, berbisik di telinga Alvin. “Apa kau sedang bersandiwara sekarang, Alvin? Ini sudah keterlaluan.”“Aku tidak mengenal mereka, Alicia.” Alvin mengusap wajah, menyingkirkan hujan. Ia tiba-tiba tersenyum. “Mereka mungkin suruhan Tuan Ryan. Dia ingin membuat permainan ini semakin menyenangkan.”“Kita sebaiknya segera pergi dari tempat ini sekarang juga. Kita bisa berlindung di gua itu!” Randy menunjuk sisi kiri hutan.“Astaga, aku harus berlari di tengah malam dan hujan lebat ini?” Melissa mendengkus kesal. “Aku sudah mengataka jika rencana ini terlali berbahaya, tapi kalian tidak mendengarkanku.”“Diamlah, Melissa.” Alicia memutar bola mata. “Mereka pastil
“Tuan Muda.” Alan mendekat bersama beberapa pengawal. “Apa Anda baik-baik saja?”“Ya, aku baik-baik saja.” Althon melihat beberapa pengawal mengikat para berandalan. “Mereka tiba-tiba muncul dan membuat kekacauan. Aku ingin kau mencari tahu bagaimana mereka memasuki Pulau Mande. Aku tidak ingin hal ini menjadi merusak citra Pulau Mande sebagai tempat liburan terbaik.”“Aku mengerti, Tuan Muda.” Alan menghubungi seseorang. “Aku sudah menghubungi penanggung jawab Pulau Mande. Dia akan mengabari kita secepatnya.”“Anda harus segera kembali ke hotel dan mendapatkan perawatan dari dokter, Tuan Muda.” Alan membungkuk. “Aku sungguh menyesal karena Anda mengalami hal yang buruk.”“Aku meminta kalian untuk menjauh dariku selama permainan ini. Kalian hanya menjalankan tugasku.” Althon menoleh pada pisau di tanah. Ia tersenyum ketika mendapatkan sebuah rencana. “Alan, aku memiliki sebuah rencana. Dengarkan aku baik-baik.”Sementara itu, Alvin, Alicia, Agnes, Kevin, dan Melissa masih berada di g
“Althon, apa yang kau katakan? Kau tidak boleh meninggalkan kami begitu saja,” ujar Alicia ketakutan. “Kau harus melawan para berandalan itu dan melindungi kami semua.”“Althon, jangan bercanda di saat seperti ini.” Alvin meneguk ludah berkali-kali. Ia tentu tidak ingin melawan para berandalan itu karena sudah mengetahui hasilnya. “Althon, tolong jangan tinggalkan kami.” Melissa kembali menangis. Kevin menambahkan, “Jika kau meninggalkan kami, kau sama saja sudah berbuat jahat pada kami, Althon. Kau tidak boleh melakukannya.”Agnes tampak ketakutan sampai akhirnya ia menyadari sesuatu. “Tuan Alan dan para pengawal tidak mungkin membiarkan Daddy dalam bahaya. Daddy mungkin sedang mengerjai Alvin, Alicia, dan yang lain sekarang,” gumamnya.Agnes mengamati Alicia, Alvin, Kevin, dan Melissa. “Aku harus berakting.”Agnes berpura-pura panik. “Althon, tolong jangan tinggalkan kami. Kami membutuhkanmu. Kami akan melakukan apa pun selama kau mau membantu kami.”“Aku tidak ingin membantu kali
“Jangan bertindak bodoh, Alicia!” Alvin mencengkeram tangan Alicia. “Aku melarangmu untuk meminta maaf pada Althon.”“A-aku takut, Alvin.” Alicia tampak panik, melihat tangannya yang bergetar.“Regu penyelamat akan membantu kita. Kau tidak perlu khawatir,” ujar Alvin.Dua tembakan terdengar hampir bersamaan. Beberapa potongan batu berjatuhan hingga nyaris mengenai Melissa dan Kevin. “Astaga.” Melissa menjerit.“Ah!” Kevin merasa kesakitan, memegang pahanya. Althon berpura-pura terjatuh, dan para berandal bergegas mendekati gua. Agnes, Melissa, dan Alicia menjerit, sedangkan Alvin dan Kevin tampak ketakutan. “Alvin, Alicia, kalian berdua belum meminta tolong dan memohon padaku. Jika kalian masih bersikap sombong, aku akan meninggalkan kalian!” teriak Althon seraya berguling ke samping, menjauhkan para berandal dari gua.“Alvin, Alicia, jangan keras kepala! Minta maaflah pada Althon sekarang!” teriak Agnes. “Aku minta maaf, Althon. Aku mengakui semua kesalahanku.” Alicia menangis be
“Kau tidak perlu khawatir, Agnes. Para penjaga sudah menangkap mereka dan menyeret mereka ke penjara. Aku menjamin tidak akan ada lagi bahaya,” ujar Althon. “A-aku yakin Alvin dan Alicia akan mengerjaimu lagi, Daddy. Mereka tidak akan puas sebelum kau menderita.” Agnes menunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah. “Aku akan memberi mereka pelajaran berharga setelah reuni selesai.” Althon menoleh pada jam tangan. “Kau harus beristirahat, Agnes. Kita akan bertemu saat sarapan.”“Baik, Daddy.” Agnes tersenyum, merasakan kegembiraan yang sangat luar biasa. Entah sejak kapan ia merasa sangat bahagia berada di dekat Althon.Althon meninggalkan ruangan, berhenti di depan sebuah ruangan. Ia mengintip dalam ruangan di celah pintu. “Alvin, Kevin, dan Randy sedang mengobrol. Alvin memaksa mereka untuk membantunya menyeretku ke penjara. Kau tidak akan bisa melakukannya, Alvin.”Althon tersenyum. “Aku memang harus memberimu pelajaran, Alvin. Kau harus merasakan bagaimana berada di posisi
Althon bangun dalam keadaan segar bugar. Ia berolahraga di pantai dan halaman. “Ini adalah hari terakhirku di Pulau Mande. Aku harus kembali berlatih dan belajar besok. Liburan ini sangat menyenangkan.”Althon beristirahat di halaman, meneguk minuman. “Aku mengira Alvin dan Alicia akan menjailiku lagi, tetapi tidak terjadi apa pun semalam. Aku agak kecewa. Mereka tampaknya sangat kelelahan.”Althon tersenyum ketika melihat Alvin keluar dari hotel. “Kau tampak sangat bahagia, Alvin. Tidurmu pasti sangat nyenyak.”Alvin mendengkus kesal. “Tutup mulutmu, Althon!”Alvin mengepal tangan erat-erat, duduk di sofa. Ia nyaris tidak tidur semalaman karena ketakutan. Ayah Agnes berkali-kali menghubunginya hingga ia terpaksa berbohong mengenai Agnes. “Aku tidak ingin mengalami hal buruk seperti Noah.”Alvin mengembus napas panjang. “Aku harap Alicia bisa membujuk Agnes.”“Alvin, apa kau sudah menyiapkan kejutan untukku? Sejujurnya, aku menyukai permainan semalam. Aku bisa melihat wajah tegang dan
Althon merasa sangat lega setelah presentasi berakhir. “Aku merasakan ketegangan yang sama seperti kandidat lain. Ini pengalaman yang luar biasa,” gumamnya. Althon, Lily, Reynald, dan Randy kembali ke tempat duduk masing-masing. Beberapa kandidat menatap mereka nyaris tidak berkedip, saling berbisik. “Sial! Mereka tampil dengan sempurna. Mereka tahu jika pulai ini berada di wilayah Sema Town dan termasuk ke dalam beberapa pulau tanpa nama dan penduduk. Selain itu, Aku tidak menduga jika Asghar juga tampil dengan sangat baik,” batin Philip geram.Reynald bergumam, “Dasar bajingan! Asghar tampil dengan penuh percaya diri. Tuan Sean dan beberapa bawahannya terus mengamatinya saat dia presentasi. Sikap mereka sangat berbeda padaku dan kandidat lain.”“Asghar sepertinya menampilkan kemampuannya sebenarnya di ujian keempat.” Lily mengembus napas panjang. “Dia memang layak menjadi salah satu kandidat.”“Aku sempat khawatir dengan penampilan Asghar, tetapi dia menampilkan penampilan yang sa
Jimmy terperangah selama beberapa waktu, menatap Raka tidak berkedip. Semua kenangannya bersama Arthur dan teman-temannya dahulu seketika bermunculan. Ia mengingat sesosok bayi mungil yang berada dalam pangkuan Arthur dan Adele. “Kita tidak memiliki waktu banyak sekarang. Kita harus mengumpulkan sebanyak mungkin teman-teman kita dalam waktu kurang dari satu bulan,” ujar Raka. Jimmy menggelengkan kepala berkali-kali, menatap tajam Raka. “Apa kau serius dengan kata-katamu, Raka?” “Apa kau melihatku sedang bergurau sekarang? Aku datang hanya untuk menemuimu dan mengajakmu bergabung.”Jimmy tercenung sesaat. “Berikan aku bukti jika Tuan Muda masih hidup.”Raka melemparkan ponselnya pada Jimmy. “Jangan membuang-buang waktu.”Jimmy tercekat saat melihat foto Althon. “Pria ini ... adalah Tuan Muda?”Jimmy menggeser layar ke samping, mengamati satu per satu foto Althon hingga akhirnya berhenti di sebuah foto Althon dan Anthony. “Alan dan pasukannya bertemu dengan Tuan Muda di Asthonia. Tu
“Selamat malam semuanya. Aku sangat senang karena bisa menjadi juri utama dalam ujian keempat. Aku tidak sabar menunggu penampilan kalian semua. Aku datang bersama beberapa rekanku. Mereka juga akan menjadi juri. Aku yakin beberapa di antara kalian mengenal siapa mereka,” ujar Sean Ruild tersenyum. Dua orang wanita dan dua orang pria berdiri di belakang Sean, tersenyum. Beberapa kandidat mengenali keempat orang itu, termasuk Philip, Lily, dan Reynald. Sean Ruild dan keempat bawahannya duduk di kursi. Paul berkata, “Aku ingin mengingatkan kalian jika penilaian terdiri dari penilaian kelompok dan individu. Total poin kalian terdiri dari penilaianku dan timku serta penilaian Tuan Sean dan rekan-rekannya malam ini. Aku sangat berharap kalian menunjukkan penampilan yang luar biasa.”Para kandidat tampak semakin tegang, termasuk Althon. Althon ingin tahu sejauh mana kemampuannya. Ia meminta Sean dan Paul untuk menilainya secara jujur. “Aku memiliki tanggung jawab besar untuk menggantik
Arnold tiba di rumah Anthony. Sayangnya, ia tidak bisa menemui ayahnya. “Kenapa aku tidak bisa bertemu dengan ayahku sekarang, Alan?” Arnold mengepalkan tangan erat-erat. Ia memang tidak terlalu ingin bertemu dengan Anthony, tetapi ia marah karena usahanya sia-sia, dan Alan bertingkah semaunya.“Aku sungguh minta maaf, tuan. Aku hanya mengikuti perintah Master Anthony. Aku dengan senang hati akan menyampaikan pesanmu,” kata Alan. “Apakah ayahku baik-baik saja sekarang? Aku sangat mencemaskannya hingga aku menemuinya hari ini.” Arnold mengembus napas panjang. “Aku meminta Aaron dan Andy untuk menemaniku menjenguk ayah, tetapi mereka justru menolak. Mereka sangat fokus pada misi mereka.”“Kondisi Master Anthony semakin membaik, Tuan.”Arnold dan Alan berjalan di lorong. Beberapa pelayan membungkuk hormat saat mereka berjalan. “Aku mendengar jika pamanku dan sepupuku akan berkunjung akhir pekan nanti. Aku ingin memastikan kabar tersebut, Alan.” “Master Abraham dan Master Adam akan be
“Ya,” jawab Althon singkat.Reynald tertawa. “Kau sangat menarik. Kami ingin mendengar penjelasanmu.”Lily, Reynald, dan Randy saling bertatapan sesaat. “Tentu saja aku akan menjelaskannya pada kalian.” Althon tersenyum. “Aku sudah mencurigai Tuan Paul saat dia mengatakan kita akan berlibur. Dia dan para bawahannya sama sekali tidak mengatakan tujuan kita. Aku mengamati jalan dan berusaha mengingat semua rute sedetail mungkin selama perjalanan. Aku memotret banyak rute dan pemandangan untuk berjaga-jaga. Aku juga mencari informasi di internet mengenai lokasi-lokasi wisata yang kemungkinan akan kita kunjungi.”Lily, Reynald, dan Randy mendengarkan saksama. “Pulai ini berada di wilayah Sema Town. Kota ini merupakan wilayah kepulauan, dan menjadi salah satu kota yang memiliki dua puluh pulau tidak berpenghuni. Sekitar lima belas menit sebelum kita mendarat di pulau, aku memotret Sema Tower, salah satu ikon utama Sema Town. Aku kemudian mencari informasi mengenai kota tersebut, termasu
Lily mengamati semua kandidat di depannya saksama. “Aku harus memilih partner yang tepat untuk ujian ini. Aku tidak boleh sampai salah memilih,” gumamnya. Philip mengepalkan tangan erat-erat. “Sial, aku seharusnya mendapatkan keistimewaan itu. Lily kemungkinan besar akan memilih orang-orang yang berada di urutan tertinggi. Dia mungkin memilihku, tetapi aku merasa dia sudah mengalahkanku.”Lily mengembus napas panjang. “Aku memilih Reynald sebagai partnerku, Tuan.”Semua kandidat sontak menoleh pada Reynald.Reynald tersenyum, melirik Philip sekilas. “Bajingan!” Philip menahan amarah sekuat mungkin, mencibir Lily dan Reynald di dalam hati. “Kenapa Lily justru memilih Reynald? Pria itu berada di posisi kedua dalam ujian ketiga. Kemungkinan mereka untuk menang semakin besar di ujian keempat.”Philip mengamati para kandidat. “Aku tidak ingin mendapatkan partner yang bodoh seperti di ujian ketiga. Posisiku mungkin akan menurun jika aku berada di tim yang salah.”Althon tersenyum. “Aku t
Hujan hanya mengguyur selama dua jam. Althon dan para kandidat berkumpul di sebuah ruangan untuk makan siang. Para pelayan tampak sibuk membawa dan menata hidangan dan minuman. Alunan musik terdengar indah. Para kandidat lebih banyak berbincang karena jaringan internet tidak tersedia. Mereka mulai curiga dan menerka-nerka tujuan liburan sebenarnya, apalagi Paul dan para pengawalnya tidak terlihat sejak tadi. Althon dan beberapa kandidat memutuskan untuk berjalan-jalan di pulau, sedangkan beberapa kandidat lain memilih untuk tetap berada di ruangan mereka. “Kau tampak tenang meski yang lain mulai khawatir, Asghar,” ujar Lily seraya berjalan lebih cepat untuk menyusul Althon. Randy melirik Lily sekilas. “Aku tidak menduga jika Lily akan bertanya pada Asghar. Wanita itu lebih banyak diam sejak tiba di pulai ini. Dia pasti berusaha menerka tujuan Tuan Paul sebenarnya. Apa mungkin dia juga curiga jika Asghar adalah mata-mata Tuan Paul?”Althon dan sebagian kandidat tengah menaiki jalan
Althon dan beberapa pria bermain voli pantai. Beberapa wanita menonton di sisi lapangan, sedangkan kandidat lain memilih untuk berjalan-jalan di sisi laut. Lily duduk tak jauh dari kerumunan para wanita, menonton pertandingan. “Liburan ini bisa menjadi ujian khusus bagai semua kandidat. Tuan Paul ingin melihat bagaimana setiap kandidat membangun relasi dengan kandidat lain.”Lily mengamati Althon yang baru mencetak poin, mengamati pria itu saksama. “Sepeti yang Reynald katakan, Asghar kemungkinan berpura-pura menjadi kandidat paling lemah agar dia bisa tahu kemampuan semua kandidat. Meski dia berada di posisi terakhir dalam dua ujian, tetapi dia bisa melaju ke tahap keempat.”Lily mengepalkan tangan erat-erat. “Aku tidak boleh lengah sedikit pun. Aku harus kembali mendapatkan posisi pertama dalam ujian keempat.”“Hei, bukankah Asghar terlihat cukup keren saat di berolahraga? Dia terlihat berbeda sekarang,” ujar seorang wanita di depan Lily.Lily segera menoleh pada Althon, mengamati
“Nikmati makan malam kalian dengan baik. Aku akan kembali menemui kalian di halaman.” Paul tersenyum, meninggalkan rooftop bersama para pengawalnya. Semua kandidat membungkuk saat Paul melewati mereka. Keterkejutan masih terlihat jelas di wajah mereka. Para kandidat saling menatap satu sama lain, menerka-nerka maksud dari perkataan Paul sebenarnya. Mereka bergegas menghabiskan makan malam, kemudian meninggalkan rooftop untuk segera mempersiapkan diri. “Tuan Paul sama sekali tidak mengatakan apa pun soal ujian keempat. Aku yakin liburan ini tidak seperti liburan yang aku bayangkan.” Lily bergegas memasuki elevator. Philip dan Reynald mengikuti dari belakang, berdiri di samping Lily. “Kalian berdua tampak sangat tegang,” ujar Philip, tersenyum. “Dan kau terlihat masih kesal dengan hasil ujian ketiga tadi, Philip.” Reynald tertawa. “Ayolah, Philip. Kalah dan menang adalah hal yang biasa.” Philip tersenyum meski mengepalkan tangan erat-erat. “Bukankah kau merasa kesal karena