Karena tak sabar mendengar penjelasan pegawainya, Bhuvi pun memberikan kode agar gerbang dibuka. Dengan langkah berani, Bhuvi berjalan mendekati kerumunan masa. Di belakangnya berjalan tiga orang pria berbadan tegap mengawalnya.
Saat Bhuvi akan tiba di sana, seorang pembantu Glara berlari meneriaki namanya. “Pak Bhuvi‼ Pak Bhuvi‼ Bu Glara, Pak‼” mendengar nama Glara disebutkan, Bhuvi pun segera berbalik arah dan kembali ke dalam rumahnya.
Pria itu berlari dengan kaki jenjangnya, ia bahkan menapaki dua anak tangga sekaligus agar segera tiba di dalam rumah. dari dalam rumah, Bhuvi mendengar suara tangisan yang berteriak memanggilnya.
“Hei‼” pekik Bhuvi menatap pria yang berdiri membelakanginya.
Bhuvi mengedarkan matanya, ia menatap ke sudut ruangan dan melihat pembantu juga kedua anaknya terikat di sebuah kursi.
Pria di depannya pun berbalik, ia menatap Bhuv
Tommy dan Boy segera menangkap Damian dan mengikatnya serta membawanya keluar rumah dan hendak membawa ke kantor polisi. Sedangkan Bhuvi, ia melepaskan ikatan Glara lantas mereka bergerak melepaskan tawanan yang lainnya.Gama sudah menangis di dalam dekapan Bhuvi sedangkan Erina berada bersama Glara. Beberapa pekerja yang lain juga saling berpelukan karena takut dengan kejadian yang terjadi tadi.“Pak maafkan kami, kami lalai menjaga… .”“Bagaimana bisa?” tanya Bhuvi pada penjaga yang kini tertunduk takut.“Kami tidak mengira jika dia ada di antara kami pak. Dia menyamar menjadi salah satu dari kami dan… .” Ucapan mereka terhenti kala Bhuvi mengangkat tangannya menandakan jika ia enggan mendengar kelanjutan cerita pria itu.“Ayah! Gama tidak mau tinggal di sini‼ Gama takut!” ujar Gama dengan ketakutan dan air mata yang
“Aku masih mencari tahu siapa yang membiayai Damian. kamu tidak perlu khawatir, aku akan segera menangkap sampai ke akarnya.” Bhuvi mencoba menenangkan Glara dengan wajah yang dibuat santai.“Aku percaya kamu akan melakukan yang terbaik untuk kami tetapi, tolong jaga juga keselamatanmu ya. aku… aku tidak mau kehilangan lagi,” ujar Glara seraya menyentuh tangan Bhuvi yang berada di bahunya.Bhuvi tersenyum, ia memijat pelan punggung tangan Glara dan berkata, “aku akan baik-baik saja.”Bhuvi memeluk singkat Glara, “aku berangkat ya.” Bhuvi berucap seraya mengurai dekapannya.Setelah berpamitan dengan Glara, Bhuvi segera masuk ke dalam mobil. Tak seperti biasanya, Bhuvi kali ini pergi tanpa mobil pengawalan ia hanya meminta untuk dikawal dua orang yang mengendarai mobilnya.Sepanjang jalan, Bhuvi tampak membuka ponselnya dan mem
“Lepaskan Bu Glara atau peluru ini akan bersarang di kepala anda!” ancam seorang pria bertubuh tegap berdiri tepat di belakang Damian.“Haha anda kira saya takut? Tidak akan!”Pria itu justru tertawa kecil, jemarinya menarik pelatuk dan dalam hitungan detik saja peluru itu bisa benar-benar melesat masuk ke kepala Damian. “Anda kira saya main-main? Saya beri kesempatan anda menyelamatkan nyawa anda sendiri dalam lima detik,” ujar pria itu tak gentar sedikit pun, ia tetap dengan pistol di kepala Damian.“Kali ini lo lolos!” ujar Damian seraya melepaskan Glara dan berlari masuk ke dalam mobil pick up dan bergegas pergi dari sana.Glara menghela napas lega, ia menoleh dan menatap pria yang sedang menyimpan kembali ponselnya. “Maaf saya terlambat menyelamatkan anda.”“Apa kamu di bawah naungan Bhuvi?” 
“Tenang dulu, jangan panik. Kita lihat cctv dulu.” Bhuvi pun menepuk kursi di sampingnya dan menyalakan layar televisi.Glara tampak patuh, ia lantas duduk di samping Bhuvi dengan raut wajah panik dan khawatir. Bhuvi mulai menyalakan rekaman cctv mulai dari siang tadi hingga malam tiba. “Tasha membawa anak-anak?” tanya Glara tak percaya dengan apa yang tersaji di layar monitor.“Bukankah dia terlihat baik?” lanjut Glara mencoba meraih ponselnya.“Tuan dan nyonya, maaf saya baru sempat ke mari. Saya baru selesai merapikan massion belakang. Tadi perawat Tasha berpesan untuk menyampaikan pada tuan dan nyonya jika Perawat Tasha mengajak Gama dan Erina ke tempat nyonya Lana karena sedari Nyonya pergi, Gama terus menangis dan meminta bertemu dengan tuan dan nyonya,” ujar seorang wanita paruh baya yang memakai seragam pembantu.Tanpa sadar Glara dan Bhuvi pun
Kini Martha sedang duduk berhadapan dengan Glara yang diawasi penuh oleh pengawal yang dipimpin langsung oleh Leo. Glara tampak ramah menatap Martha, berbeda dengan wanita itu yang tampak menundukkan kepala karena malu. “Apa sudah ketahuan siapa yang meretas data perusahaan?” tanya Glara membuka perbincangan mereka.Martha pun menggelengkan kepala. “Hampir seluruh karyawanku sudah pergi dan mogok kerja. aku tidak lagi memiliki kekuatan. Maka dari itu, aku menghubungi Bu Glara untuk… .”“Membeli saham perusahaan? Atau membeli perusahaannya?” Martha mendongak menatap Glara bingung dan malu. “Martha apa kamu tahu kalau Damian yang dirawat di rumah sakit itu palsu?” tanya Glara membuat Martha mengerutkan keningnya bingung.“Bagaimana bisa? Maksudku, bukannya dia mengalami kecelakaan? Pihak kepolisian sendiri yang mengatakannya.”Glara men
“Aku rasa dia tidak punya alasan untuk menolaknya, Bhuvi. Lebih baik memperbaiki daripada mengganti kepemilikan yang belum tentu bisa lebih baik dari sebelumnya, ‘kan?”“Kamu tidak berniat membelinya?”Glara terdiam sejenak ia tampak berpikir. “tidak enak rasanya merebut yang bukan milikku.”“Bukannya kamu membeli bukan merebut?” tanya Bhuvi menatap Glara.Glara menarik napas dalam-dalam dan berkata, “memang iya aku membelinya namun, tetap saja perusahaan itu bukan aku yang mendirikan dan bukan aku juga yang membesarkannya. Kalau aku mengambilnya sama saja aku merebut satu-satunya peninggalan ayahnya Martha kan?”Bhuvi pun mengangguk dan melanjutkan sarapannya. Mereka pun menikmati makanannya dengan tenang dan sesekali mendengarkan celoteh Gama dan Erina tentang mimpi yang mereka alami semalam.
“Menjual perusahaan ini,” ujar Martha dengan tatapan yang sedih.“Tidak perlu sampai dijual, bu Martha.”“Iya saya rasa tidak perlu sampai dijual atau bahkan dilelang. Kita coba pikirkan jalan keluarnya bersama-sama.” Ucapan wanita tadi disambut anggukan dan persetujuan dari peserta rapat yang lainnya. Membuat wanita menor tadi kehilangan suara dan bantuan. “Menurut Bu Glara, apa yang harus dilakukan perusahaan ini?”“Menurut saya, perusahaan Bu Martha ini masih sangat menjual dan bagus. Hanya saja, sistem keamanan dan sistem kerjanya yang kurang tersusun rapi. Selain itu, kita yang menanam modal di sini juga harus sadar jika perusahaan ini baru saja sadar dari komanya, dan kita butuh waktu untuk memulihkan keadaannya sampai ia bisa berjalan seperti normal lagi.”Para tamu pun berdebat masalah perusahaan apakah harus dijual atau membiarkanny
“Aku yakin kok. Walau dia baru tetapi pemahamannya tentang konsep yang aku minta begitu cepat. Dia juga kreatif dan memberi masukan yang baik. Aku rasa gak ada alasan untuk aku ragu sama vendor ini. Kenapa kamu gak mendukung aku?”Bhuvi tersenyum tipis. “bukannya tidak mendukung, kita harus memilih vendor yang terbaik untuk acara sebesar ini, ‘kan?”“Acara besar? Bukannya hanya peluncuran produk seperti biasanya?” tanya Glara heran dengan ucapan Bhuvi yang terkesan melebih-lebihkan acaranya.“Kamu baru ini kan meluncurkan produk sendiri? Jadi gak ada salahnya kita buat sesuatu yang berbeda dari perusahaan lain lakukan. dan untuk merealisasikan itu, kita butuh vendor terpercaya dan handal.”“Bhuvi… percaya padaku. Vendor ini bisa dipercaya dan tidak akan mengecewakanku.” Bhuvi menatap wajah Glara yang sedang menatapnya dengan tat