“Mama, ini mie buatan aku sendiri dan sengaja aku buat untuk minta maaf. Kemarin malam aku-“ Darren berkata dengan wajah bersalah. Namun tiba-tiba ucapannya dipotong oleh Ronald.“Darren, kamu keluar sebentar. Papa mau bicara dengan Mama.”Dengan tidak senang Darren membalas, “Papa, aku belum selesai ngomong! Boleh tunggu sampai aku selesai baru Papa ngomong?”“Nggak boleh! Keluar!”Ronald mengambil mie yang ada di tangan Darren dan meletakkannya di nakas samping kasur. Kemudian dia mengangkat bocah itu dan membawanya keluar. Setelah itu pintu ditutup dan dikunci dari dalam.“Papa! Papa keterlaluan sekali!” marah Darren.Ronald mengirimkan sebuah pesan secara diam-diam sebelum dia membalikkan badannya dan bergumam, “Mie bocah ini pasti nggak seenak punyaku! Kamu yakin mau makan?”“Sebenarnya kamu mau bicara sama aku sampai mengusir Darren?” tanya Rachel.“Oh, nggak ada,” jawab Ronald sambil menatap kerah baju perempuan itu dan berkata lagi, “Nggak baik kalau anak-anak melihatmu begini.
“Mama, aku lupa.” Darren menggaruk kepala bagian belakang sambil berusaha berpikir dengan keras.Rachel tertawa dan berkata, “Kalau begitu tunggu kamu ingat dulu baru kasih tahu Mama, ok?”Darren mengangguk dengan semangat sambil menghela napas lega dalam hati.Terdengar suara seruan dari Hilmi yang berkata, “Den, Non, siap-siap berangkat sekolah.”Eddy langsung membawa adik-adiknya turun. Setelah anak-anak pergi, suasana di rumah menjadi hening. Rachel diminta untuk tinggal di rumah dan istirahat penuh selama tiga hari. Dia juga khawatir dengan kondisi kesehatannya sehingga memilih menuruti perintah tersebut. Perempuan itu memutuskan untuk membaca di ruang baca.Ronald juga tidak pergi ke kantor dan memutuskan untuk kerja di ruang baca juga. Suara ketikan dari jarinya memenuhi seluruh ruangan dan membuat hati Rachel perlahan menjadi tenang. Dia membaca sebuah cerita yang menarik dan pasti akan membagikannya pada lelaki itu.Suara dering ponsel mengakhiri suasana tenang dan sunyi terse
“Balik ke kamar! Aku dongeng kamu sampai tertidur.”“Aku bukan Michelle yang harus didongengin dulu,” sahut Rachel sambil tertawa.Dia bersandar di dada lelaki itu dan berkata, “Kamu lanjut kerja saja, aku baca dulu biar bisa ngantuk. Kalau aku tertidur, ingat pakaikan aku selimut.”Ronald mengangguk dan memeluk pinggang perempuan itu. Sebelah tangannya digunakan untuk mengetik sesuatu di atas laptopnya.Rachel tidak konsen untuk membaca dan dia memilih untuk membaca berita di ponselnya. Mendadak dia terdiam karena melihat berita utama yang berisi dirinya.“Perempuan tercantik di Kota Suwanda turun ke lokasi proyek dan pingsan karena kelelahan.”Rachel tersenyum miring ketika melihat judul berita tersebut. Kenapa dia terdengar begitu menyedihkan sekali? Rachel dibuat terkejut ketika melihat komentar orang-orang di bawahnya. Kenapa semua orang mengasihani dirinya?“Ronald, ini ada hubungannya dengan kamu?” tanya Rachel sambil mengangkat alisnya.Ronald hanya menatapnya dengan tak berday
Sharon membawa Hanna keluar dari ruang baca. Kedua ibu dan anak itu terlihat memasang ekspresi luar biasa marah.“Ma, Kakek terlalu pilih kasih!” protes Hanna.“Anak haram saja harus dijaga begitu protektif?!”“Makanya Hanna, kamu perlu lebih giat lagi. Kamu bukan keturunan dari anak laki-laki, jadi wajar kalau Kakek nggak belain kamu. Kamu harus jauh lebih baik sepuluh kali lipat dibandingkan Zico. Dengan begitu baru kamu bisa menduduki posisi pewaris tunggal,” ujar Sharon.Hanna mengangkat dagunya bangga dan berkata, “Proyek petrokimia sudah pasti akan menang. Rachel hanya perlu tunggu aku injak-injak dia dengan kakiku!”Sharon menggeleng dan berkata, “Rachel sudah membuat proposal baru. Kalau memang sukses dijalankan, kemungkinan keuntungan dan kesuksesannya jauh lebih baik dari proyek petrokimia. Belum tentu kita bisa menang.”“Mau bisnis pariwisata biasanya memerlukan investasi di awal. Dana yang tanpa henti harus tetap disuntikkan dan diinvestasikan dalam proyek itu. Selama akunt
Gedung Adijaya Group yang tinggi menjulang dijadikan sebagai sebuah simbol utama dalam lingkungan bisnis. Adijaya Group sudah mengakar di Kota Suwanda. Pemilihan calon penerus perusahaan raksasa itu membuat keadaan di dalam perusahaan menjadi semakin sibuk.Zico datang ke kantor divisi keuangan dengan membawa dokumen.“Pak Zico, ada apa gerangan?” tanya manajer keuangan sambil tersenyum lebar. Dia membuka dokumen pemberian Zico dan membacanya sekilas.“Ternyata mengenai investasi proyek resor. Bu Sharon pagi-pagi sudah telepon dan membicarakan hal ini. Sekarang saya setujui dulu, Pak Zico tunggu sebentar.”Zico mengangguk dan menunggu dengan sabar. Akan tetapi ketika surat pengeluaran dana diterima di tangannya, kening Zico berkerut seketika.“Nilai investasi tahap pertama yang ditulis adalah 30 triliun.”“Proposal awal sudah ditulis 20 triliun. Saya juga mengikuti peraturan saja. Rekening perusahaan hanya tersisa 40 triliun dan mau digunakan untuk proyek petrokimia. Saya nggak bisa me
Zico khawatir ketahuan ada masalah dan ingin bergegas memutuskan panggilan telepon. Akan tetapi gerakannya dihentikan oleh pertanyaan Rachel.“Zico, kamu dipersulit sama tim keuangan?” tanya Rachel tanpa basa-basi.Zico yang ditanya hanya bisa diam saja. dia tidak ingin membiarkan Rachel tahu hal-hal buruk tentang keluarga Adijaya.“Adijaya Group hanya bersedia mengeluarkan dana sebesar 20 triliun saja, berarti itu kerugian Adijaya Group. Bantu Kakak sampaikan ke Gandhi kalau nggak perlu menghabiskan waktu untuk cari investor. Kekurangannya sudah ada yang menambahkan,” kata Rachel sambil tersenyum.Zico tercengang dan bertanya, “Masih ada sisa 20 triliun lagi.”Umumnya, investasi yang lebih dari dua triliun sudah termasuk investasi besar, apalagi 20 triliun! Hal yang paling sulit adalah mencari calon investor.Rachel tertawa dan berkata, “Kamu lakukan saja, urusan dana nggak perlu khawatir. Beberapa hari lagi Kakak akan ke lokasi buat lihat proses pengerjaan proyeknya.”Setelah itu sam
Dulu dia bertemu dengan Hendo, belum pernah bertemu dengan lelaki itu sebagai seorang menantu.“Halo, Pak Ronald.”Hendo berdiri dan berjabat tangan dengan Ronald. Dengan tenang Ronald berkata, “Pa, panggil namaku saja.”Sapaan “Papa” membuat tubuh Hendo yang sebelumnya tegang perlahan menyunggingkan senyum lega. Kalau dia bisa ikut Rachel memanggilnya dengan sebutan “Papa”, berarti hubungan keduanya baik-baik saja.“Kenapa Papa tiba-tiba datang?” tanya Rachel sambil meletakkan cangkir teh di hadapan Hendo.“Kata Zico kamu pingsan. Awalnya Papa mau lihat kamu di rumah sakit, tapi nggak ada waktu terus. Setelah istirahat sepanjang malam, sekarang kondisinya sudah membaik?” tanya Hendo dengan raut khawatir.“Sudah, nggak ada apa-apa. Awalnya aku mau ke lokasi proyek, tapi Ronald memintaku untuk istirahat di rumah saja. Di rumah benar-benar membosankan sekali.”Dengan galak Hendo berkata, “Kamu harus ikut saran Ronald. Diam saja di rumah karena urusan proyek ada Zico. Kalau nggak beres, m
“Ronald, kamu bisa kasih tahu aku apa yang terjadi? Kenapa Rachel mendadak mau mencari tahu tentang chip bioteknologi? Barang itu sudah sering ditemukan di Perbatasan Helios. Untuk apa dia mencari tahu tentang itu?”Dengan suara berat Ronald berkata, “Setelah semuanya selesai diselidiki, aku pasti memberi tahu kamu. Aku minta Blake mencarimu.”Setelah sambungan telepon terputus, dia mengirimkan pesan pada Blake. Di waktu yang sama, datang paket yang dibawa naik oleh Hilmi. Ronald membukanya dengan gunting. Itu adalah sidik jari replika yang pagi tadi sudah selesai dibuat.Dia memasang replika sidik jari tersebut di jari telunjuknya dan mengeluarkan sebuah mesin penghubung kecil dengan hati-hati dan menekannya dengan jari telunjuknya.Tiitt!“Sudah terhubung.”Tiga detik kemudian, alat penghubung itu mengeluarkan suara berat seorang lelaki.“Bos, akhirnya Bos menghubungiku.”“Profesor Albert, bagaimana perkembangan penelitiannya?” tanya Ronald dengan suara dingin.“Chip yang baru sudah