Hal tersebut dilakukan untuk menghindari bertemu kembali dengan keempat prajurit kerajaan Tionggon utusan Perdana Menteri Tuo Hang. Sejatinya Feng Guang dan para pendekar lainnya sudah paham bahwa keempat prajurit itu sengaja diutus ke wilayah tersebut untuk menyelidikinya yang sudah membawa kabur Raja Hao Xiong Han dari penjara istana oleh Feng Guang.Perjalanan menuju desa Shengcun diperkirakan sekitar dua hari lagi, sehingga rombongan tersebut harus kembali beristirahat dan mendirikan perkemahan saat hari mulai gelap. Tidak mungkin perjalanan tersebut dilanjutkan malam hari, mengingat cuaca yang tentu sangat tidak mendukung.Jalur yang mereka lewati adalah hutan dan mereka hanya menyusuri jalan sempit yang hanya cukup untuk satu kereta kuda saja. Jika berpapasan dengan kereta kuda dari arah berlawanan, maka salah satu dari kereta kuda tersebut harus mengalah mencari tempat untuk menepi agar kereta kuda lainnya dapat melewati jalur tersebut."Kalau kondisinya seperti ini, tidak mung
Menghadapi serangan lawannya yang kasar itu, setiap saat Feng Guang harus menghindar untuk menempatkan dirinya pada jarak perlawanan yang sebaik-baiknya. Sekilas Feng Guang membayangkan betapa sulit dirinya dalam melakukan pertarungan jarak dekat, sehingga tidak memungkinkan dirinya menggunakan pedang saat melakukan pertarungan dalam jarak dekat."Saat bertarung dalam jarak dekat, maka aku tidak dapat menggunakan senjata dengan leluasa. Kedua pendekar itu akan menghimpitku dan mereka akan unggul dengan kekuatan ganda," desis Feng Guang saat dirinya mundur beberapa tombak ke belakang.Ini adalah pertarungan yang benar-benar memeras keringat dan pikiran. Feng Guang harus bergerak dengan cepat dan kemudian berusaha membalas menyerang, agar mempersempit ruang gerak kedua lawannya.'Mereka bukan lawan yang mudah, aku harus berhati-hati dan memanfaatkan dengan baik kelengahan mereka,' kata Feng Guang dalam hati.Feng Guang menyadari bahwa pertempuran itu akan berlangsung lama jika dirinya t
Feng Guang mengatur napas sejenak, lalu menjawab, "Sebaiknya kita menghadap Yang Mulia Raja. Kita berbincang di tenda Yang Mulia saja!""Baik, Ketua."Sebelum menghadap sang raja, terlebih dahulu Feng Guang meminta agar para pendekar yang bertugas menjaga keamanan di perkemahan tersebut, untuk memperketat pengamanan. Feng Guang khawatir, orang-orang dari kelompok pendekar yang sudah ia binasakan datang ke tempat tersebut."Kalian perketat keamanan! Kalian bisa minta bantuan kepada kawan-kawan kalian yang lain agar membantu kalian mengawasi area perkemahan ini. Aku khawatir orang-orang dari Lembah Ular akan datang ke sini.""Baik, Ketua." Para pendekar itu menjawab serempak sambil menjura kepada Feng Guang.Setelah itu, barulah ia mengajak Dui Mui untuk menghadap sang raja. "Marilah, kita menghadap sang raja sekarang!" ajak Feng Guang.Dui Mui hanya mengangguk dan langsung berjalan mengikuti langkah Feng Guang.Setelah berada di tenda tempat beristirahatnya sang raja, Feng Guang dan Du
“Feng Guang!” teriak seorang pria dengan wajah berlumuran darah, ia berjalan terhuyung-huyung menghampiri seorang bocah laki-laki yang sedang duduk di beranda rumah. Melihat pemandangan seperti itu, Feng Guang tampak kaget sekali. “Paman!” Feng Guang langsung menyambut pamannya yang hampir jatuh.“Panggil ayahmu, cepat!”Feng Guang langsung berlari ke belakang rumah hendak memanggil ayahnya yang saat itu sedang memperbaiki kandang ternak. Tidak lama kemudian, bocah laki-laki itu sudah kembali ke beranda rumah bersama sang ayah.“Bertahanlah! Aku akan mengobati lukamu,” kata Tuan Guang menyangga tubuh adiknya yang sudah lemah tak berdaya.“Tidak perlu! Sekarang, dengarkan aku.” Sang Paman berusaha berbicara sambil menahan rasa sakitnya. “S-semua orang, termasuk anak dan istriku telah terbunuh. Kalian harus pergi dari desa ini.”“Siapa yang melakukannya?” tanya Tuan Guang.“Para pendekar Sekte Iblis Merah,” jawabnya dengan suara parau, “Cepat, kalian pergi! Sebentar lagi mereka pasti k
“Sial! Ke mana dia?”Tahu dirinya dikejar oleh prajurit Sekte Iblis Merah, Feng Guang pun kembali bersembunyi. Ia melompat dari tebing menuju ke pinggiran sungai dan bersembunyi di balik pepohonan rimbun dengan kaki yang luka akibat terkena batu ketika melompat tadi.Ia terus bersembunyi di sana, menahan sakit, hingga tidak lagi mendengar suara dan juga langkah para pendekar Sekte Iblis Merah yang mengejarnya.Saat dirasa telah aman, Feng Guang pun keluar dari persembunyiannya. Ia menarik napas dalam-dalam, kemudian berjalan terpincang-pincang meninggalkan desa.Setelah berada di ujung desa, Feng Guang menghentikan langkahnya untuk beristirahat sejenak. Dengan penuh kehati-hatian, ia membuka gulungan yang diberikan ayahnya.“Sepertinya ini adalah sebuah petunjuk.” Feng Guang mengamati goresan tinta merah berbentuk peta di dalam gulungan tersebut. Kemudian, ia membaca tulisan yang ada di bawah gambar peta.“Kitab kuno Yongshì?” gumam Feng Guang, “aku pernah mendengar tentang kitab ters
Sesaat kemudian, Feng Guang baru sadar, ternyata ia sudah berada di tengah hutan yang rimbun dengan pepohonan. Tidak terlihat lagi rumah-rumah penduduk, tetapi Feng Guang masih dapat melihat sekitaran tempat tersebut, karena sinar bulan masih mampu menerobos dedaunan lebat di antara pohon-pohon besar yang menjulang tinggi.”Jangan-jangan, mereka tadi adalah para siluman penghuni hutan ini?” desis Feng Guang, ”mungkin di hutan inilah aku akan bertemu dengan ayah dan ibuku. Mereka akan menjemputku di sini,” kata Feng Guang penuh keputusasaan.Feng Guang menghela napas dalam-dalam, lalu mengusap wajahnya dengan telapak tangan kosong.Di hutan yang sepi dan sunyi seperti itu, tidak mungkin ada seorang pun yang berani berlama-lama, karena hutan tersebut merupakan sebuah tempat yang sangat menyeramkan.Feng Guang merenung sejenak, ia mulai putus asa. Dirinya berpikir sudah tidak ada harapan lagi untuk bertahan di tengah rimba yang menyeramkan itu.Saat Feng Guang merenung, tiba-tiba terdeng
Feng Guang mengangguk pelan, lalu memejamkan matanya. Tiba-tiba saja, tubuhnya terasa hampa. Seakan-akan kakinya terangkat dengan sendirinya, Feng Guang merasakan sensasi yang luar biasa, seakan-akan dirinya tengah melayang-layang di udara.Detik berikutnya, kaki Feng Guang sudah kembali berpijak. Tetapi matanya masih tertutup, ia tidak berani membuka mata sebelum ada perintah dari Lui Shan.”Sekarang bukalah matamu!” pinta Lui Shan.Dengan demikian, Feng Guang langsung membuka matanya secara perlahan. Dalam pandangan matanya, tiba-tiba muncul sinar terang pada bongkahan batu besar yang ada di hadapannya.Feng Guang tampak terkejut sekali, ia terus mengamati sinar itu. Namun sinar tersebut cepat berlalu—melesat jauh ke atas.”Sekarang sebutkan keinginanmu!”Feng Guang menarik napas dalam-dalam, lalu menjawab, ”Aku ingin mempunyai kepandaian ilmu silat yang tidak ada tandingannya agar bisa membantu pihak yang lemah!” Feng Guang menjura hormat.”Cita-citamu sungguh mulia, aku pasti akan
Feng Guang tidak berkata apa-apa, ia hanya menganggukkan kepalanya sebagai isyarat bahwa dirinya setuju dengan ajakan orang tua tersebut. ”Jurus pertama yang harus kau perhatikan adalah jurus Hui Hang, jurus tenaga dalam penghancur batu,” kata Lui Shan. Jenggotnya yang putih panjang tampak bergerak-gerak, kedua tangannya sudah berisi kekuatan tenaga dalam Hui dan Hang. Selanjutnya, ia langsung melakukan serangan terhadap batu besar yang ada di samping Feng Guang. Meskipun masih belum berpengalaman di dunia persilatan, tetapi Feng Guang paham bahwa angin yang menyambar keluar dari serangan tangan Lui Shan pasti sangat berbahaya, maka ia buru-buru menyingkir ke samping. Feng Guang terus memperhatikan setiap gerakan yang peragakan oleh Lui Shan. ”Walaupun sudah tua, tapi tenaganya masih cukup kuat. Kedua tangannya memiliki kekuatan tenaga dalam yang sangat besar,” gumam Feng Guang terus mengamati pergerakan Lui Shan yang baru saja menghancurkan sebongkah batu besar yang ada di dalam