Sesuai dengan janji mereka, Mary mengunjungi putrinya ke apartemen. Dia dan suaminya mengajak Veny bicara."Apa yang membuatmu belum menerima Samy? Bukankah semua masalahnya sudah selesai?" Mary menggenggam tangan putrinya."Ayah berpikir untuk kebaikanmu, apa lagi Nick sebentar lagi akan punya adik. Pasti lebih mudah jika membesarkannya bersama suami."Veny terdiam merenung."Ibu berharap kalian akur dan membangun keluarga yang bahagia, kau putri kami satu-satunya, ibu ingin kau ada yang menjaganya.""Aku masih memikirkannya Bu.""Tidak mudah memang melupakan kejadian tujuh tahun yang lalu, ayah bisa memahami perasaanmu, tapi bukan berarti tidak bisa, Nak."Veny nampak menghela napasnya. Ia pun tidak memahami apa keinginan hatinya saat ini.Mary menggenggam tangan Veny dengan lembut, matanya menatap penuh kasih. "Ibu tahu kau merasa ragu, tapi lihatlah situasi ini dari sisi lain. Bukankah Samy sudah berusaha keras untuk menebus kesalahannya?"Darius, yang duduk di sofa di samping mer
"Kau memberikan semua hartamu padaku dan Nick, apa kau masih waras?"Tak cukup hanya di jalan bahkan di rumah pun Samy mendapat pertanyaan dari Veny."Aku memang gila jika kau tidak menerimaku sebagai suamimu," jawab Samy."Memangnya kapan aku menolakmu." Veny melipat tangannya di dada."Kau bilang apa? Jadi kau menerimaku?" Mata Samy berbinar terang.Veny jadi salah tingkah. "A-aku tidak bilang begitu." Wajahnya memerah malu.Dan Samy menikmati itu.Samy tersenyum lebar, senyuman yang jarang Veny lihat selama ini. Dia mendekatkan wajahnya pada Veny, membuat wanita itu mundur selangkah dengan gugup."Jadi, kau benar-benar tidak menolakku?" goda Samy, matanya bersinar penuh harapan.Veny mengalihkan pandangannya, pura-pura sibuk merapikan hiasan di meja. "Aku hanya bilang... aku tidak bilang menolak. Itu saja."Samy tertawa kecil, suara tawanya terdengar ringan namun penuh kebahagiaan. "Veny, kau tidak tahu betapa kalimat itu membuatku merasa seperti memenangkan dunia."Veny memutar bo
Veny merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan, ia tidak mencurigai Samy sedikitpun di luar sana, selama ini yang menjadi penghalang untuknya hanyalah Moza.Tapi tidak dengan Nick, ia merasa hubungan mommy dan daddynya yang belum harmonis semakin terancam, oleh karena itu ia ingin memastikannya sendiri."Paman Peto, apa kau tidak memiliki pekerjaan?" Nick menghampiri sopir di rumah besar itu."Oh, Tuan muda, paman ingin mencuci mobil ini." Peto memang terlihat sudah mengganti bajunya dengan yang lebih ringan."Paman, bagaimana kalau ditunda?"Peto tersenyum. "Sayang sekali ini harus segera dicuci, karena mobil ini akan dipakai oleh Daddy, malam nanti.""Tapi aku ingin bantuanmu Paman," kata Nick.Peto mengeryitkan keningnya. "Apa yang kau inginkan anak tampan?"Mendengar itu, Nick segera mendekat, ia meminta Paman Peto menurunkan tubuhnya agar ia bisa berbisik di telinganya."Baiklah, Paman Peto siap mengantarmu."Nick mengangguk penuh arti, memperlihatkan di kepalanya sedang tersusun
Di bawah selimut Nick melakukan pencarian, begitu banyak nama Felis membuat ia bingung sendiri.Sampai terdengar suara pintu kamarnya dibuka dari luar, Nick segera meletakkan ponselnya lalu memejamkan mata."Astaga, dia tidur dengan ponsel menyala," ucap suara itu yang ternyata adalah Veny.Veny mengambilnya dan tanpa sengaja menatap nama pencarian di sebuah situs 'Felis.'Dia hanya menghela napas setelah berpikir sesaat lalu mematikan ponsel itu dan memasukkannya ke dalam laci.Veny mengecup kening Nick lembut. "Mommy menyayangimu, mimpi indah sayang!"Setelahnya Veny keluar dari kamar Nick dan bertemu dengan Samy yang sepertinya baru saja tiba."Kau mau melihat Nick?" tanya Veny."Apa dia sudah tidur?""Ya, baru saja," jawab Veny. Ia segera ingin kembali ke kamarnya."Aku ingin bicara." Samy mencegah kepergian Veny.Veny membawa langkah menuju dapur, Samy duduk dan dia membuat dua gelas minuman sebelum menyusul Samy."Aku akan mengembalikan semua yang kau berikan padaku," kata Veny
Seiring dengan berjalannya waktu, Samy kini memilih untuk pasrah, semua ia serahkan pada takdir. Hanya saja dia tidak akan mencari wanita lain.Sikapnya perlahan mulai dingin meski tetap perhatian pada Nick, hanya dengan Veny ia hanya bicara seperlunya."Nick, Daddy akan pergi ke luar kota, ada yang harus Daddy selesaikan di sana." Samy menyambut Nick pulang dari sekolah.Koper telah terisi dan ia hanya ingin pamit saja."Daddy, pulanglah dengan uang yang banyak." Nick memang suka di luar nalar."Tentu, Daddy akan mencari yang banyak untuk Nick dan adik juga."Kepala Nick menoleh ke lantai dua, dia tidak mendapati mommynya."Daddy pergi ya, jaga mommy dan adik, ok!" Samy mengusap rambut Nick lembut."Daddy tidak pamit pada mommy?" Akhirnya pertanyaan itu keluar dari mulut Nick.Samy terdiam sesaat lalu menggeleng. "Mommy sedang istirahat, mungkin tidur di kamarnya."Dan suara itu terdengar getir."Daddy juga berhati-hati dan jangan temui Nona Felis." Kalimat itu adalah ancaman.Nick m
Veny mengerutkan kening, matanya bergantian menatap Ran dan Nick yang terlihat bingung. "Apa maksudmu, Ran? Mana Samy? Bukankah dia seharusnya pulang malam ini?" tanyanya dengan nada khawatir.Ran menghela napas panjang, raut wajahnya menunjukkan sesuatu yang serius. "Tuan Samy mengalami kecelakaan di perjalanan, Nyonya. Dia sekarang berada di rumah sakit. Saya datang untuk menjemput Anda."Nick tertegun, matanya membesar. "Apa? Daddy kecelakaan? Bagaimana keadaannya, Paman Ran? Apa Daddy baik-baik saja?"Ran berlutut di depan Nick, mencoba menenangkan bocah itu. "Tuan muda, Daddy-mu baik-baik saja. Tapi dia membutuhkan perawatan. Jangan khawatir, kita akan segera ke sana."Veny merasa lututnya lemas, tetapi dia berusaha tetap tenang. "Baiklah, beri aku waktu sebentar. Aku akan mengambil tas dan jaket."Ran mengangguk. "Tentu, Nyonya. Saya akan menunggu di mobil bersama Nick."Veny bergegas masuk ke dalam rumah, rasa panik mulai menguasai pikirannya. Pikiran tentang makan malam yang b
Diandra sulit terpejam, ia duduk di sisi brankar sambil menatap wajah suaminya. Suami yang belum ia terima sepenuh hati itu kini terbaring dengan beberapa luka di bagian luar.Veny merasakan penyesalan, kini ia sadar betapa ia mencintai Samy, buktinya kekhawatirannya belum sirna sampai saat ini.Hingga dini hari Veny baru terpejam, dengan kepala bersandar di sisi Samy.Hanya denting jam yang terdengar, keduanya terlelap sampai matahari menampakkan cahayanya."Selamat pagi!" Seorang perawat datang.Samy memberi isyarat agar perawat tersebut nanti saja memeriksanya. Rupanya Samy sudah bangun dan ia tidak ingin mengganggu tidur istrinya.Perawat tersebut mengerti dan segera keluar dari ruangan Samy. Tak berapa lama Diandra bangun dari tidurnya, hal pertama yang ingin ia lihat adalah wajah suaminya.Veny membuka matanya perlahan, tubuhnya terasa sedikit kaku setelah semalaman bersandar di sisi tempat tidur Samy. Ketika pandangannya mulai jelas, ia terkejut mendapati Samy tengah menatapnya
Jika sudah begitu, Samy bisa apa? Ia memilih diam karena tak ingin membuat Veny semakin tidak mempercayainya.Mereka tak lagi saling bicara, Veny menghabiskan waktu dengan membaca buku ataupun memainkan ponselnya, selain itu satu yang Samy syukuri bahwa istrinya itu tidak meninggalkannya di rumah sakit.Hasil pemeriksaan datang dan Samy dinyatakan baik-baik saja selain hanya cedera, oleh karena itu dokter sudah mengizinkannya pulang.Veny mengemasi barang-barang mereka dan Samy masih harus memakai kursi roda untuk sampai di rumah, namun saat di lobi rumah sakit penampakan seseorang kembali mengganggu."Samy, aku senang akhirnya kau pulang." Felis menghampiri Samy tanpa mempedulikan siapapun.Samy hanya tersenyum tipis dan itu terlihat sangat canggung.Felis mengajaknya ngobrol, membuat Veny kesal. Apa lagi saat Felis mengatakan siap mengantar Samy pulang ke rumah.Perasaan Veny tidak enak, ia pun meletakkan tas di sisi kursi roda."Sepertinya tugasku sudah selesai, aku akan kembali le
Pernyataan itu membuat ruangan seketika hening. Beberapa karyawan mulai berbisik-bisik, merasa ragu namun juga takut kalau anak itu benar berkata jujur.Wanita itu mendengus, menolak untuk mempercayainya. “Hah, omong kosong! Kau pikir aku akan percaya? Mana buktinya? Anak kecil seperti kau, seharusnya belajar tidak berbohong.”Nick menatap wanita itu dengan ekspresi serius, lalu mengangkat dagunya. “Kalau Bibi tidak percaya, ayo kita pergi ke ruangan Daddy sekarang.”Wanita itu tertawa lagi, tapi ada keraguan di matanya. Sebelum dia bisa menjawab, suara tegas seorang pria memotong suasana.“Ada apa ini?”Semua kepala berbalik, dan di sana berdiri Ran dengan ekspresi tegas. Dia berjalan ke arah Nick, lalu menunduk sedikit untuk bertanya.“Tuan Muda, kenapa Anda di sini?” tanyanya dengan nada lembut.Wanita itu melongo, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. “T-tuan Muda?”Ran berdiri dan menatap tajam ke arah wanita itu. “Iya, dia adalah Tuan Muda Nick Brown, putra direkt
Diam-diam Samy mencuri pandang saat Veny menaruh makanan ke dalam piringnya. Sedangkan Nick menikmati momen itu.Saat hendak menuang air ke dalam gelas, Nick sengaja hendak berdiri dan membuat gelas itu tumpah beserta isinya."Astaga kau basah," ucap Veny refleks menarik beberapa lembar tisu dan menempelkannya di bagian baju Samy yang basah.Nick tersenyum melihat kedua orang tuanya dan Samy dengan gugup menangkap tangan Veny. "A-aku saja," katanya."Tidak, tanganmu pasti masih sakit, biar aku yang membersihkannya." Veny menolak permintaan Samy, namun saat bagian pinggang celana gerakannya langsung terhenti.Veny mengangkat kepalanya dan saat itu Samy juga menatapnya. Kejadian itu berlangsung cukup lama sampai mereka berdua tidak menyadari Nick beranjak diam-diam keluar dari ruangan daddynya.Di depan pintu ia tersenyum lalu menutup mulutnya dengan kedua tangannya."Tuan muda apa yang kau lakukan di sini?" Ran datang ingin bertemu Samy.SyutttNick memberi isyarat di bibirnya, Ran me
"Kesempatan itu sudah hilang, Samy benar-benar tidak datang untuk membebaskanmu." Alma menjenguk putrinya di penjara.Tatapan Moza kosong."Seharusnya dia memegang janjinya untuk selalu melindungi mu." Alma tidak menyangka akan menjadi seperti ini jadinya.Dulu Samy pernah berjanji, tapi nyatanya sampai saat ini Moza tak pernah dinikahi."Selagi Samy percaya, bahwa aku yang menyelamatkannya dulu, dia pasti akan datang dan menyesalinya, Bu.""Kau selalu yakin dan berharap padahal kita sudah di ujung tanduk." Alma mulai frustasi."Aku ingin ibu melakukan sesuatu," kata Moza menatap ibunya dari balik kaca pembatas."Apa lagi yang bisa kulakukan Moza, kau lihat sekarang keuangan kita buruk, Samy tidak pernah lagi mentransfermu.""Maka dari itu, jika ibu mau hidup kita kembali jaya, lakukan apa yang kupinta." Moza meyakinkan ibunya dengan rencana barunya."Maaf, anda dilarang memasuki wilayah ini!" ucap security saat Alma mendatangi kantor Samy."Katakan padanya ini sangat penting, menyang
Malam ini Nick menemani daddynya di kamar, ia ingin daddynya tidak sendirian. Samy senang karenanya, ia merasa diperhatikan oleh anaknya, Veny tidak membatasinya dan Samy salut terhadap istrinya itu.Samy mengusap kepala Nick sebelum terlelap, ia tersenyum menatap ketampanan anak itu, hingga ia pun terlelap.Samy yang saat itu berusia sepuluh tahun baru saja pulang dari sekolah, karena ini hari ulang tahunnya ia sangat tidak sabaran untuk segera tiba di rumah."Aku duluan ya!" kata Samy pada dua temannya. Mereka mengangguk dan tersenyum.Samy dengan langkah cepatnya terus berjalan hingga dia tidak menyadari ada mobil yang sedang melaju ke arahnya. "Samy, Samy!" teriakan teman-temannya menyadarkannya, saat itulah Samy menoleh ke arah kanan dan mobil hitam melaju dengan kencang hingga membuatnya tak bisa berpikir jernih.Sampai kemudian mobil itu melaju kencang melewati jalanan, Samy merasakan tubuhnya sakit terjerembab di aspal dengan beban yang menindihnya.Samy membuka matanya dan w
Wajah Felis memerah, entah karena malu atau marah. Namun, melihat ketegasan di mata Samy, ia tahu tidak ada gunanya berdebat. "Baiklah," ujarnya akhirnya, suaranya ketus. "Aku pergi, tapi aku hanya ingin kau tahu hanya aku yang pantas untukmu."Samy tidak merespons, hanya berdiri tegak di tempatnya sampai Felis benar-benar pergi dari rumah itu.Begitu pintu tertutup, ia menghela napas berat, merasa lega tapi juga lelah. Ia menoleh ke arah tangga, berharap Veny melihat apa yang baru saja terjadi. Namun, ia tahu, untuk mengembalikan kepercayaan istrinya, butuh lebih dari sekadar mengusir Felis."Hai Tuan muda, maukah kau berkenalan denganku?" Di luar Felis menghampiri Nick."Aku tidak berkenalan dengan wanita yang mau merebut daddyku," jawab Nick, bibirnya mengerucut dan itu terlihat manis.Felis menanggapinya dengan tertawa. "Aku menyukai caramu menjaga mommymu, tapi satu hal yang perlu kau ketahui Tuan muda. Mommymu tidak menginginkan daddymu."Nick terdiam setelah Felis mengucapkan i
Jika sudah begitu, Samy bisa apa? Ia memilih diam karena tak ingin membuat Veny semakin tidak mempercayainya.Mereka tak lagi saling bicara, Veny menghabiskan waktu dengan membaca buku ataupun memainkan ponselnya, selain itu satu yang Samy syukuri bahwa istrinya itu tidak meninggalkannya di rumah sakit.Hasil pemeriksaan datang dan Samy dinyatakan baik-baik saja selain hanya cedera, oleh karena itu dokter sudah mengizinkannya pulang.Veny mengemasi barang-barang mereka dan Samy masih harus memakai kursi roda untuk sampai di rumah, namun saat di lobi rumah sakit penampakan seseorang kembali mengganggu."Samy, aku senang akhirnya kau pulang." Felis menghampiri Samy tanpa mempedulikan siapapun.Samy hanya tersenyum tipis dan itu terlihat sangat canggung.Felis mengajaknya ngobrol, membuat Veny kesal. Apa lagi saat Felis mengatakan siap mengantar Samy pulang ke rumah.Perasaan Veny tidak enak, ia pun meletakkan tas di sisi kursi roda."Sepertinya tugasku sudah selesai, aku akan kembali le
Diandra sulit terpejam, ia duduk di sisi brankar sambil menatap wajah suaminya. Suami yang belum ia terima sepenuh hati itu kini terbaring dengan beberapa luka di bagian luar.Veny merasakan penyesalan, kini ia sadar betapa ia mencintai Samy, buktinya kekhawatirannya belum sirna sampai saat ini.Hingga dini hari Veny baru terpejam, dengan kepala bersandar di sisi Samy.Hanya denting jam yang terdengar, keduanya terlelap sampai matahari menampakkan cahayanya."Selamat pagi!" Seorang perawat datang.Samy memberi isyarat agar perawat tersebut nanti saja memeriksanya. Rupanya Samy sudah bangun dan ia tidak ingin mengganggu tidur istrinya.Perawat tersebut mengerti dan segera keluar dari ruangan Samy. Tak berapa lama Diandra bangun dari tidurnya, hal pertama yang ingin ia lihat adalah wajah suaminya.Veny membuka matanya perlahan, tubuhnya terasa sedikit kaku setelah semalaman bersandar di sisi tempat tidur Samy. Ketika pandangannya mulai jelas, ia terkejut mendapati Samy tengah menatapnya
Veny mengerutkan kening, matanya bergantian menatap Ran dan Nick yang terlihat bingung. "Apa maksudmu, Ran? Mana Samy? Bukankah dia seharusnya pulang malam ini?" tanyanya dengan nada khawatir.Ran menghela napas panjang, raut wajahnya menunjukkan sesuatu yang serius. "Tuan Samy mengalami kecelakaan di perjalanan, Nyonya. Dia sekarang berada di rumah sakit. Saya datang untuk menjemput Anda."Nick tertegun, matanya membesar. "Apa? Daddy kecelakaan? Bagaimana keadaannya, Paman Ran? Apa Daddy baik-baik saja?"Ran berlutut di depan Nick, mencoba menenangkan bocah itu. "Tuan muda, Daddy-mu baik-baik saja. Tapi dia membutuhkan perawatan. Jangan khawatir, kita akan segera ke sana."Veny merasa lututnya lemas, tetapi dia berusaha tetap tenang. "Baiklah, beri aku waktu sebentar. Aku akan mengambil tas dan jaket."Ran mengangguk. "Tentu, Nyonya. Saya akan menunggu di mobil bersama Nick."Veny bergegas masuk ke dalam rumah, rasa panik mulai menguasai pikirannya. Pikiran tentang makan malam yang b
Seiring dengan berjalannya waktu, Samy kini memilih untuk pasrah, semua ia serahkan pada takdir. Hanya saja dia tidak akan mencari wanita lain.Sikapnya perlahan mulai dingin meski tetap perhatian pada Nick, hanya dengan Veny ia hanya bicara seperlunya."Nick, Daddy akan pergi ke luar kota, ada yang harus Daddy selesaikan di sana." Samy menyambut Nick pulang dari sekolah.Koper telah terisi dan ia hanya ingin pamit saja."Daddy, pulanglah dengan uang yang banyak." Nick memang suka di luar nalar."Tentu, Daddy akan mencari yang banyak untuk Nick dan adik juga."Kepala Nick menoleh ke lantai dua, dia tidak mendapati mommynya."Daddy pergi ya, jaga mommy dan adik, ok!" Samy mengusap rambut Nick lembut."Daddy tidak pamit pada mommy?" Akhirnya pertanyaan itu keluar dari mulut Nick.Samy terdiam sesaat lalu menggeleng. "Mommy sedang istirahat, mungkin tidur di kamarnya."Dan suara itu terdengar getir."Daddy juga berhati-hati dan jangan temui Nona Felis." Kalimat itu adalah ancaman.Nick m