Melihat pintu ruang ganti sudah tertutup, Darren mengajak Michelle melihat-lihat gaun lain yang ada di samping.“Michelle, aku rasa gaun putih yang kamu pakai sekarang kurang bagus. Gimana kalau coba yang lain?”pegawai toko yang berada di dekat mereka pun langsung datang melayani, “Dik, kamu sukanya yang mana. Biar saya yang bantu ambilin.”Michelle melirik ke salah satu pegawai lain dan menunjuk padanya seraya berkata, “Aku mau tante cantik yang ini yang ambilin gaunnya.”Pegawai yang ditunjuk itu jadi merasa tersanjung dipuji cantik oleh seorang anak kecil. Kalaupun nantinya Rachel akan bercerai dengan Ronald, tetap saja keempat anak ini adalah anak kesayangan mereka. Perceraian kedua orang tuanya tidak akan mengubah kedudukan mereka dalam keluarga Tanjaya. Sungguh kehormatan yang sangat besar bisa ditunjuk secara pribadi untuk melayani anak orang kaya. Namun yang paling penting adalah Michelle menyebutnya tante cantik, walaupun barusan Rachel meledek mereka tampang biasa saja. Mema
Darren, “….”Apa yang Eddy bilang memang tidak ada yang salah, tapi entah kenapa Darren merasa aneh saja didengar. Untuk apa Eddy harus membandingkannya dengan seekor anjing ….“Kita lihat rekaman CCTV saja buat sebagai bukti,” kata Michael. “Kalaupun dibawa ke ranah hukum, Tante tetap harus ganti rugi sebagian. Coba kita hitung-hitung, kira-kira total berapa biaya yang harus Tante keluarin?”Pegawai lainnya yang turut menyaksikan kejadian tersebut mengambil kalkulator untuk berhitung. Totalnya ada 17 gaun yang rusak, dan harga gaun yang paling murah saja mencapai 360 juta, dan yang paling mahal bisa sampai satu miliar. Kalau semuanya ditotal, angka kerugian sudah mendekati sepuluh miliar. Sontak rona wajah pegawai itu langsung memucat. Jangankan 17 potong gaun, satu potong saja dia tidak sanggup.“Ada apa ini?”Rachel yang tengah mengganti gaun mendengar kegaduhan di luar langsung keluar untuk melihat apa yang terjadi.“Ma, tante ini ngerusak banyak gaun dan harus ganti rugi sampai se
Hal pertama yang Hendo lakukan setibanya dia di rumah adalah mencari ayahnya.“Pa, aku ingat Papa ada kenalan dokter bedah plastik yang terkenal di luar negeri. Bisa kenalin aku ke dia?”Mendengar pertanyaan Hendo, Deddy tampak muram wajahnya dan menjawab, “Hendo, kamu menganggap omongan Papa cuma angin lewat?”“Pa, Rachel itu anakku. Aku berutang sama dia selama 23 tahun ini. Akhirnya tadi dia mau mengakui aku sebagai papanya. Nggak mungkin au menelantarkan dia begitu saja.”“Dia itu anak haram. Kalau kamu menganggap dia sebagai anak kamu, yang ada keluarga kita bakal jadi bahan olokan di satu Suwanda. Kalau dia masih jadi istrinya Ronald, sih, nggak masalah. Tapi belum lama ini perceraian dia sama Ronald lagi panas-panasnya. Kita nggak tahu kapan mereka benar-benar cerai. Pokoknya, nggak ada untungnya sedikit pun buat kita kalau kamu mengakui dia sebagai bagian dari keluarga kita.”“Aku cuma mau menebus kesalahanku selama ini ke Rachel, bukan untuk meminta sesuatu darinya! Kalaupun
Mengajari Rachel? Hah, jangan harap! Hanna sudah tidak sabar ingin melihat Rachel mempermalukan dirinya sendiri, mana mungkin dia mau mengajari Rachel bagaimana caranya bersikap!Rachel sempat dinobatkan sebagai wanita tercantik satu Suwanda, dan tiga hari mendatang dia akan menghadiri acara untuk bergabung dengan keluarga Adijaya secara resmi. Pastinya akan ada banyak orang yang datang untuk melihat kekonyolan itu. Hanna tidak bisa menahan senyum di wajahnya membayangkan hal itu terjadi.“Kamu masih bisa senyum-senyum?” kata Sharon. “Kamu tahu, ‘kan, sebentar lagi Rachel bakal jadi keluarga kita?”“Terus kenapa? Dia itu cuma orang yang sudah jatuh dari kejayaannya. Aku nggak takut sama dia,” ucap Hanna.“Justru kamu harus hati-hati. Masih ada waktu satu bulan lagi sampai evaluasi untuk jadi penerus Adijaya Group secara resmi. Kalau dalam rentang waktu itu kamu bikin kesalahan, mungkin Kakek bakal mempertimbangkan ulang ….”“Jadi, Rachel masuk ke keluarga kita cuma demi menjatuhkan aku
Setelah meminum segelas air hangat untuk melegakan tenggorokannya, Farah berkata lirih, “Aku nggak apa-apa, paling tiduran saja beberapa hari juga sudah sembuh.”“Farah, kalau aku lihat kayaknya kamu kena sakit jantung karena terlalu banyak cemas, deh. Kita kan sudah kenal lama dan lumayan dekat. Kalau ada masalah apa cerita saja. Kalau masalahnya cuma kamu simpan sendiri, penyakit kamu bisa tambah parah nanti.”Hubungan antara Farah dan Thalia bisa dibilang cukup baik saat suaminya Farah masih hidup. Namun setelah suaminya meninggal dan kedua anaknya berselisih, semua energi fisik dan mental Farah habiskan untuk itu dan lambat laun, hubungannya dengan Thalia jadi makin menjauh. Apalagi … dia tidak mungkin menceritakan masalah yang terjadi dalam rumah tangganya pada orang lain.“Beneran aku nggak apa-apa, paling istirahat berapa hari juga sudah mendingan,” kata Farah.“Rachel marah-marah sama kamu? Waktu Ronald berhubungan sama cewek lain, si Rachel nggak berani ngomong langsung ke dua
Kesal mendengar ucapan itu, Darren menendang pintu dan masuk dengan kedua tangan berkacak pinggang, “Mamaku bukan dari keluarga Hutomo, jadi kenapa dia harus peduli sama mereka? Dan Mama nggak jadi bahan obrolan orang lain, jangan ngomong asal-asalan!”Sontak wajah Thalia langsung memuram. Tidak hanya tertangkap basah membicarakan Rachel di belakang, tapi dia juga malah dimarahi oleh anak kecil berusia empat tahun. Dan ketika dia mau membantah perkataan Darren, tiba-tiba Michael pun buka suara.Sembari menatap Farah yang wajahnya pucat pasi, Michael berkata, “Jelas-jelas Nenek tahu apa yang Nenek Thalia bilang nggak benar. Kenapa Nenek cuma diam saja.”“Nenek lagi ngomongin hal lain sama dia. Ini nggak ada hubungannya sama sekali dengan Mama kalian. Kalian salah dengar,” pungkas Farah.“Tapi, Nek, Mama bukan anggota keluarga Hutomo, lho,” ujar Michelle menambahi,”Papa kandungnya Mama itu Kakek Hendo. Tiga hari lagi Kakek bakal ngadain pesta buat Mama. Kalau Nenek sakit nggak bisa datan
Ronald melepas sepatunya di ruangan depan dan langsung masuk ke dalam menghampiri Rachel. Dia segera memeluk Rachel di pinggangnya dan mendekatkan wajahnya ke bibir Rachel dengan mesra.“Papa jangan ciuman sama Mama,” kata Darren, “Kami berempat masih ada di sini. Papa harus jaga image sedikit, dong.”Wajah Rachel seketika memerah, lalu dia mendorong Ronald menjauh darinya dan berkata, “Dengar, tuh, apa kata anak-anak. Kamu harus lebih jaga image kamu sendiri.”“Bubar, bubar!” kata Eddy berdeham. “Biar Papa saja yang kerjain, ayo kita main.”Anak-anak pun melemparkan sayuran yang ada di tangan mereka ke wastafel dan pergi ke ruang keluarga untuk bermain.“Tolong pilah sayurnya, ya,” kata Rachel seraya menyerahkan satu keranjang yang penuh dengan berbagai macam sayur kepada Ronald. Lalu dia sendiri pindah ke dapur untuk mengerjakan tugas lainya. Bau dari masakan yang datang dari kompor membuat jiwa dan raga Ronald melunak. Mungkin, perasaan tenteram dan bahagia inilah yang selama ini di
Semenjak pertama kali berkenalan dengan Rachel, Ronald tidak pernah satu kali pun melihat Rachel marah-marah seperti tadi.“Nggak apa-apa, coba Papa bujuk Mama kalian sebentar, “ujar Ronald menenangkan anak-anaknya sembari naik ke atas membawa kotak P3K.Ronald mengetuk pintu kamarnya dan berkata, “Rachel, tangan kamu masih berdarah. Biar aku obatin dulu lukanya, ya? Kalau lukanya sudah bersih, kamu mau marah lagi juga nggak apa.”Akan tetapi, Ronald tidak mendapatkan reaksi apa pun dari balik kamar. Hal ini tentu membuatnya makin cemas, apakah tadi dia benar-benar terlalu kasar pada Rachel? Walau begitu, dia masih tidak menyerah dan mengetuk pintunya sekali lagi.“Rachel, buku dulu pintunya. Kalau kamu lagi ada masalah apa, kita omongin tatap muka ….”Anak-anak yang berada di lantai bawah hanya bisa menatap satu sama lain kebingungan.“Kok, aku ngerasa kali ini Mama marahnya parah banget, ya?” ujar Michelle.“Kayaknya tadi aku lihat jari Mama berdarah,” jawab Michael.Dulu ketika mer