Dokter membuka perban di wajah Rachel. Lukanya sudah menutup, tidak perlu lagi ditutup dengan perban.Rachel berkaca, melihat luka di wajahnya. Sebenarnya luka itu tidak seburuk yang Rachel bayangkan, bagian kiri sedikit lebih baik. Rachel menyentuh pelan bagian wajah kanannya, tidak terasa sesakit tadi malam. Rachel bertanya, “Wajah kananku terkadang terasa sangat sakit, tapi yang kiri tidak, Dok. Ini kenapa, ya?”Dokter memeriksa luka Rachel dengan seksama, dan berkata, “Luka di bagian kanan lebih besar dan lebih dalam, sepertinya tumbuh daging. Mungkin itu lah mengapa yang kanan jadi terasa sakit terkadang. Jangan sering dipegang, ya. Supaya tidak infeksi.”“Apa nggak ada cara lain supaya nggak sesakit itu, Dok?” Rachel kembali bertanya. Kejadian seperti tadi malam sepertinya terjadi setelah wajah sebelah kanan terasa sangat sakit, kemudian otak terasa kosong.Ronald juga bertanya, “Bisa kasih pereda nyeri, Dok?”Dokter memberi saran, “Pereda nyeri biasanya hanya untuk pasien deng
"Pantas saja Ronald selingkuh. Lihat wajahnya saja jijik. Nggak heran lah Ronald mau cerai.""Benar juga. Masalah perceraian Rachel dan Ronald kapan hari itu gimana? Kok nggak ada kabar lagi?""Sebelum wajah Rachel rusak ‘kan Ronald sudah selingkuh. Sekarang wajah Rachel begitu, sudah pasti mereka bakal cerai.”"Cowok itu makhluk visual. Mana terima wajah istrinya rusak.”Melihat komentar-komentar aneh di internet, Rachel tersenyum tipis dan mematikan ponselnya. Rachel tidak habis pikir, dirinya yang bukan siapa-siapa, mengapa bisa jadi berita utama hanya karena hal sepele seperti ini?Sepertinya dia juga harus menggunakan masker saat keluar seperti Ronald. Ronald yang sedang menyetir bertanya, "Ada apa?""Netizen bilang wajahku hancur. Suamiku sudah nggak mau lagi, minta cerai," kata Rachel bercanda.Tapi siapa sangka, pria itu justru berkata dengan serius, "Rachel, dengar baik-baik. Aku nggak akan pernah nggak mau sama kamu, nggak akan pernah ninggalin kamu. Aku juga akan pernah cera
Empat anak itu saling memandang.Air mata muncul di mata Darren, dia mengusap hidungnya dan berkata, "Aku pikir Mama hanya luka sedikit, kenapa sampai begitu?""Mama pasti sedih banget …," kata Michelle dengan murung.Dia seorang gadis yang juga menyukai kecantikan dan penampilan. Michelle merasa Mamanya juga pasti sama.Jika wajahnya hancur, Michelle pasti akan sedih. Bahkan mungkin akan menangis setiap hari .... Mamanya mungkin juga sudah menangis, hanya saja tidak menangis di hadapan mereka berempat."Gimanapun wajah Mama berubah, dia tetap Mama kita," kata Michael dengan tenang, "Kalian jangan nunjukkin ekspresi seperti ini di depan Mama, ya. Nanti bisa-bisa Mama kira kita ngejek Mama."Darren segera mengusap air matanya, "Oke, aku nggak akan nangis. Aku akan sambut Mama dengan senang."Eddy menggigit bibir, kemudian berkata, "Michelle, kamu punya mainan dandan-dandanan?"Michelle mengangguk, "Iya, Nenek waktu itu beliin aku."Nenek membelikan semua mainan yang biasa disukai anak p
“Mama, kali ini kami ngumpetnya hebat, kan. Papa sama Mama berdua saja masih nggak bisa menemukan kami!” kata Michelle.Eddy dan Michael keluar dari tempat persembunyian mereka di belakang tirai, dan Rachel spontan tertawa melihatnya. Dulu mereka berdua tidak akan mau memainkan permainan anak kecil seperti ini, tapi sekarang mereka tidak keberatan bermain bersama Darren dan Michelle.Ketika cahaya dari luar jendela menyinari wajah mereka, Rachel terkejut ketika melihat ada dua bekas luka di wajah anak-anaknya. Bekas luka itu jelas terlihat hanya riasan yang dibuat dari lipstik merah dan dilapisi lagi dengan perona mata agar lukanya terlihat dalam.“Mama, ini Michelle yang bikin. Kakak bilang dandanan luka begini lagi populer banget di internet. Gimana, bagus, nggak?” tanya Darren.Anak-anak pasti melihat berita yang ada di internet, makanya mereka memiliki ide untuk menggambar bekas luka di wajah mereka. Beruntung sekali Rachel memiliki anak-anak yang begitu baik dan pengertian. Tiba-t
Berbeda dengan ekspresi Darren dan Michelle yang terlihat kebingungan, Eddy dan Michael justru terlihat tenang seakan-akan mereka sudah menduga itu dari awal.“Kalau mau dijelasin bakal ribet. Pokoknya, Hendo itu papa kandungnya Mama. Jadi, lain kali kalian panggil dia dengan panggilan ‘Kakek’ saja.”“Hore, akhirnya aku punya kakek!” seru Darren bahagia.Darren sangat membenci Shania dan tidak sudi memanggil Sandi dengan sebutan “Kakek”. Dia sudah pernah bertemu dengan Hendo beberapa kali, dan Hendo memperlakukan Rachel dengan sangat baik.“Sekarang aku punya Mama, Papa, tiga orang kakak, Nenek, Kakek Hilmi, dan sekarang aku punya kakek kandung juga. Senangnya!” kata Michelle.“Kamu juga masih punya Om Zico,” ujar Rachel.Michael menyadari senyuman yang ada di wajah ibunya tidak terlihat seperti dibuat-buat. Tampaknya Rachel menerima kehadiran keluarga Adijaya dan tidak merasa terbebani untuk berhubungan dengan mereka. Michael hanya khawatir apakah mungkin mereka mau mengaku sebagai ke
“Ayo kita coba dulu bajunya,” kata Rachel.pegawai toko membawakan sebuah rak yang penuh dengan berbagai macam gaun. Di antaranya ada dua pasang yang dibuat khusus untuk Rachel. Yang pertama adalah tassel dress berwarna merah muda, dan yang satu lagi adalah lace dress berwarna putih salju. Kedua gaun tersebut memiliki satu persamaan. Mereka sama-sama tertutup tanpa sedikit pun memperlihatkan bagian lengan dan kaki. Alih-alih untuk orang dewasa, kedua gaun ini malah terlihat ditujukan kepada remaja yang baru berusia sekitar 18 sampai 19 tahun. Sepertinya di mata setiap orang tua, yang namanya anak perempuan akan selamanya terlihat seperti gadis kecil.Rachel membawa kedua gaun itu masuk ke dalam ruang ganti. Sekilas, kedua gaun tersebut memang terlihat simpel, tapi sebenarnya sangat rumit karena memiliki banyak lapisan kain sehingga terlihat antik tapi tetap memberikan kesan elegan. Rachel sampai harus menghabiskan waktu hampir sepuluh menit hanya untuk mengenakan gaun tersebut di badan
Melihat pintu ruang ganti sudah tertutup, Darren mengajak Michelle melihat-lihat gaun lain yang ada di samping.“Michelle, aku rasa gaun putih yang kamu pakai sekarang kurang bagus. Gimana kalau coba yang lain?”pegawai toko yang berada di dekat mereka pun langsung datang melayani, “Dik, kamu sukanya yang mana. Biar saya yang bantu ambilin.”Michelle melirik ke salah satu pegawai lain dan menunjuk padanya seraya berkata, “Aku mau tante cantik yang ini yang ambilin gaunnya.”Pegawai yang ditunjuk itu jadi merasa tersanjung dipuji cantik oleh seorang anak kecil. Kalaupun nantinya Rachel akan bercerai dengan Ronald, tetap saja keempat anak ini adalah anak kesayangan mereka. Perceraian kedua orang tuanya tidak akan mengubah kedudukan mereka dalam keluarga Tanjaya. Sungguh kehormatan yang sangat besar bisa ditunjuk secara pribadi untuk melayani anak orang kaya. Namun yang paling penting adalah Michelle menyebutnya tante cantik, walaupun barusan Rachel meledek mereka tampang biasa saja. Mema
Darren, “….”Apa yang Eddy bilang memang tidak ada yang salah, tapi entah kenapa Darren merasa aneh saja didengar. Untuk apa Eddy harus membandingkannya dengan seekor anjing ….“Kita lihat rekaman CCTV saja buat sebagai bukti,” kata Michael. “Kalaupun dibawa ke ranah hukum, Tante tetap harus ganti rugi sebagian. Coba kita hitung-hitung, kira-kira total berapa biaya yang harus Tante keluarin?”Pegawai lainnya yang turut menyaksikan kejadian tersebut mengambil kalkulator untuk berhitung. Totalnya ada 17 gaun yang rusak, dan harga gaun yang paling murah saja mencapai 360 juta, dan yang paling mahal bisa sampai satu miliar. Kalau semuanya ditotal, angka kerugian sudah mendekati sepuluh miliar. Sontak rona wajah pegawai itu langsung memucat. Jangankan 17 potong gaun, satu potong saja dia tidak sanggup.“Ada apa ini?”Rachel yang tengah mengganti gaun mendengar kegaduhan di luar langsung keluar untuk melihat apa yang terjadi.“Ma, tante ini ngerusak banyak gaun dan harus ganti rugi sampai se