“Maaf Gama tidak bisa menjaga Erina seperti pesan ayah dan ibu,” ujar Gama dengan raut wajah sedih.
Glara pun segera mendekap Gama dan mengusap puncak kepalanya, begitu juga dengan Bhuvi pria itu segera mengusap punggung Gama. “sayang, ini bukan kesalahan Gama. kita semua tidak tahu kalau kejadiannya akan begini. Sekarang kita berdoa saja ya, semoga Erina baik-baik saja dan segera berkumpul lagi dengan kita,” balas Glara menenangkan putranya.
Gama menangis dalam dekapan Glara, entah kenapa anak kecil itu merasa bersalah karena membuat Erina berada di dalam ruang igd, padahal ia juga tak berbuat apapun yang membahayakan Erina. Saat sedang berpelukan dan menenangkan Gama. seorang perawat keluar dari dalam ruang igd dengan seorang dokter di belakangnya.
“Kepada keluarga pasien?” ujar perawat itu menatap Glara dan Bhuvi.
Dua orang dewasa itu bergegas mendekat ke
Setelah pertemuan dengan anak buahnya, Bhuvi pun mengajak Glara untuk berbincang berdua di luar ruangan Erina. Ia harus menyampaikan informasi yang didapat dari Tommy dan Leo tadi juga memikirkan jalan keluarnya bersama-sama.“Ada apa, Bhuvi?” tanya Glara setelah mereka duduk di kursi yang tadi ia gunakan bersama Leo dan Tommy.Bhuvi menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. “Ada yang mengincar Erina.”“Mengincar? Mengincar apa?” tanya Glara bingung dengan maksude ucapan Bhuvi.Bhuvi menyandarkan punggungnya dan menatap lurus ke tembok putih di seberangnya. “kejadian tadi disengaja dan memang ditujukan untuk Erina bukan aku, kamu atau Gama. Entah apa motifnya, Tommy sedang menyelidikinya.”Bahu Glara melemas, ia tak menyangka jika kini permasalahan baru kembali hadir di saat ia sedang merasakan kebahagian dengan dua a
Martha terbangun dari tidurnya kala merasakan nyeri perut yang begitu sakit. Sekuat tenaga, Martha mencoba meraih ponselnya dan meminta bantuan pada bagian resepsionis, setelah berhasil mendapatkan ponselnya Martha segera menekan nomor darurat apartement.“Tolong saya!” rintih Martha seraya memegangi perutnya, ia bahkan tak memberikan salam.Sambil menunggu pertolongan datang, Martha mencoba menghubungi dokter yang menanganinya. Martha semakin merintih kala perutnya terasa melilit dan disertai cairan yang mulai mengalir dari bagian bawahnya. Martha panik, kepalanya pun terasa pusing, pandangannya mulai mengabur. Martha tak kuasa lagi menahan sakit di perutnya.Saat pandangannya mulai mengabur dan tubuhnya melemas, samar-samar Martha mendengar suara derap kaki yang berjalan mendekatinya. Tak lama Martha merasa tubuhnya melayang dan pandangannya benar-benar menggelap.∞
“Kenapa Bhuvi?” tanya Glara menatap wajah panik Bhuvi.Bhuvi menarik napas dalam-dalam, ia mengabarkan jika lagi-lagi Tommy dan Leo mengalami kecelakaan. Beruntungnya mereka tak mengalami luka parah. Ia hanya mengalami luka kecil dan saat ini sudah dalam penanganan rumah sakit terdekat. “Memangnya mereka sedang menjalankan misi khusus?” tanya Glara pada Bhuvi.Bhuvi menggeleng. “hanya urusan kecil.” Bhuvi pun melanjutkan sarapannya seraya memantau keadaan dua orang kepercayaannya itu.Setelah selesai sarapan, Bhuvi dan Glara menemui dokter yang merawat Erina sesuai dengan pesan yang disampaikan oleh perawat pagi tadi. Sedangkan Gama dan Erina ditemani olen Tasha dan Boy di dalam ruangan dan pengawal yang menjaga dari luar ruangan kamar rawat.Sepanjang jalan, Glara tampak gelisah karena Tifa yang menangani acaranya tak kunjung membalas pesan ataupun memberikan perk
“Kemarin saat saya mengurus surat kepindahan Gama dan Erina, saya melihat ada seorang wanita dengan hoodie hitam dan penutup wajah mengikuti saya. Sebenarnya saya tidak masalah hanya saja saya takut ini berkaitan dengan teror yang selama ini terjadi.”Glara dan Bhuvi saling bertukar pandang dan menatap Tasha penuh selidik. “kamu yakin dia mengikutimu?”“Iya bu, karena saya sudah mencoba mengujinya dan ternyata memang benar dia membuntuti saya bu.”Kening Bhuvi berkerut kala mendengar penuturan Tasha. “bukannya kamu pergi dengan Boy? Di mana Boy?”“Kami memang pergi bersama, Pak. Tetapi kami berpisah ketika di sekolahan Gama. Boy mencari guru yang akan mengajar di rumah sedangkan saya mengurus surat kepindahan Gama dan Erina, Mr. Karena itu saya terpisah dengan Boy,” ujar Tasha menundukkan kepala, ia merasa bersalah karena tak mengikuti intru
Pertanyaan itu terlontar dari seorang Glara yang sebenarnya memiliki kekayaan hampir setara dengan Bhuvi hanya saja, Louis sengaja menyebarkan asetnya dengan membangun perusahaan dan hal lainnya. Sedangkan Bhuvi ia membangun aset property dan perusahaan.Bhuvi mengerutkan kening bingung mendengar pertanyaan Glara. “tak sebanyak aset Tuan Louis.”Glara hanya diam dan tak menjawab ucapan Bhuvi lagi. Pikirannya kembali teringat akan nasib anak dari Martha yang sekarang tak memiliki siapa pun. “Bhuvi bagaimana anak Martha?”Bhuvi menoleh ke arah Glara sejenak sebelum kembali fokus pada jalanan di depannya. “Kamu mau mengadopsinya?”Kini giliran Glara yang berpikir tentang pertanyaan Bhuvi. sebenarnya ia senang sekali bisa merawat anak Martha walaupun itu buah hati dari mantan suami yang mengkhianatinya namun tetap saja, Glara tak bisa menyembunyikan rasa kemanusiaannya
“Maaf pak, tadi saya tidak sengaja melihat di televisi tentang pemakaman Mrs. Martha dan saya melihat ada orang ini,” ujar Tasha seraya menunjukan ponselnya.Bhuvi menatap layar ponsel Tasha, yang memotret sosok wanita berhoodie hitam sedang bersembunyi di balik pohon yang hanya berjarak beberapa meter dari tempat pemakaman. “motif hoodienya sama persis dengan yang digunakan mengikuti saya, Mr.”“Jadi maksudnya mereka satu kelompok?” tanya Bhuvi menyimpulkan ucapan Tasha.Tasha hanya diam saja, ia lantas mengeluarkan sebuah liontin dari dalam saku celananya. “saat memeriksa tas Erina, saya menemukan ini, Mr.”Bhuvi menyimpan semua penemuan Tasha. “ya sudah, terima kasih atas laporan dan infonya. Kamu bisa beristirahat biar anak-anak saya yang jaga.”“Terima kasih, Mr.” Tasha pun berpamitan dengan Gama d
Glara mengangguk, “setidaknya itu cara terbaik daripada kita harus mencari orang baru yang belum tentu bersih, ‘kan? Aku yakin dia tidak akan berkhianat walaupun kakek sudah tidak ada.”Bhuvi kembali memikirkan ucapan Glara, cukup lama pria itu memikirkannya hingga akhirnya ia mengangguk dan menyetujui ide yang Glara berikan. “Setelah ini kita ke sana.” Glara mengangguk dan mengucapkan terima kasih tanpa suara.Bhuvi dan Glara kembali menunggu persiapan bayi Martha, tepat pukul 11 siang perawat memanggil Glara dan Bhuvi mengajaknya masuk ke dalam ruangan dokter khusus anak dan gizi. Di dalam sana, Glara dan Bhuvi mendapatkan penjelasan tentang tata cara merawat bayi itu juga tentang jadwal pemeriksaan rutin yang harus Glara dan Bhuvi jalani.Setelah itu, Glara dan Bhuvi dipersilakan untuk membawa bayi Martha pulang ke rumah. sesuai ucapan Bhuvi tadi, mereka tak langsung pulang ke rumah, Bhuv
“Ishara Larisha Madhava,” sahut Bhuvi menatap lurus ke arah ponselnya.Semua orang menatap Bhuvi dengan tatapan yang takjub. “Kenapa?” tanya Bhuvi mendongakkan kepalanya.Mereka menggeleng dan mengulas senyum di wajahnya. “Namanya bagus dan cantik.”Mereka pun kembali mengobrol dan melanjutkan aktivitasnya. Berbeda dengan Bhuvi yang tampak menikmati kesibukkannya, Glara justru terlihat lebih gelisah dari biasanya. Sebenarnya Bhuvi tahu penyebab kegelisahan wanita itu tapi ia memilih untuk diam dan tak banyak berbicara.Hari pun semakin sore, Gama dan Erina sudah kembali ke kamarnya begitu juga dengan Shara yang sudah tidur pulas di kamar Glara ditemani oleh Willi. “aku pulang dulu ya. besuk aku ada flight pagi.”“Flight pagi? Ke mana?” tanya Glara menatap Bhuvi bingung.“Perjalanan bisnis.&rdqu