“Makanya kamu nggak akan bisa menyamar jadi aku lagi selamanya,” kata Ronald yang membuat Rendy tidak bisa tertawa lagi.“Cih!” Rendy menekan puntung rokok dan memadamkannya di atas meja dan membuat bekas menghitam di atas meja tersebut.“Bilang! Kenapa mencariku?”“Kantor kamu sudah aku bakar, apa yang mau kamu katakan?” kata Ronald.“Kalau dibakar, ya sudah. Kamu pikir aku peduli? Masih ada urusan lagi? Kalau nggak ada aku lanjut sibuk!” Di atas kasur ada beberapa perempuan yang bertelanjang.“Pembeli chip kamu yang terjual dulu mencarimu. Programnya ada kesalahan dan membuat sikap serta cara bicaranya menjadi aneh. Kamu perlu penghapusan program. Lebih baik kamu selesaikan terlebih dahulu.”“Konyol sekali. Untuk apa aku harus membantumu?” Rendy memukul meja dan mendekatkan wajahnya ke layar.“Sekarang kamu yang menyamar menjadiku dan menghancurkan usahaku. Semua akibatnya harus kamu tanggung! Selain itu, kamu adalah pemimpin Kelompok Hitam. Kamu takut dengan tentara yang nggak bergu
Ronald bergegas mengejar perempuan yang keluar hanya dengan pakaian tidurnya. Dia tidak lupa mengambil baju luaran sebelum berlari keluar.“Rachel, kamu pakai jaket dulu!”Sayangnya dia terlambat. Rachel membuka pintu mobil dan duduk di balik kemudi. Mobil melaju cepat keluar dari rumah.“Pak, Ibu kenapa?” tanya Hilmi yang tampak terkejut.“Dia akan sakit kalau pakai pakaian tidur keluar dari rumah. Lebih baik Pak Ronald kejar dia. Bujuk dia dengan sabar.”Ronald langsung membuka sebuah mobil balap hitam dan mengejar Rachel. Hari kerja di sore hari menyebabkan jalanan lebih banyak mobil. Kedua mobil itu saling berkejaran di jalan raya. Ronald tidak berani mengejarnya terlalu berlebihan karena khawatir Rachel akan menginjak rem dalam-dalam.Sekarang Rachel tengah dipengaruhi oleh chip. Semua perbuatannya di luar akal sehatnya. Dia masih ingat jelas dengan isi berita yang mengatakan kalau korban akan melakukan apa pun untuk menyelesaikan perintah dari chip.Termasuk jika chip memerintahk
Angin dingin berembus melalui jendela dan meniup daun kering beterbangan.Dengan mata separuh tertutup dan suaranya yang datar itu Rachel berkata, “Setiap kali kita berhubungan intim, aku selalu mendengar suara cewek yang kayak robot di dalam kepalaku. Pertama kali kejadian, suara itu nyuruh aku untuk melompat ke bawah dari atas gedung. Habis itu, suara itu menyuruh aku buat pergi dari kamu setiap kali kamu mendekat, atau kadang juga bikin aku mengatakan hal-hal yang nggak bisa aku saring …. Aku nggak bisa melawan perintah yang keluar dari suara itu. Aku cuma bisa melakukannya. Kalau nggak … kepalaku bakal terasa sakit … sakit banget sampai mau mati saja rasanya ….”“Rachel, Rachel ….”Ronald tidak tahu lagi apa yang harus dia katakan. Dia memeluk Rachel sekuat tenaga dan memberikan energi yang dia punya kepadanya. Ronald tidak bisa merasakan penderitaan yang Rachel rasakan, tapi melihat kondisi Rachel seperti itu, jantungnya terasa bagai ditusuk pisau. Pisau tersebut seolah mengoyak d
Melihat panggilan itu berasal dari Blake, Ronald langsung mengangkatnya.“Bos, setengah jam yang lalu Rendy berusaha kabur, tapi kamu berhasil nangkap dia lagi.”“Pantau terus, jangan kasih dia kesempatan sedikit pun untuk kabur lagi!”“Siap, Bos. Aku sudah mengerahkan belasan orang untuk berjaga di ruang bawah tanah. Sehebat apa pun dia nggak bakal bisa kabur lagi.”Kening Ronald terlihat sangat tegang ketika dia mengakhiri panggilan.“Ronald, nggak apa-apa. Semuanya pasti bisa diselesaikan ….”“Ayo kita pulang saja dulu. Anak-anak butuh penjelasan dari kita.”Selama perjalanan, mereka berdua berdiskusi bagaimana membujuk anak-anak mereka nantinya. TK tempat mereka bersekolah hari ini bubar lebih awal. Mereka berempat sudah pulang dan sedang mengobrol dengan Farah di ruang tamu. Mereka langsung berkerumun ketika melihat kedua orang tua mereka pulang berdampingan.“Mama bukannya harus istirahat di rumah? Kenapa keluar-keluar lagi?” tanya Darren.“Papa sudah janji bakal jagain Mama, lho
Belum lama ini Rachel memanggil Farah dengan sebutan Bu Farah, tapi hari ini dia tiba-tiba memanggilnya dengan panggilan “Ma”. Keresahan hati yang selama ini Farah rasakan akhirnya bisa menghilang juga setelah sekian lama. Asalan Ronald dan Rachel mau memanggilnya dengan panggilan “Ma”, maka itu berarti permasalahan yang selama ini memecah hubungan mereka sudah terlewati.“Rachel, kamu fokus saja sama kerjaan kamu, anak-anak biar Mama yang jagain,” kata Farah.“Aku nggak mau pisah sama Mama!” kata Darren sambil memeluk ibunya,”Ma, aku mau tinggal bareng Mama!”Michelle pun ikut menarik-narik ujung baju Rachel dan berkata manja, “Aku nggak pernah berpisah dari Mama. Mama jangan pindah ….”Meski Eddy dan Michael tidak berkomentar apa-apa, mereka berdua juga merasakan hal yang sama dengan kedua adiknya. Mereka semua tidak rela meninggalkan sang ibu yang selama ini sangat menyayangi mereka. Namun di luar perasaan tidak rela, Michael juga merasa adanya keanehan. Selama ini dia dan Michelle
Michelle pun jadi merasa bersalah dan menangis, “Mama nggak suka sama aku lagi, huwaaa ….”“Mama nggak marah. Mungkin tadi ada sesuatu yang harus dikerjain,” ujar Michael berusaha menenangkan situasi.“Pemilihan ahli waris keluarga Adijaya penting banget bagi Mama. Mama pasti punya alasan yang kuat sampai harus pindah. Darren, kamu jangan merengek lagi,” kata Eddy.“Iya, aku tahu aku salah. Aku mau minta maaf ke Mama dulu.”“Mending tunggu sampai Mama tenang dulu,” saran Michael.“Papa Mama kalian cuma mau pindah ke rumah yang dekat sama tempat kerja, bukan mau pinda sampai ke luar kota. Kalau kalian berempat kangen, Nenek bisa antar kalian kapan saja. Darren, jangan nangis lagi, nanti Michelle jadi ikut nangis. Ayo dilap dulu air matanya,” bujuk Farah.Darren pun mengangguk dan menyeka air matanya, perasaan Michelle juga perlahan jadi lebih tenang. Setelah kurang lebih 20 menit berlalu, pintu kamar utama di lantai dua terbuka.Dari susur tangga Rachel berkata kepada keempat anaknya, “
Keluarga Tanjaya memiliki satu unit tempat tinggal di dekat lokasi proyek resor yang sedang Adijaya Group kerjakan. Sebuah vila dua lantai dengan pemandangan laut yang terletak di lereng gunung itu masih mendapatkan perawatan rutin dan halamannya dipenuhi dengan tanaman.Setibanya mereka di vila tersebut, Rachel melirik luka yang ada di tubuh Ronald dan bertanya kepadanya, “Beneran nggak perlu cek ke dokter?”“Cuma luka kecil doang, nggak apa-apa. Malam ini kamu tidur pagian. Besok bakal ada beberapa programmer yang datang. Aku minta tolong mereka untuk menghancurkan chip yang ada di badan kamu.”Rachel juga bekerja di bidang teknologi informasi. Dia tahu chip yang ada di dalam tubuhnya ini tidak mungkin bisa dihancurkan tanpa source code. Namun demikian, Rachel tidak ingin membuat Ronald kecewa. Dia tetap akan mencobanya walau harapannya tipis, karena memang hanya itu yang bisa mereka lakukan.Pada pukul tujuh pagi keesokan harinya, terdengar suara orang sedang mengobrol dari lantai b
Dengan mata elangnya yang tajam itu Ronald menatap sinis dan berkata, “Nggak usah banyak bacot, langsung saja kasih tahu aku dari supplier mana si Thomas beli chip-nya?”Di tangan Ronald terdapat sebuah chip yang tentunya sudah tidak asing lagi bagi asistennya Isabel. Setiap kali Isabel ingin mengendalikan pikiran seseorang, dia akan meminta asistennya ini untuk menanamkan chip tersebut ke dalam pembuluh darah sang korban. Seketika chip tersebut dimasukkan, orang-orang yang menentang Isabel akan berubah drastis. Tak peduli sekecil apa pun perintah yang diberikan, orang tersebut akan melakukannya. Dan ketika Isabel sudah bosan, dia akan memerintahkan korbannya untuk bunuh diri.Apabila Ronald menanamkan chip tersebut ke dalam pembuluh darah asistennya Isabel, sudah dipastikan nyawanya akan melayang ….“Ja-jangan …,” ujar wanita itu dengan suara gemetar, “Oke, oke … aku kasih tahu semuanya ….”Wanita itu memeras otak membocorkan nama pemasok yang menyediakan chip untuk Thomas.“Shura Bio