Mereka membungkukkan badan seraya menangkupkan kedua telapak tangan penuh hormat. Hok Shin dengan sikap hormatnya mempersilakan duduk kepada Feng Guang. "Silakan duduk, Panglima!"Feng Guang hanya mengangguk sambil tersenyum lebar, lalu duduk di sebuah kursi yang ada di hadapan Dui Mui dan Hok Shin."Besok kalian harus menyiapkan pasukan, kita akan langsung melakukan serangan pada esok lusa!" kata Feng Guang langsung memberikan perintah kepada dua orang kepercayaannya."Baik, Panglima," sahut Dui Mui dan Hok serempak.Saat Feng Guang hendak melanjutkan pembicaraannya dengan Dui Mui dan Hok Shin, tiba-tiba terdengar suara derap langkah kuda di halaman barak. Saat mereka berpaling, ternyata mereka adalah dua orang pendekar utusan Lie Huang.Setelah turun dari kuda, kedua pendekar itu melangkah ke arah Feng Guang. Lalu menjura."Selamat malam, Panglima. Terimalah salam hormat kami," ucap mereka serempak.Feng Guang hanya mengangguk dan langsung mempersilakan kedua pendekar itu duduk.Mer
Mendengar perbincangan Perdana Menteri Tuo Hang dengan beberapa orang panglima dan menterinya, para prajurit senior yang hadir di tempat itu menjadi berdebar-debar. Mereka sangat yakin bahwa perang besar akan segera dimulai, namun mereka ragu kalau pasukan kerajaan akan menang dalam pertempuran tersebut.Mereka mulai khawatir dan merasa cemas. Perasaan tersebut tumbuh karena adanya laporan dari prajurit pengintai yang mengatakan bahwa pemimpin pasukan yang akan melakukan serangan itu adalah seorang kesatria tangguh yang sulit ditaklukkan.Mereka adalah Feng Guang dan Lie Huang, keduanya memang sangat ditakuti oleh para prajurit kerajaan Tionggon. Saat mereka masih berkecimpung di dunia kang aw sebelum menjadi prajurit, mereka pernah merasakan keganasan Feng Guang dan Lie Huang.Perdana Menteri Tuo Hang menarik napas dalam-dalam, lalu berkata lagi, "Sejak dulu aku pernah mengatakan hal yang sangat penting kepada kalian, bahwa pasukan pemberontak itu akan menggunakan cara apa pun demi m
Feng Guang hanya mengangguk, lalu berkata lagi, "Baiklah kalau memang seperti itu, untuk saat ini sebaiknya kalian istirahat saja. Tapi ingat, kalian jangan lengah!""Baik, Panglima."Para pendekar itu menjura dan langsung berlalu dari hadapan Feng Guang. Mereka mulai membagi tugas untuk memperketat pengawasan di sekitaran tempat peristirahatan pasukan Hu Yui Se.Pasukan Hu Yui Se terbagi menjadi dua bagian, bagian pertama berada di wilayah perbatasan kota. Sementara yang satu kelompok lagi sudah berada di pusat kota Yuanzi Timur. Bahkan mereka sudah berhasil melakukan serangan terhadap pasukan kerajaan yang bertugas di kota tersebut.Kini mereka menempati sebuah gedung utama yang secara sukarela diberikan oleh pihak pemerintah kota Yuanzi Timur sebagai bentuk dukungan mereka atas perjuangan para pendekar Hu Yui Se.Sementara itu, pasukan Hu Yui Se yang dipimpin oleh Lie Huang masih dalam perjalanan menuju kota Yuanzi Timur. Jika mereka sudah berkumpul semuanya, sudah dapat dipastikan
Perdana Menteri langsung menuju ruang sidang dengan raut wajah penuh kecemasan. Kepada ajudannya, ia memerintahkan agar para petinggi kerajaan segera berkumpul untuk membahas masalah perang yang akan segera dimulai.Panglima Hui Su tidak mengikuti perundingan yang dilakukan oleh Perdana Menteri Tuo Hang dan para pejabat kerajaan lainnya. Panglima Hui Su lebih fokus menyiapkan pasukannya. "Prajurit!" teriak Panglima Hui Su.Para prajurit langsung menghentakkan latihan mereka saat mendengar teriakan sang panglima. Mereka langsung membuat barisan rapi menghadap ke arah Panglima Hui Su, para prajurit itu sudah siap mendengarkan apa yang akan disampaikan oleh Panglima Hui Su."Perdana Menteri Tuo Hang saat ini sedang membahas persiapan perang bersama menteri pertahanan dan para pejabat militer lainnya. Aku mendapatkan tugas agar menyiapkan pasukan untuk menjaga ibu kota dari serangan pasukan pemberontak," kata sang panglima berbicara di hadapan para prajurit kerajaan. "Untuk itu, kalian h
Di lain pihak, tepatnya di sebuah gedung yang ada di pusat pemerintahan kota Yuanzi Timur yang kini menjadi markas sementara pasukan Hu Yui Se, Feng Guang dan para petinggi pasukan Hu Yui Se sedang melakukan pembicaraan penting terkait rencana mereka yang akan melakukan serangan ke ibu kota kerajaan Tionggon.Selain para pendekar senior yang hadir dalam pertemuan tersebut, adapula beberapa orang pejabat pemerintah kota Yuanzi Timur, termasuk walikota Shan Mui Hok."Beberapa hari lagi kita akan melakukan pertempuran besar-besaran melawan pasukan kerajaan. Untuk itu, kita harus mempersiapkan diri agar rencana ini berjalan dengan lancar dan kita mendapatkan kemenangan dalam pertempuran tersebut," ujar Feng Guang di sela perbincangannya dengan para pendekar dan pejabat kota yang hadir."Baik, Panglima. Sejauh ini kami sudah mempersiapkan semuanya, kami akan segera mengatur dan memberi tugas kepada semua pimpinan induk pasukan," kata Lie Huang dengan sikap hormatnya."Bagus ... ini merupak
Meski demikian, para prajurit itu benar-benar sudah kehilangan rasa semangat mereka dalam melakukan pertempuran. Nyali mereka pun seakan-akan melemah, karena serangan dari pasukan Hu Yui Se terus menerus menekan pertahanan mereka.Melihat keadaan seperti itu, maka Panglima Hui Su kembali menyeru agar pasukannya terus melancarkan serangan-serangan balasan terhadap pasukan Hu Yui Se yang sudah semakin dekat saja dengan gedung istana."Jangan biarkan kaki mereka menginjak lantai istana. Serang mereka!" Panglima Hu Yui Se berteriak lantang sambil mengangkat pedangnya.Demikian pula dengan Perdana Menteri Tuo Hang, ia ikut menyeru demi membakar semangat para prajuritnya. Namun, keputusan Panglima Hui Su dan Perdana Menteri Tuo Hang, ternyata bertolak belakang dengan para perwira seniornya. Mereka tidak setuju jika pasukan kerajaan terus melancarkan serangan balasan.Para perwira senior itu sudah paham dengan kekuatan yang dimiliki oleh pasukan kerajaan. Untuk saat ini, kekuatan mereka tak
Hok Shin hanya tersenyum menanggapi perkataan prajurit tersebut. Setelah itu, ia pamit dan langsung berlalu dari hadapan para prajuritnya. Hok Shin melangkah menghampiri Dui Mui yang sedang beristirahat di tendanya.Ada banyak hal yang dibicarakan oleh Hok Shin dan Dui Mui. Salah satunya terkait pengamanan di area perkemahan, karena dikhawatirkan ada penyusup yang diam-diam memasuki area perkemahan tersebut."Malam ini aku akan menugaskan seratus orang untuk melakukan penjagaan di perkemahan ini. Aku rasa cukup, mereka bisa bergantian dalam melaksanakan tugas keamanan," ujar Hok Shin di sela perbincangannya dengan Dui Mui."Kau atur saja bagaimana baiknya!" kata Dui Mui menanggapi perkataan kawan baiknya."Kau tenang saja! Aku tidak mungkin mengabaikan tugas ini, sebentar lagi pasukan kita akan menduduki istana, sangat rentan sekali jika kita lengah."***Sementara itu, Feng Guang dan Lie Huang masih berada di gedung gubernur, dan mereka akan kembali ke perkemahan pada esok pagi.Sore
Semua prajurit yang ada di tempat tersebut saling berpandangan, mereka sependapat dengan prajurit senior yang merupakan ketua regu di dalam kubu pasukan kerajaan. Dia adalah Caw Kyu—orang kepercayaan Panglima Hui Su. Bagaimana yang telah Caw Kyu sampaikan bahwa solusi dan jalan keluar terbaik adalah kabur dari istana. "Melarikan diri memang jalan terbaik yang harus kita lakukan, agar kita semua selamat dari serangan pasukan Hu Yui Se," desis salah seorang prajurit. "Jujur saja, aku sudah lelah berada di di istana ini," sambungnya."Apa yang kau katakan memang benar, aku pun sependapat denganmu," sahut prajurit lainnya.Semua prajurit yang ada di tempat tersebut, kini mulai berani mengungkapkan perasaan yang selama ini mereka alami. Para prajurit itu sudah tak mau lagi terlibat perang melawan pasukan Hu Yui Se.Selain takut terhadap lawan yang mereka hadapi, para prajurit itu pun berpikir bahwa perang tersebut sama dengan melawan saudara mereka sendiri. Karena di dalam kubu pasukan Hu