Kesal mendengar ucapan itu, Darren menendang pintu dan masuk dengan kedua tangan berkacak pinggang, “Mamaku bukan dari keluarga Hutomo, jadi kenapa dia harus peduli sama mereka? Dan Mama nggak jadi bahan obrolan orang lain, jangan ngomong asal-asalan!”Sontak wajah Thalia langsung memuram. Tidak hanya tertangkap basah membicarakan Rachel di belakang, tapi dia juga malah dimarahi oleh anak kecil berusia empat tahun. Dan ketika dia mau membantah perkataan Darren, tiba-tiba Michael pun buka suara.Sembari menatap Farah yang wajahnya pucat pasi, Michael berkata, “Jelas-jelas Nenek tahu apa yang Nenek Thalia bilang nggak benar. Kenapa Nenek cuma diam saja.”“Nenek lagi ngomongin hal lain sama dia. Ini nggak ada hubungannya sama sekali dengan Mama kalian. Kalian salah dengar,” pungkas Farah.“Tapi, Nek, Mama bukan anggota keluarga Hutomo, lho,” ujar Michelle menambahi,”Papa kandungnya Mama itu Kakek Hendo. Tiga hari lagi Kakek bakal ngadain pesta buat Mama. Kalau Nenek sakit nggak bisa datan
Ronald melepas sepatunya di ruangan depan dan langsung masuk ke dalam menghampiri Rachel. Dia segera memeluk Rachel di pinggangnya dan mendekatkan wajahnya ke bibir Rachel dengan mesra.“Papa jangan ciuman sama Mama,” kata Darren, “Kami berempat masih ada di sini. Papa harus jaga image sedikit, dong.”Wajah Rachel seketika memerah, lalu dia mendorong Ronald menjauh darinya dan berkata, “Dengar, tuh, apa kata anak-anak. Kamu harus lebih jaga image kamu sendiri.”“Bubar, bubar!” kata Eddy berdeham. “Biar Papa saja yang kerjain, ayo kita main.”Anak-anak pun melemparkan sayuran yang ada di tangan mereka ke wastafel dan pergi ke ruang keluarga untuk bermain.“Tolong pilah sayurnya, ya,” kata Rachel seraya menyerahkan satu keranjang yang penuh dengan berbagai macam sayur kepada Ronald. Lalu dia sendiri pindah ke dapur untuk mengerjakan tugas lainya. Bau dari masakan yang datang dari kompor membuat jiwa dan raga Ronald melunak. Mungkin, perasaan tenteram dan bahagia inilah yang selama ini di
Semenjak pertama kali berkenalan dengan Rachel, Ronald tidak pernah satu kali pun melihat Rachel marah-marah seperti tadi.“Nggak apa-apa, coba Papa bujuk Mama kalian sebentar, “ujar Ronald menenangkan anak-anaknya sembari naik ke atas membawa kotak P3K.Ronald mengetuk pintu kamarnya dan berkata, “Rachel, tangan kamu masih berdarah. Biar aku obatin dulu lukanya, ya? Kalau lukanya sudah bersih, kamu mau marah lagi juga nggak apa.”Akan tetapi, Ronald tidak mendapatkan reaksi apa pun dari balik kamar. Hal ini tentu membuatnya makin cemas, apakah tadi dia benar-benar terlalu kasar pada Rachel? Walau begitu, dia masih tidak menyerah dan mengetuk pintunya sekali lagi.“Rachel, buku dulu pintunya. Kalau kamu lagi ada masalah apa, kita omongin tatap muka ….”Anak-anak yang berada di lantai bawah hanya bisa menatap satu sama lain kebingungan.“Kok, aku ngerasa kali ini Mama marahnya parah banget, ya?” ujar Michelle.“Kayaknya tadi aku lihat jari Mama berdarah,” jawab Michael.Dulu ketika mer
Rachel tidak mengerti kenapa ingatannya seperti terputus. Dia benar-benar tidak ingat dengan apa yang terjadi dalam jangka waktu setengah jam yang lalu.“Maaf, ya, Ronald. Aku juga nggak tahu kenapa aku bisa lupa.”Ronald dengan hati-hati membersihkan bekas luka dan memasangkan plester di jari Rachel. Kemudian, dia menyeka rambutnya yang berantakan dan berkata dengan lembut, “Rachel, kamu nggak perlu minta maaf. Nanti kita periksa ke rumah sakit, ya?”Orang yang normal tidak mungkin bisa hilang ingatannya begitu saja tanpa sebab yang jelas. Kalau itu hanya terjadi sekali saja, mungkin masih tidak masalah. Namun pada suatu malam beberapa hari yang lalu, entah bagaimana ceritanya tiba-tiba Rachel sudah berada di balkon dan hendak melompat ke bawah. Dan saat itu dia juga tidak ingat apa-apa.“Waktu aku baru ngelahirin anak kita, ingatanku juga tiba-tiba menghilang. Orang bilang kalau habis lahiran itu daya ingat bisa berkurang selama tiga tahun pertama, tapi kayaknya waktu itu pun ingatan
Hasrat Ronald memiliki Rachel hanya untuk dirinya sendiri begitu mengerikan sampai Darren saja segan padanya.“Iya, iya. Papa Mama pergi berdua saja, deh. Aku nggak ikut. Tapi Mama jangan lupa pulang bawain makanan, ya.”“Papa harus jagain Mama, ya. Kami tungguin Papa Mama pulang,” ujar Michelle.Dengan diantar oleh keempat anak mereka sampai di depan gerbang rumah, mobil yang Rachel dan Ronald naiki melesat langsung menuju rumah sakit. Beberapa poliklinik sudah tutup malam hari, tapi Ronald sudah membuat janji sebelumnya dengan dokter terbaik yang ada di sana. Rachel langsung menjalani pemeriksaan dan membawa laporan untuk menemui dokter.“Laporan dari hasil tes nggak menunjukkan adanya keanehan. Tiba-tiba hilang ingatan tentang apa yang barusan terjadi dalam kedokteran disebut dengan amnesia temporal. Gejala ini bisa pelan-pelan menghilang seiring waktu berjalan, tapi nggak menutup kemungkinan jadi tambah parah seiring bertambahnya usia. Biasanya, gejala yang pasien alami bakal berta
Namun, pada akhirnya Rachel tidak bisa lepas dari cengkeraman Ronald. Dia hanya bisa pasrah melihat beberapa bekas cupang merah yang ada di lehernya.“Ronald! Dasar kurang ajar kamu! Aku jadi harus nutupin bekasnya, deh!” protes Rachel sambil menutupi bekasnya dengan riasan.“Nanti biar kuantar kamu ke pestanya.”Untungnya gaun yang dibuat oleh Hendo sangat tertutup, jadi bekas gigitan di lehernya tertutupi dengan baik dan Rachel tidak perlu khawatir dilihat oleh orang lain. Dia langsung turun seusai merias diri. Keempat anaknya sudah diantar ke TK oleh Hilmi. Masih ada waktu setengah bulan lagi sampai libur sekolah, dan sebentar lagi sudah masuk Tahun Baru. Bicara soal libur Tahun Baru, ini baru pertama kalinya Rachel merayakan Tahun Baru bersama anak-anaknya di sini. Dia jadi tidak sabar menanti hari itu tiba.Ronald pun mengantar Rachel sampai ke lokasi di mana pesta diadakan.“Kalau pestanya sudah mau selesai, kabarin aku. Nanti aku jemput,” kata Ronald. Sesungguhnya dia ingin seka
Fitur wajah Rachel yang semula memang sudah cantik makin terlihat lebih elegan lagi berkat riasannya. Kecantikan wajahnya itu seakan diambil dari sebuah lukisan.Siska yang merasa iri pun berkata, “Aku baru tahu ternyata hamil di luar nikah itu faktor keturunan. Nggak heran orang bilang buah jatuh nggak jauh dari pohonnya. Kamu sama mama kamu sama saja ….”“Plak!”Sebelum Siska selesai berbicara, dia mendapatkan sebuah tamparan pedas di pipinya.“Rachel, sudah gila kamu?! Berani kamu mukul aku di tempat umum?” tukas Siska dengan mata melotot.“Keluar rumah bisanya bikin malu saja. Kenapa ya aku bisa punya anak kayak dia …. Roy, antar dia pulang ke rumahnya!” perintah Hengky.“Roy lantas memegangi tangan Siska dan berkata, “Kak, hari ini ada banyak orang, jangan bikin keributan. Ayo kuantar pulang.”“Kak Roy, biarin saja. Biar dia bikin keributan di sini, lihat saja betapa malunya dia sendiri nanti,” tutur Rachel.Semua organ dalam Siska mau meledak rasanya mendengar sindiran itu. Ini b
“Mukanya benar-benar hancur lebur. Dia sudah nggak secantik dulu.”“Kalaupun menjalani operasi plastik, mukanya nggak bakal bisa balik kayak dulu lagi. Sayang banget.”“Aku juga masih nggak sangka ternyata Rachel itu anak keluarga Adijaya yang ternyata lahirnya di luar nikah.”“Yang parahnya itu nggak ada kabar apa pun sampai satu hari sebelum pesta diadakan. Aku saja baru tahu ternyata ini keluarga Adijaya yang adain.”“Posisi Rachel sekarang kuat banget, ya. Sudah jadi bagian dari keluarga Adijaya, masih saudara sama keluarga Winata, sudah gitu dia menantu di keluarga Tanjaya pula ….”“Menantu di keluarga Tanjaya? Mana ada. Malam ini nggak ada satu pun orang dari keluarga Tanjaya yang datang. Jelas benget dia sudah nggak dekat sama mereka.”“Oh, benar juga apa yang kamu bilang. Dari tadi aku di sini baru sadar mereka nggak ada satu pun yang datang.”“Jangan-jangan mereka sudah cerai …?”Rachel sedikit pun tidak merasa terganggu mendengar gosip-gosip tidak sedap tersebut. Ketika dia m