Cherry bukan wanita biasa. Dia sudah berpikir bahwa berapa pun tip yang diberikan, dia akan meminta dua kali lipat dari uang yang mereka hasilkan. Jadi, dia langsung mengiakan dan mengeluarkan sejumlah uang dari dalam tas. Dia menghitung dengan gesit, lalu menyerahkan 50 lembar uang pada Arden.Arden menyerahkan uang itu pada Tono sambil berkata, "Pak Tono sudah bekerja keras, ini tip dari pemilik batu."Meskipun Cherry yang memberikan uang, Tono tetap berterima kasih pada Arden. Karena Arden yang memberikan uang itu padanya, kalau tidak, dia tidak akan mendapatkan apa-apa. Dia menerima uang itu dan segera mengucapkan terima kasih. "Terima kasih, Bos. Terima kasih, Tuan Muda Arden. Batu mentah ini mau dipotong dari bagian mana?""Sayat di sini, lalu buka celah," kata Arden sambil menunjuk dengan ujung jari.Sesuai dengan instruksinya, Tono menyayat batu itu hingga terlihat sebuah celah. Seketika, semuanya kaget. "Wah, ada sesuatu di dalamnya, tapi warnanya nggak terlalu bagus.""Nggak
Paul dan Willy pun tersenyum cerah. Uang ini didapatkan dengan mudah, 4 miliar bukanlah jumlah yang kecil, cukup untuk bersenang-senang selama beberapa waktu.Cherry memberikan nomor rekeningnya dan Ridwan segera mentransfer uang padanya.Melihat uang lebih dari 12 miliar ditransfer ke akunnya, Cherry menjadi sangat bersemangat. Namun, dia tetap menatap Arden sambil berkata dengan nada mengancam, "Batu ini kuberikan padamu, tapi ingat, kamu baru bayar 12 miliar, masih berutang 8 miliar pada kami. Bunga per hari 8 juta. Kalau nggak bisa bayar, kami akan memotong tanganmu."Semuanya saling memandang sambil berpikir bahwa wanita ini sangat kejam, dia langsung menggelapkan 320 juta dalam hitungan detik. Bagaimanapun, Arden sudah membantu mereka memperoleh keuntungan lebih dari 12 miliar, bisa-bisanya masih ingin memotong tangan Arden. Apa dia masih punya hati nurani!Arden malas berdebat dengan mereka, dia berkata dengan tenang, "Tunggu sebentar, aku akan melunasi semua utangku pada kalian
Semua orang tercengang, tidak ada yang menyangka Paul akan mengucapkan kata-kata seperti ini. Dia sudah menjual batu itu kepada Arden, tetapi karena harga batu itu meroket, dia berubah pikiran. Tindakannya ini tidak ada bedanya dengan merampok, sungguh tidak bermoral!Uang lebih penting dari segalanya. Cherry bahkan berkacak pinggang dan tidak peduli dengan citranya, dia berteriak seperti mak lampir, "Ya, kami yang duluan membeli batu ini. Dasar serigala berbulu domba! Kamu nggak mengeluarkan modal, tapi ingin merebut batu kami? Mana ada hal yang begitu menguntungkan, berikan 24 miliar itu pada kami."Ekspresi Ridwan berubah muram. Sekalipun dia tahu Paul sulit dihadapi, dia tetap berkata sambil mengerutkan kening, "Tapi aku sudah mentransfer uang batu itu ke rekeningmu, 1,4 miliar.""Kalau begitu aku akan mengembalikan 1,4 miliar itu padamu dan berikan 24 miliar padaku. Setelah itu, aku akan memberikan Giok Violet padamu, kita nggak saling berutang," kata Cherry dengan lancang."Ini m
Pria berkepala botak itu memegang bahunya yang terluka sehingga darah terus bercucuran dari sela-sela jarinya. Wajahnya memucat, pria yang awalnya lancang itu pun ketakutan, tetapi juga tidak puas. Dia menahan rasa sakit sambil berteriak, "Kak Paul, kamu harus membalaskan dendamku."Melihat bawahan yang memimpin terluka dan Ridwan mendatangkan begitu banyak anak buah, mereka tidak mungkin bisa berdamai lagi.Paul sangat marah. Bagaimanapun, tidak ada yang berani memperlakukannya seperti ini di Kota Bahari, dia berkata dengan penuh amarah, "Pak Ridwan, apa maksudmu? Kamu ingin bertentangan denganku? Cari tahu dulu latar belakangku, kamu nggak ingin berbisnis lagi?"Ekspresi Ridwan berubah muram, dia berkata dengan nada sinis, "Paul, jangan kira kamu bisa mengancamku, ada peraturan di setiap industri. Kamu nggak boleh memukul orang di tokoku dan nggak ada yang berani menutup tokoku. Apalagi kamu, kita lihat saja."Tentu saja, Paul tahu Ridwan didukung oleh tokoh berkuasa. Kalau tidak, Pa
Manusia tidak pernah puas, terutama preman yang selalu bertindak semena-mena. Sekalipun dia mendapatkan 20 miliar tanpa perlu melakukan apa pun, dia tetap menginginkan 14 miliar yang dimiliki Arden. Bagaimanapun, mereka akan membagi 20 miliar itu bertiga, sedangkan Arden dapat menikmati 14 miliar sendirian. Tentu saja, dia iri.Namun, masih ada Ridwan yang melindungi Arden di sini, jadi Paul tidak berani bertindak gegabah. Kalau sampai terjadi perkelahian dan pertumpahan darah, dia akan terlibat masalah."Oke, tunggu pembalasanku!" Mata Paul diselimuti dengan amarah dan amarah itu melintasi wajah Arden. Dia melambaikan tangannya dengan angkuh, lalu pergi bersama bawahan dan uang yang dia peroleh.Cherry yang memakai sepatu hak tinggi berbalik untuk menatap Arden. Dia mendengus dingin, seolah-olah sedang berkata "Nak, jangan berpuas diri dulu, kita selesaikan masalah ini pelan-pelan, kamu nggak akan bisa pergi dengan tenang".Menghadapi ancaman Cherry, Arden hanya memanyunkan bibir deng
Sebenarnya Arden sudah sadar, hanya saja tidak mengungkapkannya. Arden berkata sambil tersenyum, "Kalau begitu, perlambat laju mobil, mari lihat apakah mereka memang mengikuti kita.""Mereka pasti mengincar uangmu, Pak Umar, pelankan laju mobil," ujar Hanna sambil mengerutkan bibir. Matanya dipenuhi dengan amarah, dia menatap spion untuk mengawasi mobil di belakang.Saat Prado melambat, Santana pun ikut melambat dan terus menjaga jarak agar tidak melewati mereka. Terlihat jelas, Santana itu memang sedang mengikuti mereka dan memiliki niat buruk."Sekelompok bajingan ini perlu diberi pelajaran!" seru Hanna dengan marah. Dia menjulurkan tubuh langsingnya ke luar jendela, lalu mengangkat busur panah untuk menembakkan anak panah."Shiu!"Muncul sebuah lubang kecil di kaca depan Santana dan sebuah anak panah melintasi dua pria kekar yang duduk di dalam mobil. Mereka kaget dan langsung menghindar. Alhasil, sopir membanting sepir dan mobil pun jatuh ke dalam selokan.Melihat pemandangan ini,
Harris yang sedang membaca koran di sofa pun menggelengkan kepala. Situasi di rumah tidak pernah tenang, bahkan waktu untuk bersantai pun tidak ada.Dia melihat dua tas yang terbuat dari kulit ular, lalu mengerutkan kening sambil berkata, "Arden, ya sudah kalau kamu mau pulang, kenapa membawa dua tas bobrok ini? Rumah kita nggak besar, mau ditaruh di mana? Cepat buang."Enzo sedang mengunyah apel di meja makan. Sejak menyaksikan keganasan kakak iparnya, dia menjadi sangat patuh. Hanya saja dia penasaran dengan isi kedua tas itu, apa mungkin memang sampah?"Cepat keluar dari sini, bawa tas bobrokmu ini pergi dari rumah kami. Kelak Elsa nggak punya hubungan apa pun denganmu, sebelum kamu melunasi utangmu, jangan harap bisa masuk ke rumah ini," seru Mia dengan kesal, seolah-olah bertemu dengan musuh bebuyutan.Arden sudah terbiasa diperlakukan dengan buruk oleh ibu mertuanya, bisa dibilang dia sudah kebal. Dia menjawab dengan tenang, "Bagaimanapun, Elsa itu istriku ... kalian kira ini sam
"Kalau begitu belikan aku ponsel baru dan sepatu baru." Enzo pun segera mengajukan permintaan."Beli apaan! Perusahaan kakakmu sedang membutuhkan uang dan dia masih berutang 20 miliar pada kakekmu. Jangan pikir yang nggak-nggak, cepat hitung uangnya," kata Mia.Kedua anak itu kecewa. Hanya saja, mereka jarang-jarang melihat begitu banyak uang, tentu saja mereka bersedia menghitungnya. Jadi, mereka mulai duduk di lantai untuk menghitung dan menyusun semua uang dengan rapi.Akhirnya mereka selesai menghitung, total 14 miliar. Sisa 400 juta masih berada di bagasi mobil Arden, Arden menyisakan uang itu untuk keperluan diri sendiri dan hanya mengantarkan 14 miliar ke sini.Harris merasa ada yang aneh. Bagaimana bisa menantunya ini bisa mendapatkan 14 miliar dalam waktu satu hari? Untuk jaga-jaga, dia merasa hal ini perlu ditanyakan. Jadi, dia pun bertanya pada Arden, "Arden, katakan dengan jujur, dari mana kamu mendapatkan uang ini?"Arden sudah memikirkan alasan yang cocok. "Ayah ... Elsa,